Oleh : Hesti Edityo & Michael Sendow
Teori kiamat memang selalu menarik. Entah berapa kali dalam kurun waktu berbeda, banyak orang yang meramalkan kiamat akan datang di tahun ini, di tahun itu. Awal tahun 2000, kiamat juga sempat menjadi topik bahasan tersendiri, saat sekelompok orang meyakini datangnya kiamat pada tanggal 9-9-1999. Tahun terus berlalu, teori kiamat kembali muncul berangkat dari siklus sebuah kalender. Kalender suku Maya dan ramalan bangsa Sumeria. Haruskah kita percaya begitu saja, ramalan kiamat ini? Sekali lagi, setiap awal pasti ada akhir. Tapi akhir dari kehidupan mutlak rahasia sang Pencipta. Semoga episode 2012 ini bisa memberikan manfaat bagi kita.
***
Dalam tulisan sebelumnya, sudah disinggung mengenai fenomena badai matahari. Konon badai matahari yang dihasilkan dari flare berkekuatan 100 milyar bom atom akan mengakibatkan pembalikan kutub magnet Bumi.Benarkah flare membahayakan kehidupan Bumi? Ya, tapi sejauh apa? Dan kerusakan macam apa yang ditimbulkan?
Flare dan Badai Matahari
[caption id="" align="alignleft" width="190" caption="struktur Matahari (langitselatan.com)"][/caption]
Matahari adalah sebuah bintang yang memiliki suhu permukaan antara 5000 - 6000 kelvin dan termasuk bintang yang ukurannya 'sedang-sedang saja'. Bintang yang satu ini memiliki berbagai aktivitas di permukaannya. Satu diantara aktivitas itu adalah FLARE.
Flare adalah ledakan di Matahari akibat terbukanya salah satu kumparan medan magnet di permukaan Matahari. Biasanya di tempat terjadinya letusan flare juga timbul CME (Coronal Mass Ejection) atau semburan massa korona. Aktivitas inilah yang menyebabkan badai Matahari, dimana badai ini berinteraksi dengan medan magnetik Bumi. Aktivitas ini meningkat secara berkala dengan siklus 11 tahunan. Siklus berikutnya, (siklus ke-24) kebetulan diperkirakan terjadi di tahun 2012.
[caption id="attachment_118208" align="alignright" width="189" caption="Flare yang teramati pada tahun 2006 (nasa.gov)"]
Flare pertama kali diamati pada tahun 1859 oleh dua orang astronom amatir dari Inggris, Richard Christoper Carrington dan Richard Hodgson. Pada tanggal 1 September 1859 mereka menemukan fenomena adanya peningkatan kecerlangan di sebuah titik/daerah di permukaan Matahari, yang kemudian diketahui sebagai flare. Flare yang muncul di tahun 1859 dikategorikan sebagai White Light Flare, dimana flare jenis ini memancarkan cahaya tampak yang lebih kuat dari biasanya. Bahkan, flare di tahun 1859 mengakibatkan terjadinya aurora yang sangat besar meliputi 2/3 Bumi, hingga ke ekuator dan sangat indah.
Ya, inilah "efek" dari badai Matahari. Menampakkan fenomena alam yang dikenal dengan nama aurora atau tirai cahaya di langit utara dan selatan (di daerah-daerah dekat kutub). Aurora terjadi karena proses ionisasi partikel-partikel bermuatan yang disemburkan matahari saat flare terjadi. Proses ionisasi sinar X, sinar gamma, dan UV dari flare ini terjadi di ionosfer, yaitu lapisan atmosfer yang terletak pada ketinggian 80 - 450 km di atas permukaan Bumi.
[caption id="attachment_118210" align="aligncenter" width="500" caption="Aurora (kredit : Shawn Malone/space weather)"]
Hmm, jadi beruntunglah kita karena Bumi memiliki perisai kuat untuk melindungi makhluknya dari deraan 'hujan' partikel bermuatan ini. Perisai itu adalah magnetosfer atau medan magnetik Bumi. Perlu diketahui, tidak semua planet di tata surya ini memiliki medan magnet yang kuat seperti Bumi, bahkan beberapa di antaranya sama sekali tidak memilikinya.
[caption id="attachment_118211" align="aligncenter" width="300" caption="Perlindungan medan magnetik Bumi dari serangan badai Matahari (nasa.gov)"]