Mohon tunggu...
Hesti Edityo
Hesti Edityo Mohon Tunggu... Administrasi - Guru

Seorang ibu dari 4 lelaki dan seorang guru Fisika yang menyukai sastra. hestidwie.wordpress.com | hesti-dwie.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ini Jalanan, Bung! Bukan Sirkuit!

26 Oktober 2011   23:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:28 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membalap di srkuit dan di jalan raya itu hal yang jauh berbeda! (foto : kompas.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Membalap di srkuit dan di jalan raya itu hal yang jauh berbeda! (foto : kompas.com)"][/caption]

Bahwa Simoncelli mengalami kecelakaan maut di Sepang, hari Minggu kemarin, mungkin seluruh orang di dunia sudah tahu. Banyak yang bersedih tentunya atas apa yang menimpanya. Satu hal yang kemudian menjadi pembicaraan cukup hangat adalah, kenapa helm yang dikenakan Simoncelli sampai lepas? Hingga saat ini belum ada kejelasan pasti tentang lepasnya helm sang pembalap ini.

Beberapa spekulasi pun berkembang. Ada yang menduga karena kerasnya hantaman (momentum) yang besar, mengingat para pembalap ini melaju dengan kelajuan yang cukup tinggi hingga 200 km/jam dan bobot motor yang tentunya lebih besar di banding motor biasa. Ada pula yang membuat dugaan bahwa Simoncelli lupa mengunci pengaman helm dengan baik. Saya sendiri kurang setuju dengan pendapat terakhir, rasanya kecil kemungkinan seorang pembalap profesional (dan timnya) sampai mengabaikan hal tersebut, ya, meski bisa saja hal seperti itu terlewatkan. Tapi yang jelas, balap profesional tentunya sangat berbeda dengan balap amatiran (baca : balap liar).

Prosedur balapan semacam MotoGP tentunya dibuat dengan sangat perhitungan, bukan? Mulai dari jenis kendaraan, jenis roda dan ban, sirkuit, baju pembalap, dan trik-trik tertentu yang harus dikuasai pembalap terutama ketika menikung dengan kelajuan tinggi. Saat menikung, sebuah benda bergerak cenderung tertarik ke pusat lingkaran (sisi dalam tikungan) karena pengaruh gaya sentripetal. Gaya ini dimanfaatkan para pembalap untuk menikung dengan kelajuan tinggi dengan lebih aman dan memperkecil kemungkinan untuk terjatuh. Untuk menghasilkan gaya sentripetal yang besar, seorang pembalap MotoGP bisa melakukannya dengan cara memiringkan badannya hingga derajat kemiringan tertentu. Jika pada balapan seperti F1, sirkuitlah yang dibuat miring pada titik tikungan. Hal-hal seperti ini, saya yakin untuk seorang pembalap profesional kelas dunia, termasuk Simoncelli pasti sudah dipelajari dengan baik dan ada aturan berapa kelajuan maksimal yang aman pada suatu tikungan yang diketahui oleh semua pembalap. Meski tetap saja ada hal-hal yang bisa terjadi di luar perhitungan matematis dan kontrol manusia.

Nah, bagaimana dengan balap amatir yang menggunakan jalan raya sebagai sirkuit? Apakah safety yang diterapkan sama dengan balap profesional? Bagaimana kualitas helm, baju, sepatu, hingga jenis motornya, apakah layak digunakan untuk balapan? Tentu tidak, bukan?! Inilah yang justru dikatakan sebagai tindakan super bodoh! Beberapa tahun yang lalu saya pernah membaca kisah seorang pembalap muda (saya lupa namanya), dimana dalam wawancaranya dengan sebuah majalah, di ditanya, apakah kalau melaju di jalanan juga ngebut seperti saat di sirkuit? Apa jawab si pembalap muda tersebut? Jawabnya adalah, bodoh sekali jika saya memacu kendaraan seperti halnya di sirkuit, jalanan jelas lebih berbahaya dibanding sirkuit, bukan saja membahayakan saya sendiri tapi juga orang lain. Urusannya pun bisa masuk ke wilayah hukum jika terjadi kecelakaan.

Saya sangat sepakat dengan pernyataan pembalap tersebut. Jalanan jauh lebih berbahaya untuk dipakai balapan (alias kebut-kebutan), karena memang  tidak dirancang untuk itu. Belum lagi jenis motor yang dipakai pun jauh berbeda, masih ditambah pula dengan helm yang acapkali hanya dipakai sebagai "hiasan" belaka. Bukankah lebih banyak orang yang memakai helm karena takut polisi daripada demi keselamatan diri sendiri? Ada sebuah komentar di salah satu artikel tentang Simoncelli di Kompas.com  yang menarik perhatian saya. Sang komentator mengingatkan para biker alias pengguna sepeda motor untuk memakai helm berstandar dan mengenakan secara benar pula. Bukan sekedar asal beli dan asal pakai dan memperbagus motor tapi keselamatan diabaikan dengan mengabaikan pengaman seperti helm dan asal kebut pula! Akibatnya? Dess!! Celaka dan urusannya lebih pelik jika sampai ke ranah hukum!

Ini jalanan, Bung! Bukan sirkuit!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun