Mohon tunggu...
Hesti Edityo
Hesti Edityo Mohon Tunggu... Administrasi - Guru

Seorang ibu dari 4 lelaki dan seorang guru Fisika yang menyukai sastra. hestidwie.wordpress.com | hesti-dwie.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Katon Bagaskara dan Kahlil Gibran

26 Agustus 2010   00:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:43 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Usia saya baru belasan, SMP tepatnya, ketika pertama kali mengenal karya - karya Katon Bagaskara melalui lagu - lagu yang diciptakan dan dinyanyikannya bersama KLa Project. Lagu - lagu ciptaan Katon yang puitis dan kaya makna filosofi sungguh mempesona saya.Ketika itu, saya rela menyisihkan jatah uang saku saya untuk membeli kaset - kaset KLa Project dan Katon Bagaskara agar tetap menikmati lagu ciptaan Katon.

Karya Katon sungguh sebuah karya sastra yang begitu apik. Kisah percintaan yang tragis sekali pun, seperti tertuang dalam Waktu Tersisa, dikemas begitu indah. Atau pada lagu Semoga, meski mengharu biru tapi tak berkesan murahan.

Lagu ciptaan Katon tak melulu bercerita tentang percintaan dua insan. Pada lagu Pasir Putih Katon menceritakan tentang keindahan alam. Dalam lagu, Hey!, Katon mengutip kata - kata bijak Gibran tentang kerja keras, berikut kutipannya

Kerja adalah cinta, yang ngejawantah
Dan jika kau tiada sanggup bekerja dengan cara

Hanya dengan enggan
Maka lebih baik jika kau meninggalkannya
Lalu mengambil tempat di depan gapura candi
Meminta sedekah dari mereka
Yang bekerja dengan suka cita
(Dari "sang Nabi", Kahlil Gibran)


Saya penasaran betul dengan Kahlil Gibran ini. Penyair asal Libanon ini, bagi saya, memberikan aura yang sama dengan Katon. Maka berburulah saya di perpustakaan sekolah dan menemukan sebuah karyanya, Taman Sang Nabi (The Garden of The Prophet), saya pun jatuh cinta pada karya Gibran!

Ketika itu, tak mudah menemukan karya - karya Kahlil Gibran. Tidak semua toko buku menjualnya. Menumpang kereta ekonomi pagi yang murah meriah dari Stasiun Purwokerto, bersama seorang teman yang juga menyukai Gibran, saya berburu hingga ke Jogja. Tak selalu saya beli setiap buku Kahlil Gibran yang saya temukan, tergantung uang di kantong saya (maklum anak kost,ha..ha..ha). Kalau tak terbeli, cukup membaca di tempat atau barter dengan seorang teman, yang penting saya baca!

Dari sekian karya Gibran,yang menjadi favorit saya adalah Sayap - sayap Patah. Saya sungguh tersentuh dengan percintaan Gibran dengan seorang perempuan bernama Selma Kharamy (mohon koreksi bila salah tulis, karena buku saya hilang) yang ditulisnya di buku ini.

Nasihat - nasihat Gibran juga menjadi pemacu ketika harus menyelesaikan skripsi. Untuk itu saya merasa perlu menuliskannya di situ :

...saat sekarang mengandung semua waktu dan di dalamnya semua harapan dapat disandarkan dengan cara bekerja keras guna mewujudkannya... (Kahlil Gibran)


Tanpa saya sadari, Katon dan Gibran telah menjadi 'guru' saya, tak hanya soal sastra dan dunia tulis menulis, tapi juga tentang makna kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun