Di kampung saya, internet mahal. Satu Jam dihargai Rp 5.000. Kalo sewa Hotspot, Rp. 4.000 perjam. Dibanding Warnet perkotaan, jauh berbeda harganya, Rp 2.000 sudah bisa online selama satu jam. Bahkan, di pusat kota banyak bertemu dengan tempat-tempat yang punya layanan internet gratis.
Tak heran, Internet Gratis, terdengar biasa bagi sahabat-sahabat yang tinggal daerah perkotaan. Apa lagi, tempat tersebut berjejer layanan publik untuk bersantai sambil menikmati hidangan. Salah satunya, kafe. Tidak sedikit kafe sekarang free wifi. Tak perlu bayar, teman boleh Online. Dan itu hanya salah satu tempat strategis tuk online gratis. Selain kafe, internet gratis bisa teman jelajah dimana2. Teman yang biasa hidup di kota lebih tahu tempatnya. Kalo saya pribadi, sering pake internet gratis di kampus. Kalo uda pulang kampung, internet terasa langka. Meski pun berupaya untuk bisa akses internet, pastinya tak gratis.
Seperti yang saya katakan, Di kampung saya, internet memang mahal. Hal itu sepadan dengan letak geografis desa kami. Tidak terlalu pedalaman sih, cuman, akses kabel buat jaringan internet belum merata di desa kami. Maka, hanya kalangan-kalangan tertentu yang bisa menikmati akses internet. Saudara saya yang berdekatan rumah dengan saya pernah mengajukan permintaan pemasangan internet, cuman, kata pihak pengelolah, gardu buat pemasangan internet sangat jauh dari lokasi tempat tinggal. Kalau pun berniat pasang, butuh anggaran lebih. Itu kata teknisi dari jasa pasang jaringan. Tak tahu, itu benar apa tidak. Realitanya, Saudara saya tak jadi pasang internet.
Jalan keluarnya, yah pakai gadget atau modem saja. Setidaknya, lebih murah beli paket internet melalu jasa operator seluler dibanding beli voucher Hotspot atau sewa di warnet. Memang sih.. kadang internet paket seluler tidak sekencang Voucher Hotspot milik pak Onal, yang rumahnya 200 meter dari saya. Tinggal penyesuainya aja. Kalo memang pingin akes yang berat2, saya relah beli Voucher Sama Brur Onal. Dan, kalo cuaca lagi bagus dan ingin internet dengan tidak memakan bandwith berlebihan, saya sering pake modem yang bisa isi kartu seluler. Paket kuota. Cukup buat blogging.
Sebagai pria yang ketergantungan dengan akses internet, sangat gembira ketika mendengar ada kabar kalau Indosat akan Launching jaringan internet cepat di KotaManado.
Setelah ditelusuri kebenarannya, ternyata benar, Pada tanggal 13 september 2014 Indosat resmi berdiri tegar memancarkan jasanya hingga sampai di pelosok2 desa termasuk kampung saya. Lebih gembiranya lagi, sebagai pribadi tukang blogging, saya diminta untuk menghadiri acara Gathering Indosat Community pada tanggal 19 september 2014 antara pihak Indosat dan beberapa komunitas di Manado. Waktu itu, saya hadir membawa bendera komunitas kawanua blogger. Ini liputan saya (Gathering Indosat Community ).
Baju Putih, Kotak-Kotak, tangan di pinggang agak menyilang, hehehe, Itu saya.
Masuknya Jaringan indosat semakin membuat saya aktif berselencar di dunia maya. Apa lagi, banyak paket internet yang ditawarkan Indosat sangat Sepadan dengan kantong masyarakat seperti saya. Masyarakat Honorer, yang sebulan hanya Rp 200.000. saja.
Oh iya. Saya lupa perkenalkan diri. Saya Kristian (25). Sekarang tinggal di Minahasa Utara. Masih tergolong Orang Manado. Memang, saya aktif didunia maya. Ngeblog sangat saya suka. Terlepas dari tukang ngeblog, saya adalah seorang Guru di Sekolah Luar Biasa Anugerah dimembe. Ini Blog Sekolah Kami. (SLB Anugerah Dimembe).
Sekolah tersebut adalah sekolah rintisan. Baru Jalan 2 tahun. Berdiri tak jauh dari tempat tinggal saya. Bangunan itu menampung beraneka ragam ciptaan Tuhan. Kaum Disabiltas seperti Tunagrahita, Tunanetra, Autis dan lebih dominan Kaum Tunarungu.
Kelas Tunarungu dipercayakan kepala sekolah kepada saya untuk menjadi guru di kelas mereka.
