Mohon tunggu...
Hesdo Naraha
Hesdo Naraha Mohon Tunggu... Freelancer - Sharing for caring by "Louve" from deep Instuisi-Ku

God Is Good All The Time 💝

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Tahun 2022 : Haruskah ada Keinginan yang Baru?

19 Januari 2022   13:00 Diperbarui: 19 Januari 2022   13:02 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai kompasianer, selamat tahun baru 2022. 

Apakah teman-teman sudah menuliskan wishlist untuk tahun ini? Bagi seorang pejuang tangguh, hidup tanpa target seumpama makan tanpa minum. Selain bikin seret juga tidak sehat, toh tubuh kita juga butuh air sebagai salah satu sumber nutrisi dan oksigen. Hal ini berarti tiada waktu luang untuk rehat barang sejenak saja, karena masih banyak keinginan yang tertuang dalam target-target itu, yang harus diselesaikan, dicapai dan dibanggakan, kelak. 

Tetapi, apakah harus dan wajib sifatnya? Kalau setiap tahun baru kita mesti memiliki target yang baru juga. Tidak ada jawaban yang pasti, setiap orang memiliki pandangannya masing-masing. Untuk kali ini saya ingin berbagi perspektif yang berbeda, diawali dengan pertanyaan ini "bagaimana kalau tahun baru, kita tidak harus memiliki target yang baru juga?" 

Lah emang bisa? Kan kita harus punya capaian dalam setiap periode hidup!

Okay......

Perihal memiliki pencapaian dalam memenuhi target, menyelesaikan tugas-tugas yang belum tuntas, hingga meramu berbagai keinginan dan harapan yang  baru tentu menjadi salah satu kebiasaan kita. Ingat ini hanya kebiasaan bukan sifat atau karakter! Artinya kebiasaan itu bisa diubah, dengan terbiasa hidup tanpa harus dipenuhi banyak beban "target, pencapaian, keinginan dan harapan-harapan yang semu." 

Keinginan baru: Sebuah kewajiban atau perkara kebiasaan?

Kita terbiasa dengan pola pikir "harus" atau "wajib". Keduanya telah menjadi label yang selama ini kita gunakan, ditempel dalam berbagai memori dan ruang-ruang kehidupan khususnya pada hal-hal yang bersifat extraordinary. Tidak seorang pun yang ingin hidup biasa-biasa saja, ini sudah hukum alam. Terbentuk secara natural dalam traits atau kebiasaan kita, ini juga diwariskan oleh orang tua kita karena mereka lebih dulu melakukan kebiasaan ini, tetapi pertanyaannya apakah itu benar-benar harus dipenuhi? 

Menurut saya, jawabannya tidak! Kita tidak harus terperangkap dalam kebiasaan mewajibkan dan mengharuskan segala sesuatu. Karena kebiasaan itulah kita terperangkap dalam sebuah pola pikir dan perilaku "membuat keinginan yang baru". Segala sesuatu yang baru memang selalu menggoda, misalnya baju baru, HP Iphone baru, laptop baru, kadang-kadang pacar baru juga seru hehehe... Apapun itu, bukanlah sesuatu yang wajib, kan? Adakah yang diwajibkan membeli HP baru, setiap tahun baru? Atau berganti pacar baru, setiap berganti tahun? Tentu tidak! Jawabannya bisa 'iya' kalau kamu adik ketiganya Rafathar, jangankan ganti HP, kamu dipermak jadi baru pun Papa Raffi Ahmad dan Mama Gigi sanggup melakukannya. 

Hal ini berarti, tahun baru ataupun setiap waktu yang akan datang tidak harus menjadi medan juang yang terlalu keras dalam memenuhi keinginan semata. Kamu sering buka IG nggak? Kalau dilihat-lihat banyak banget konten berseliweran yang berisi curhatan hidup. Ada juga yang unggah postingan di pantai, gunung, lembah, terus keterangannya "healing". Pertanyaannya emang kenapa sih? Orang-orang pada healing terus? Emang beban hidup segitu banyaknya yaaaa?

Perspektif baru 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun