Secara geografis, kita yang berada di kawasan Asia Tenggara. Patut bersyukur bahwa kawasan ini merupakan kawasan melting pot (perjumpaan) yang kaya dengan beragam budaya dan etnis. Ini memperkaya jiwa untuk senantiasa menerima perbedaan.
Kita mungkin ingat pedagang dari Gujarat India membawa agama Islam ke Nusantara dengan cara damai yaitu melalui kegiatan dagang yang mereka lakukan dengan penduduk local. Dalam interaksinya mereka melakukan shalat dan kewajiban mereka sebagai muslim di tengah kegiatan dagang. Mereka membuat banyak orang di pesisir Nusantara memeluk agama ini dengan sukarela.
Selama berabad-abad kawasan ini berada dengan atmosfer damai meski banyak perbedaan diantara mereka. Kita tahu tak saja Indonesia yang punya penduduk beraneka macam, tetapi juga Singapura dan Malaysia. Karena tak hanya penduduk Melayu saja yang berinteraksi, tapi juga China dan India serta sebagian kecil eropa yang banyak mendiami kawasan Filipina.
Sayangnya beberapa dekade , kawasan ini mengalami perubahan. Radikakalisme mulai mempengaruhi kawasan ini. Pintunya adalah Filipina Selatan. Â Kawasan ini adalah salahsatu basis teroris dan sering terlibat dan memicu aksi-aksi terror di Asia Tenggara.
Kelompok di Filipina yang radikal dan merupakan sekutu dari Islamic State yang berbasis di Iraq yaitu kelompok Abu Sayyaf. Mereka mendiami pulau Jolo, Basilian dan Mindanao  yang merupakan pusat dari separatis di Filipina yang tumbuh berpuluh tahun lamanya.
Aparat resmi Filipina menyatakan bahwa pemimpin kelompok ini adalah Khadaffi Janjalani dan merupakan kelompok separatis terkecil di dunia namun paling berbahaya. Beberapa orang anggotanya berguru di Arab dan Afganistan. Mereka mengembangkan hubungan dengan para mujahidin (pejuang) ketika bertempur dan berlatih di Afganistan dan Pakistan.
Selama beberapa tahun , kelompok ini diketahui sedang memperluas jaringannya ke Asia Tenggara antara lain : Malaysia , Thailand dan Indonesia. Â Mereka juga sering melakukan kekerasan (penculikan terhadap banyak nelayan yang melaut dekat kepulauan Mindanao) serta sering dituding bertanggungjawab atas aksi pengeboman , pembunuhan dan pemerasan terhadap penduduk di Mindanao.
Kelompok ini berencana membangun jaringan dengan menggabungkan antara Islamic State Filipina, Malaysia dan Indoensia yang konon dibawah pimpinan Mahmud Ahmad. Dia adalah bagian penting dari struktur ISIS pusat dibawah pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi (saat itu). Beberapa mantan teroris dan JAD juga punya mata rantai dengan kelompok ini.
Mereka kerap melalkukan ancaman dan cuci otak kepada sasarannya sehingga tak heran banyak orang rela menjadi 'pengantin' surga dengan melakukan jihad yaitu melakukan bom bunuh diri. Aksi ini banyak ditemui di Indonesia dan merupakan aksi terror yang sangat berat dan harus diberantas oleh Indonesia.
Karena itu memang diperlukan kerjasama  komunitas ASEAN untuk padu memperbesar persamaan dan memperkecil perbedaan dalam menghadapi beberapa isu faktual di kawasan regional Asean, misalnya isu Korea Utara, perkembangan Laut China Selatan, isu trilateral pengamaanan Laut Sulu dari potensi ancaman ISIS Asia Timur serta perkembangan krisis Rohingya.
Karena itu jika saat ini BNPT melakukan kegiatan dengan mengundang para pemuda untuk mengatasi narasi kekerasan untuk wilayah Asia Tenggara  adalah salah satu upaya Indonesia untuk memperbesar persamaan itu. Kontra narasi adalah hal yang dibutuhkan oleh banyak pihak untuk melawan narasi-narasi kekerasan dan inspirasi yang kerap dibuat oleh kelompok radikal.