Sisi hitam : Ah, selama ini kaupun cukup sering berkorban untuk mereka, untuk adik-adikmu itu. Bukankah sudah cukup sering kau mengalah, membagi hasil keringatmu untuk mereka. Tak ada salahnya kalau saat ini kau nikmati hidupmu sendiri. Makan enak di restoran bergengsi. Bayangkanlah aroma fried chicken yang menggoda, segelas softdrink yang menyegarkan di dalam sana.
Sisi putih : Tegakah kau sementara ibu dan adik-adikmu berbuka seadanya karena harus berhemat disaat semua barang kebutuhan begitu mahal? Bukankah kau tahu penghasilan ibumu tak terlalu banyak, itupun harus dipotong sebagian untuk membayar pinjaman yang dipakai untuk membiayai masuk ke sekolahmu itu. Itu dilakukan ibumu agar kau dapat sekolah terbaik, dan untuk kebaikanmu!
Sisi hitam : Peduli apa? Ini uangmu, kau tak minta pada ibumu. Nikmati saja....
Sisi putih : Bayangkan sejumlah uang di sakumu itu bisa kau belikan sate bertusuk-tusuk di warung cak Rus untuk kau nikmati bersama dengan keluargamu. Itu sudah cukup bukan? Bayangkan binar di mata adik-adikmu dan ibumu! Bayangkan! Sedangkan bila kau memaksa makan di dalam sana, uang itu hanya cukup itu seporsi hidangan untukmu saja.
Sisi hitam : Tapi kau akan tetap dipandang sebelah mata, tak dianggap teman-temanmu jika tak ikut berbuka di restoran itu! Kau akan sama seperti kemarin, terasing di antara teman-temanmu!
Sisi putih : Bukankah teman sejati seharusnya mampu menerimamu apa adanya? Mengapa harus takut kehilangan teman yang hanya mengukur materi? Bukankah kau masih memiliki keluargamu? Ibu yang begitu mengasihimu, adik-adik yang begitu bangga kepadamu!
Sisi hitam : Sekali ini saja kau tunjukkan kau pun mampu seperti mereka! Sepotong fried chicken saja dan gengsimu naik!
Sisi putih : Bertusuk-tusuk sate dan kehangatan keluargamu!
Sisi hitam : Sate cak Rus tak ada gengsinya! Lihat, setusuknya pun hanya dua ribu!
Sisi putih : Tapi kau bisa dapat banyak dengan uang di sakumu. Bandingkan uang hanya cukup untuk sepotong ayam goreng jika kau memaksa membeli di restoran itu, dan hanya untuk sebuah gengsi? Ini bukan soal, kau makan dengan apa. Ini soal gengsi dan harga diri yang kau samakan dengan sepotong ayam di restoran itu. Pikirkanlah....jangan kau taruhkan puasamu untuk sebuah gengsi dan kesombongan...! Itu nafsu namanya..
Bocah itu menghela nafas. Mengucap istigfar, dan berlari pulang....