Mengapa menulis menjadi sangat penting?
Sampai di sini, adakah pendapat dari teman-teman untuk menjawab pertanyaan di atas? Saya yakin setiap kita mempunyai respon yang berbeda-beda, entah itu sebuah agreement atau jusrtu sebaliknya. Pada dasarnya setiap orang memiliki preferensinya masing-masing, ada yang merasa bahwa menulis itu penting, ada yang merasa bahwa bernyanyi lebih menyenangkan, atau sebaliknya lebih asik membaca daripada menulis, dan bernyanyi. Apapun pernyataan teman-teman, tidak ada satupun yang salah, semuanya benar sesuai kebutuhan kita.
Menulis adalah suatu aktivitas yang memberikan ruang tersendiri bagi penulis dalam menyampaikan pesannya. Dalam hal berkomunikasi, acapkali kita lebih nyaman dengan satu pola komunikasi saja, yaitu berbicara atau komunikasi secara lisan. Padahal model atau gaya berkomunikasi sangatlah beragam, bahkan menurut catatan sejarah manusia lebih dulu berkomunikasi melalui tulisan daripada komunikasi secara lisan.
Dalam melakukan suatu penulisan tertentu, seorang penulis haruslah mendasarkan tulisannya pada tiga hal yang paling esensial, yaitu tujuan, fokus, dan manfaat. Sebuah tulisan yang bermakna atau memiliki nilai komunikasi paling baik adalah tulisan yang mampu mengakomodir secara utuh tiga hal di atas, oleh sebabnya menulis tidak lagi dipandang sebagai sebuah aktivitas asal-asalan untuk mengisi waktu luang, atau mengisi ke-gabutan (kekosongan tanpa akvitas yang jelas). Sebaliknya jelas bahwa menulis harus memiliki nilai atau makna bagi seorang penulis.
Denny Siregar (47) ialah seorang penulis kenamaan Indonesia yang selalu mencuri perhatin publik melalui konten-kontennya, baik itu video pada kanal youtube, cuitan pada akun twitter-nya hingga tulisan-tulisan kritis yang dimuat pada beberapa media cetak terpercaya. Dalam suatu wawancara esklusif dengannya, DS menyatakan "menulis dulunya di anggap orang sebagai hobi, atau sekadar mengisi waktu luang. Tetapi bagiku menulis adalah pekerjaan, menulis bisa mendatangkan keuntungan bagiku, karena aku dibayar mahal untuk setiap tulisanku."
Pernyataan DS di atas adalah sebuah sikap yang jelas mengenai esensi dari suatu aktivitas menulis. Sayangnya, sampai saat ini masih banyak orang yang bingung bagaimana caranya membuat suatu tulisan yang berkualitas?
Tulisan yang berkualitas: susah atau gampang?
Sampai saat ini, ketika saya menulis artikel inipun masih terus tersirat rasa kurang puas dalam hati, artinya untuk membuat suatu tulisan yang baik atau berkualitas kita perlu kerendahan hati untuk terus belajar, belajar, dan belajar. Akitivitas menulis sejatinya memberikan begitu banyak manfaat bagi kita, dengan menulis kita menjadi lebih berani mengeksplorasi pokok pikiran kita, setiap argumen akan lebih lugas, dan kuat bila diartikulasikan melalui tulisan. Mengapa? Karena melalui tulisan kita tidak mengalami banyak distraksi secara langsung.
Sekarang, coba bayangkan...... anda telah mempersiapkan sebuah catatan kecil untuk memberikan presentasi di depan kelas, saat presentasi sedang berlangsung seorang teman sengaja memancing anda untuk tertawa, alhasil akibat tidak dapat mengendalikan emosi anda langsung tertawa di depan audiens. Apa perasaan anda selanjutnya? Selain malu, yakinlah kejadian itu telah mendistraksi pikiran, dan fokus anda, sehingga mungkin saja saat diberikan kesempatan kedua, anda tidak akan maksimal lagi dalam menyampaikan argumen seperti sebelumnya.
Melalui ilustrasi singkat di atas, jelas bahwa menulis adalah gaya komunikasi dengan distraksi paling minim, bahkan nyaris tidak ada distraksi sama sekali. Oleh sebabnya para penulis seringnnya juga sangat fasih dalam komunikasi secara lisan, sebab mereka terbiasa menuangkan isi pikiran mereka secara lugas, dan lengkap melalui tulisan. Saat diberikan kesempatan untuk berbicara mengenai isi tulisannya, sering seorang penulis tidak lagi kaku, sebab mereka lebih dulu berbicara melalui tulisannya.
Menjawab pertanyaan diatas "Tulisan yang berkualitas: susah atau gampang?" saya mengutip pendapat Lilik HS (seorang penulis lepas) "kita perlu membaca, membaca, membaca, dan terus membaca sebelum menulis" makna dalam penakanan kata membaca yang berulang adalah merujuk pada empat hal, yaitu: a) tulisan berkualitas yang faktual, dan aktual, b) tulisan berkualitas yang berbasis data, dan tidak manipulatif, c) tulisan berkualitas yang lugas, jelas, dan mudah pahami, d) serta tulisan berkualitas yang solutif.
Menulis tidak bisa seenaknya saja, dalam menulis dibutuhkan pertanggungjawaban yang penuh dari seorang penulis terhadap karya-karyanya, oleh sebabnya untuk menjadi penulis yang handal kita perlu terus membaca, dan menulis. Satu tips dari saya, jangan lelah untuk terus menulis, mulailah dengan memanfaatkan media sosial sebagai wadah yang bisa menjangkau lebih banyak orang dengan tulisan-tulisan kita.