Mohon tunggu...
Hesti Edityo
Hesti Edityo Mohon Tunggu... Administrasi - Guru

Seorang ibu dari 4 lelaki dan seorang guru Fisika yang menyukai sastra. hestidwie.wordpress.com | hesti-dwie.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Di Antara Mimpi-mimpi #2

22 Oktober 2011   06:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:38 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image from : ungkapanfie.wordpress.com

Di Antara Mimpi-Mimpi #2

Oleh : Hesti Edityo & Michael Sendow

[caption id="" align="aligncenter" width="432" caption="image from : ungkapanfie.wordpress.com"][/caption] Simbok sakit, mbak.

Sebuah pesan pendek dikirimkan Darno pagi itu. Ruminah menghela nafas yang terasa berat. Dua tahun lebih ia merantau ke negeri orang, memendam rindu pada orang-orang yang dikasihinya. Termasuk Simbok yang sekarang sakit. Semenjak pikiran Simbok teracuni oleh anggapan orang-orang tentang dirinya, Simbok sering mengeluhkan kesehatannya yang menurun.

"Kamu mau pulang, Rum?" Mbak Indah yang sudah tahu sms dari Darno menatap Ruminah.

Ruminah tertunduk, tak menjawab. Saat Mbak Indah sekeluarga pulang ke Indonesia kemarin dulu, Ruminah tak ikut karena sedang ujian. Ruminah ingat, Mbak Indah mengijinkan Ruminah pulang di lain waktu. Tapi kali ini, Ruminah tahu sekali Mbak Indah sedang repot pekerjaannya, dan Vio tak mau diam.

"Rum!" tangan Mbak Indah menepuk punggung Ruminah pelan. Ruminah tersentak. "Eh, tapi Ibu kan sedang banyak pekerjaan, sedang repot."

"Papanya Vio bisa ambil cuti, Rum, untuk bantu Ibu." Mbak Indah tersenyum lembut, ia tahu sifat Ruminah. Mudah sungkan dan tak enak hati. "Mungkin, Simbokmu kangen kamu, Rum."

Ruminah menatap Mbak Indah, ragu. "Benar tidak apa-apa, kalau Rum pulang, Bu?" Mbak Indah mengangguk, "kamu kan punya hak untuk itu. Siapa tahu Simbokmu sembuh dengan kedatanganmu."

***

Untuk kedua kalinya Ruminah menginjakkan kaki di John F. Kennedy Airport. Sedikit gugup, karena ini penerbangan pertamanya sendirian. Untunglah John bersedia mengantar dan menemani hingga pesawat lepas landas.

"Lamakah kau di Indonesia, Rum?" John menatap gadis di depannya dengan perasaan tak menentu. "Seminggu, mungkin. Yang jelas tak terlalu lama, banyak tugas yang harus aku selesaikan, termasuk tugas kuliah bukan?" "Okay!" John tersenyum, meski baginya seminggu tak bertemu Ruminah bagaikan seabad.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun