Pada dasarnya, perkembangan industri di kancah global telah mengalami kemajuan pesat. Tidak hanya industri keuangan dan makanan halal, melainkan telah merambah ke sejumlah industri lain. Sebut saja, industri elektronik, kebutuhan rumah tangga, kosmetik, hingga pariwisata.
Melihat fenomena tersebut, banyak negara yang mayoritas penduduknya memeluk Islam menjadikan industri halal sebagai peluang bisnis menjanjikan. Termasuk, Indonesia. Untuk mewujudkannya, pemerintah telah merancang dan menerapkan sejumlah strategi yang dinilai efektif untuk mempercepat ekosistem halal value chain.Â
Beberapa strategi tersebut, meliputi pemberdayaan ekonomi syariah, penyuluhan sertifikasi produk halal, program Sertifikasi Halal Gratis (SEHATI) bagi pelaku UMKM, perluasan penyaluran Sukuk Wakaf Ritel, penerapan layanan syariah, pembiayaan kreatif berbasis syariah, program IKRA (Industri Kreatif Syariah), dan menyosialisasikan gaya hidup halal.
Tentunya hal tersebut harus didukung dengan kebijakan yang memudahkan masyarakat mengakses produk dan layanan halal syariah serta kolaborasi dengan pihak terkait, seperti Majelis Ulama Indonesia, Kementerian Agama, Baznaz, Bank Indonesia, dan BPJHT (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal) untuk memperkuat ekosistem halal secara berkelanjutan.
Bank Indonesia mendukung upaya pemerintah dalam memperkuat ekonomi syariah. Wujud nyata yang dilakukan BI adalah dengan menggelar ISEF (Indonesia Sharia Economic Festival) sejak 2014 silam dan FeSyar (Festival Ekonomi Syariah) sejak 2017 silam.
Melalui gelaran tersebut, BI telah membantu Indonesia selangkah maju dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros industri halal global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H