"Siapa sangka pria misterius yang menempati pojok gelap di apartemen Aga, akhirnya menjadi orang terakhir dalam hidup Raia, orang yang menempati kehampaan ruang hatinya. River, dialah yang pertama kali di jumpai Raia pada malam menjelang pergantian tahun. Hari pertama itu menjadi penentu yang sebenarnya untuk sebuah perjalanan di hari ini, esok dan seterusnya sampai selesai" (Catatan menarik yang dirangkum dari buku The Architecture of Love, karya Ika Natassa).
Hari pertama Mas Budi (sebuah cerita)
Hari pertama merupakan salah satu bentuk pengurutan waktu yang kerapkali memiliki makna dan pesan sakral dalam kehidupan sehari-hari. Di suatu waktu kira-kira tahun 2015, ayah dan mama saya kedatangan seorang calon supir mobil angkot. Kita sebut saja "Budi", karena dia berasal dari Jawa sehingga kami lebih nyaman menyapanya dengan panggilan "Mas Budi" (MB). Sehari setelah mas Budi datang ke rumah lalu berkenalan dengan ayah dan mama, akhirnya MB diterima sebagai supir salah satu angkot di rumah kami.
Sebuah percakapan pun terjadi antara MB dengan ayah saya. "Mas, mulai besok sudah bisa dibawah yah mobilnya. Untuk bensin biar kami isikan dulu, jadi mas Budi bisa fokus mencari (baca: tarik penumpang). Kalau setorannya tidak mencapai kesepakatan tidak apa-apa." Ujar ayah saya kepada MB, sembari mereka mengobservasi kondisi mobil yang akan dikendarai oleh MB.
Dengan sigap MB merespon. "Wahh,, bapak sepertinya belum bisa besok yah. Saya harus tanyakan ke orangtua dulu di kampung, kira-kira hari apa yang cocok untuk saya. Karena hari pertama saya harus sesuai dengan penggalan yang tepat, jadinya rejekinya juga lancar pak." Percakapan diakhiri dengan kesepakatan bersama, kalau MB akan mulai mengendarai mobil kami sesuai dengan penanggalan yang tepat menurut orangtuanya di kampung.
Entah mengapa sesuatu yang menempati urutan awal atau pertama, seringkali memiliki makna khusus, misalnya anak pertama, cucu pertama, buah mangga pertama, gaji pertama, sampai kepada ciuman pertama. Semuanya mengandung isyarat yang sakral dan penting, walaupun tidak selalu dimaknai demikian oleh semua orang. Lihatlah kali pertama Raia bertemu River, lihat juga cerita mas Budi di atas, mereka memiliki kesamaan yang mencolok dalam hal pengurutan waktu, yaitu perkara "hari pertama".
Tidak harus mempersoalkan perkara hari pertama atau hari kedua, ketiga dan seterusnya, dalam nyanyian anak-anak sekolah minggu di gereja, ada sebuah lagu yang mengajarkan bahwa semua hari dalam setiap urutannya adalah harinya Tuhan (baca: Diciptakan). Melalui nyanyian semacam ini, anak-anak diajarkan untuk terus mengingat bahwa dalam segala waktu dan setiap urutannya, Tuhan selalu menjaga dan bersama-sama dengan mereka. Lantas bagaimana saya memaknai hari pertama?
Delapan ke Sembilan (8 to 9)
Hari ini, merupakan hari pertama saya memulai perkuliahan di semester ini. Rasanya tidak semenarik perasaan mahasiswa angkatan 2020, 2021 dan 2022 yang akhirnya menghirup udara kampus. Walaupun begitu perjalanan di hari pertama sungguhlah menyenangkan.
Seusai mengikuti perkuliahan pukul 13.30 WIB, saya menyempatkan diri untuk duduk sebentar di area lobi kampus. Sambil menghubungi seorang teman yang seharunya berada di kampus. Selang sepuluh menit kemudian, sang teman ini pun datang, lalu perjalanan dilajutkan dengan makan siang dan sebuah adegan jalan kaki menuju coffee shop yang hampir berjarak 500meter dari lokasi makan siang. Siapa sangka empat jam berlalu dengan tidak terduga, kami menikmati beragam topik yang amat menarik, mulai urusan kuliah, sedikit review tentang sikap seorang teman lainnya yang menyebalkan, sampai topik yang paling absurd seperti kebiasaan lola (loading lama) dalam merespon sesuatu, misalnya baru menyadari sesuatu tiga hari kemudian.
Waktu berlanjut dengan kedatangan seorang teman, sebut saja 'Bre', ada agenda khusus yang membuat saya menemuinya. Panjang lebar kita bercerita, perjalanan dilanjutkan hampir pukul 21.30 WIB menuju sebuah warung nasi goreng langganan. Berselang enam menit kami menunggu pesanan, seorang wanita datang dan menyapa dengan penuh semangat seperti halnya bahagia bertemu seorang lama. Benar saja, dia seorang teman seangkatan yang baru berjumpa lagi karena hampir 2,5 tahun pandemi membuat perjumpaan fisik tidak terjadi sama sekali.