Sebagai Guru Kaum Tunarungu, Internet adalah pustaka bagi saya demi memperkaya khazanah wawasan peserta didik tentunya.
Menangani Kaum Tunarungu sangat berbeda dengan peserta didik lainnya. Untuk yang satu ini, agak unik. Dimana, mereka butuh kekayaan kosa kata agar bisa paham dan bisa berinteraksi dengan manusia lainnya.
Metodenya sederhana. Kami menyebutnya, Metode Maternal Reflektif (MMR). Jika Pembaca adalah guru Kaum Tunarungu pasti tahu dengan MMR ini.
Uniknya, sebagai Guru kaum Tunarungu, belajarnya beda dengan murid reguler. Bedanya, Materi belajar selalu diambil dari hasil percakapan anak itu sendiri. Manakala, hari itu juga, siswa hangat ingin bercerita tentang jatuhnya pesawat yang mereka lihat di TV, dengan demikian naluri Guru pun wajib mengangkat cerita tentang Pesawat jatuh. Tantangannya adalah Menyiapkan Materi yang tidak pasti itu sangat sulit. Apa lagi, cerita yang diangkat seorang siswa berhubungan dengan pesawat, sudah tentu, akan efektif jika pesawat itu harus divisualisasikan. Nah, selama ini para guru mengalami kendala jika Menggunakan MMR pada proses belajar mengajar, karena, sumber materi yang mendadak itu sulit didapat.
Kalo ada Internet, Tinggal cari ama Om Google, Ketik Pesawat, Maka berhamburanlah jenis2 pesawat. Sangat disayangkan, di sekolah, teman2 Guru tidak bisa akses Internet. Terlebih mereka yang sama2 mendidik murid tunarungu. Kebijakan Sekolah yang mengharuskan Menggunakan MMR butuh sumber pustaka yang memadai.
Bayangkan saja, jika kelas Tunarungu lagi hangat berdiskusi tentang Pemain Bola Terkenal, sedangkan di ruang kelas tidak ada Poster2 Pemain Bola, Bingungkan ? Mungkin, jika Akses internet bisa dibagi kepada sesama guru, akan lebih dinamik proses belajarnya kan ?
Selain Untuk Proses belajar, Sekolah Kami sangat Butuh Internet buat Pengisian DAPODIK. Guna pelaporan Online pada Kementrian. Saya yang juga sebagai Operator sekolah mengalami kesulitan jika proses finising update, atau singkronisasi mendadak diminta segera dilakukan. Selain itu juga, Internet sangat bermanfaat buat cek-cek inbox email sekolah.
Surat2 pribadi kebayakan sudah sistem email. Nyatanya aja, sekolah kami pernah mendapat email BIMTEK Dan DIKLAT baru-baru ini. Hebatnya, acara itu akan dibuka oleh Anies Baswedan (Menteri). Tapi sayang, itu hanya surat tipu-tipu. Baca, Kisah saya setelah mendapat surat tipu-tipu itu (Terindikasi Surat tipu-tipu, saya gagal ketemu Anies Baswedan).
Maka, betapa menarik ketika Indosat mengajak mengampanyekan gerakanShare Your Dreamsdi Kompasiana, saya merasa tertantang. Apa lagi, ini soal internet Gratis.
“Apa Mimpimu jika menerima paket internet unlimited gratis selama setahun penuh ?”
Dengan Tulus, saya akan membangun topologi akses internet di sekolah saya. Agar, Guru- guru yang sambil mengajar bisa akses internet demi memperkaya pustaka mereka.
Nah, Pertanyaanya, Bagaimana caranya membuat topologi sederhana menggunakan Modem Internet jika Internet Gratis Itu sudah Ada Sama Saya ?
Intinya, saya akan bagikan Paket Internet gratis Ini kepada sesama guru dengan menggunakan Modem yang diisi dengan Paket Internet Indosat.
Hanya ini solusi jika sekolah kami ingin mememperoleh akses internet. Dikarenakan, jangkauan kabel pemasangan internet sangat jauh dari titik banguna sekolah. Tidak mengapa, Jaringan Indosat cukup diblilang mampu menjadi solusi dari kesulitan menjangkau akses internet di sekolah kami.
Inilah Alat-alatan Yang harus saya Sediakan Sebelum Menjadikan Modem USB sebagai Pusat Akses Internet Sekolah.
Alat di bawah ini tidak jadi syarat mutlak. Ada banyak alat sejenis. Hanya saja, saya memilih karena akrap dengan penggunaan alat di bawah ini.