Mohon tunggu...
Hesti Luhri K
Hesti Luhri K Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Baru belajar menulis, suka main Hay Day, dan baca cerita fiksi. Maaf kalo ada salah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lebaran Tak Se-Excited Dulu

22 April 2024   12:00 Diperbarui: 22 April 2024   12:02 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran 2024 atau 1445 H telah terlaksana dua pekan yang lalu, liputan terakhir bertopik arus balik juga telah usai sepekan lalu. Semua yang merayakan libur lebaran dan pulang ke kampung halaman satu persatu mulai kembali ke rutinitas yang biasa yang dijalankan. Beberapa orang merasakan bahwa euphoria lebaran semakin berkurang ketika seseorang bertambah dewasa, bahkan ramadan kali ini pun terasa lebih cepat. Ini sangat berbeda dengan ramadan yang dijalani ketika masih anak-anak. Dulu rasanya begitu senang ketika menyambut datangnya bulan ramadan, banyak kegiatan yang dilakukan seperti buka bersama di TPA, masih diperbolehkan bermain selepas sholat tarawih meskipun di  malam hari, membangunkan orang sahur, takbiran bersama teman-teman mengelilingi kampung, dan masih banyak hal lain yang sangat memorable ketika dilakukan di bulan ramadan. Namun euphoria itu semakin kuramg berasa seiring bertambahnya usia dan kegiatan yang kita lakukan.

 Kira-kira mengapa perasaan senang itu dapat berkurang dalam diri seseorang?

Ternyata fenomena ini juga berkaitan dengan kurva kebahagiaan manusia yang berbentuk huruf U. Seperti yang telah dibuktikan dalam penelitian yang berjudul "Kesejahteraan Subjektif dan Usia di Indonesia" dalan Jurnal Pendidikan Sosiologi, bahwa kepuasan hidup seseorang akan mencapai puncak pada usia 16-19 tahun dan 60-69 tahun, sedangkan titik terendah dari kepuasan hidup ada di kelompok usia 40-49 tahun. Fenomena tersebut menyerupai huruf U yang garis awal berada di puncak kemudian mulai menurun ketika mendekati pertengahan dan kembali naik lagi menjuju titik garis terakhir.

Saat anak-anak kita tidak memiliki banyak hal yang dipikirkan, dunia anak-anak adalah dunia bermain, sehingga tidak mencemaskan banyak hal dan bisa menikmati setiap momen ramadan. Berbeda dengan seiring bertambah dewasa semakin banyak hal yang menjadi tanggung jawab kita. Orang dewasa yang bekerja akan sibuk dengan pekerjaan yang diberikan oleh atasan mereka dan sering ada tekanan yang besar ketika ada masalah di tempat kerja, orang yang berumah tangga akan  sibuk dengan segala tuntutan kebutuhan rumah tangga, tagihan, kredit, dan keperluan anak, dan orang yang sedang menempuh pendidikan lanjut disibukkan dengan  segala tugas, kerja kelompok dan beberapa ada yang jauh dari  rumah.

Ketika sudah mencapai usia senja manusia akan kembali meraih puncak kebahagiaan, penyebabnya adalah orang akan merasa kembali bebas setelah memasuki waktu pensiun dengan kondisi ekonomi yang telah membaik dan anak-anak yang telah bekerja dan memiliki kehidupan dengan keluarga kecilnya masing-masing. Mereka bisa kembali bersantai menikmati waktu dan fokus untuk mempersipakan bekal untuk kehidupan setelah kematian nanti.

Momen lebaran juga menjadi hal yang bukan ditunggu-tunggu lagi bagi beberapa orang. Orang dewasa cenderung akan diberikan pertanyaan oleh kerabat mengenai progress kehidupan yang tengah dijalaninya, seperti kapan akan menikah, apakah sudah memiliki pasangan, kapan akan lulus, kapan akan memiliki anak, pekerjaan apa yang dilakukan sekarang, dan pertanyaan lain yang membuat beberapa orang merasa terbebani. Lalu tanpa terasa momen Ramadan dan lebaran telah berakhir dan harus kembali ke kehidupan nyata.

Meskipun kita berada di usia yang belum mencapai puncak kebahagiaan kita akan selalu menemukan cara untuk selalu merasa bahagia, buatlah diri sendiri merasa senang karena sesuatu yang membahagiakan tidak hanya berasal dari suatu hal yang besar. Temukan kegiatan yang dapat nyaman seperti memelihara kucing, tidur siang sambil mendengarkan lagu yang lembut di telinga, meminum teh di sore hari, merawat tanaman, dan lain-lain. Nikmatilah setiap momen yang dilalui karena nantinya hal tersbut tidak dapat diulang dan hanya bisa menjadi kenangan, kita juga belum tentu bisa mengulang momen yang sama di waktu selanjutnya. Seperti momen Ramadan dan lebaran, saat Ramadan dekatkan diri kepada Allah swt dengan perbanyak ibadah dan jadikan lebaran sebagai momen untuk melepas segala penat dari rutinitas yang kita lakukan, kembali berkumpul bersama keluarga dan saling bermaafan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun