“mari mengakhiri tahun ini dengan melihat realitas perubahan yang sulit dipercaya…….”
Dunia yang terus berubah-ubah
Abad ke-21 sangat dekat dengan istilah Revolusi Industri 4.0; sebuah mahzab baru dalam perkembangan atau Revolusi besar-besaran pada sektor industrial yang tidak hanya berdampak pada ekonomi masyarakat secara global, tetapi juga berdampak pada semua sektor dan aspek kehidupan manusia baik secara sosial maupun individual. Pada revolusi industri 1.0 (yang pertama) hal ini ditandai dengan adanya peralihan penggunaan tenaga hewan dalam sektor perdagangan, menjadi tenaga mesin yang dianggap lebih mudah, hemat serta menarik -pada masanya.
Siapa sangka? Hari ini kita mengecap revolusi yeng keempat ini. Dunia yang terus berubah-ubah adalah bukti bahwa manusia merupakan makhluk kosumerisme, bahwa segala hal akan dibutuhkan oleh manusia pada saat yang bersamaan, baik yang penting maupun tidak, sebab life style manusia modern umumnya mengikuti patokan orang lain yang menjadi modelnya. Konsumerisme berarti kebutuhan manusia modern tidak hanya tentang sandang, pandang, dan papan saja, eksistensi dimedia sosial kini menjadi kebutuhan, membangun dan menjalin relasi dengan orang yang sebanyak-banyaknya; agar dikenal telah menjadi kebutuhan, selalu tampil modis sesuai trend fashion kini menjadi kebutuhan.
Setiap perubahan dalam dunia ini adalah faktual, rill, dapat terlihat, dirasakan, dialami, tetapi tidak sepenuhnya terkendali, bahkan adapun perubahan yang tidak disadari; diam-diam terjadi, dari perubahan yang kecil justru tidak diduga lama-kelamaan menjadi perubahan yang berdampak besar, bahkan semakin besar pun orang nyaris tak menyadarinya. Professor Renhald Kasali dari FEB UI menyebutnya sebagai “Disruption” dalam bukunya yang berjudul serupa.
Salah satu contoh konkret adanya disruption dapat kita saksikan pada perubahan kebutuhan manusia akan media komunikasi. Mengakhiri abad Ke-20 pola komunikasi yang terjadi dalam masyarakat umumnya masih bersifat konvensional: agar dapat menyampaikan suatu pesan tertentu orang tua kita masih menggunakan surat-menyurat, adapun yang jauh lebih etis pada masa itu, ialah dengan cara menyampaikan secara lisan; sehingga untuk menyampaikan suatu berita, pembawa berita harus berkunjung ke rumah orang yang dituju, dan kemudian disampaikan secara langsung.
Walaupun 20 tahun sudah dunia menikmati berbagai perubahan yang ada diabad ke-21 ini, tetapi rupanya pola komunikasi yang bersifat konvensional masih terus terjadi. Sayangnya, hanya sedikit saja dari total populasi masyarakat secara global yang masih menggunakannya. Mengapa? Karena sekarang kita disuguhi dengan pola yang baru, suatu sistem komunikasi yang menawarkan kecepatan, kemudahan, tarif yang murah serta menawarkan privalage yang lebih ditengah masyarakat. Ditahun kedua puluh abad ini, hampir semua penduduk di dunia dari berbagai latar belakang pendidikan, ekonomi, ras, agama; semuanya telah mengenyam Social media sebagai suatu media yang memberikan jaminan komunikasi yang lebih praktis.
Hari-hari ini nyaris tidak ada seorang anak berusia tujuh tahun yang tidak memiliki akun Facebook, walaupun yang mengelolahnya adalah orang tua sang anak. Seringkali saya berpikir dan bertanya-tanya dalam kalbu “apa tujuannya anak-anak kecil ini dibuatkan akun Facebook?” ternyata terjawab oleh salah satu sistem komunikasi diatas, yaitu: privalage yang lebih ditengah masyarakat. Tidak semua orang bisa memiliki facebook kalau tidak mempunyai alat komunikasi, misalnya HP, Tablet, PC, Laptop, dsb. Ketika orang menggunakan media sosial tentunya dalam satu kali memposting dia telah mendapatkan privalage yang lebih ditengah masyarakat; karena adanya pengakuan, pujian –semisal postingannya positif, memamerkan sesuatu yang belum dimiliki orang lain.
Dari hal-hal sederhana inilah, kita melihat adanya perubahan yang sangat masif dalam seluruh aspek kehidupan secara intrapersonal maupun interpersonal. Saya tidak akan membahas secara mendalam mengenai dampaknya pada aspek Psikologi seseorang, tetapi yang menariknya ialah perubahan secara individu sebenarnya merupakan dampak dari perubahan individu yang lain –sudah saya sebutkan sebelumnya diatas, yaitu: manusia modern umumnya mengikuti patokan orang lain yang menjadi modelnya. Hal ini adalah suatu pola yang terbentuk menjadi sebuah siklus, bahwa semua orang akan mengalami hal yang sama, dan semakin banyak kesadaran akan adanya perubahan disitulah tonggak awal perubahan secara sosial itu terjadi, maka tidaklah heran jika saya menuliskan judul kecil diatas Dunia yang terus berubah-ubah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!