Mohon tunggu...
Hesdo Naraha
Hesdo Naraha Mohon Tunggu... Freelancer - Sharing for caring by "Louve" from deep Instuisi-Ku

God Is Good All The Time 💝

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kita Hanya Perlu Bersyukur

8 Februari 2020   19:00 Diperbarui: 8 Februari 2020   19:04 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: phys.org

"Kita cenderung menyakiti orang lain, karena kita tidak berhasil mendapatkan;  apa yang kita inginkan."

-Rumput Tetangga-

Setiap orang tentu memiliki harapan serta keinginan dalam hidupnya, realitas kehidupan seakan menjadi cermin yang menunjukan tentang kebenaran-demi-kebenaran yang sedang dihadapi, pun dijalani saat ini. Mungkin kebenaran itu menimbulkan penyesalan yang amat dalam, tapi pernahkah kita bersyukur sedetik saja; atas apa yang terjadi saat ini?

Berandai adalah sebuah cara untuk menikmati hidup dalam segala kemungkinan. Beberapa dari antara orang-orang disekitar kita, mereka telah berandai apakah yang terjadi dengan kehidupan mereka dimasa depan! Beribu-ribu pertanyaan terus bermunculan, sehingga tak heran jika pengandaian bisa membuat orang menjadi lebih sakit hati terhadap kenyataan hidupnya; pun sebaliknya bisa lebih menyenangkan, mungkin saja pada saat itu; orang sedang berkata dalam hati "the dream is come true." Apapun isi kepala kita, apapun yang kita andaikan, tetaplah bersyukur atas hari kemarin, hari ini, dan untuk hari esok: tambahkanlah bersyukur dengan keyakinan, bahwa esok akan lebih baik. 

Sesuatu yang berbeda akan terjadi ketika kita tidak bersyukur, apalagi menyesali kehidupan saat ini, dan berharap akan masa lalu yang telah usai. Tak salah jika kita harus merasa menyesal, tetapi berlarut dalam penyesalan adalah sebuah kutukan akan diri sendiri; sebab kita sendiri telah membawa diri untuk terperangkap dalam The circle of failed (lingkaran kegagalan). Lantas apa sebenarnya yang dimaksud dengan lingkaran kegagalan?

The Cricle of Failed 

Konspirasi mengenai bumi datar adalah sebuah spekulasi kuno, yang masih hidup, dan berakar ditengah kemajemukan masyarakat modern saat ini. Mengakhiri abad ke-20 teknologi serta ilmu pengetahuan terus berkembang, semua orang berlomba-lomba untuk memberikan yang terbaik. Motivasinya sederhana sekali: ada yang bekerja keras untuk kepuasaan diri sendiri, mengharumkan nama keluarga, pun sekadar tugas; bak hutang yang harus dilunasi pada orang atau kelompok tertentu.

Apakah semua itu akan berakhir? "Tidak!!!" lihatlah sekelilingmu, dan anda akan menemukan begitu banyak orang yang bekerja dengan basic dirver atau motivasi yang masih juga sama. Lantas itukah sebuah ketertinggalan zaman? Jawabannya ialah Tidak juga. So that's why? Sebab kita hanya perlu bersyukur karena masih ada motivasi yang terpupuk, untuk membuat kita semakin giat dalam mencapai tujuan serta mimpi. Jika demikian, lalu apakah The circle of failed itu? Saya ingin menjawabnya  dengan sederhana, dan jawabannya ada pada diri kita sendiri: saya, dan anda! Sekarang jawablah, dan renungkan pertanyaan-pertanyaan ini dengan baik-baik, cukup iner-speech-mu yang berbicara:

  • Adakah matematika sebagai salah satu pelajaran yang terasa cukup sulit, semasa sekolah?
  • Ketika mendapatkan nilai kurang dari tujuh adalah sebuah hal yang biasa bukan? Lantas bagaimana perasaanmu ketika mendapatkan nilai tujuh atau bahkan lebih dari itu?
  • Setelah mendapatkan nilai matematika yang cukup bagus, biasanya akan muncul dua pikiran dalam otak kita :
    • Pertama, saya harus belajar lebih giat agar pencapaian ini tetap.
    • Kedua, rasanya saya tidak perlu  belajar lagi; karena ini hanyalah sebuah kebetulan.

Tiga pertanyaan diatas sudah cukup, sekarang kita akan merenung sejenak. Bacalah dan pahami narasi singkat ini:

"Hari ini adalah sepuluh tahun kemudian, masa setelah anda melewati waktu-waktu yang panjang dibangku pendidikan; yang harus berhadapan dengan matematika salama 12 tahun belajar. 

Mendadak anda harus berhadapan dengan 25 soal matematika dasar, karena saat ini anda sedang mengikuti seleksi penerimaan pegawai baru disuatu perusahaan besar yang diimpikan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membawa ingatan anda kembali pada sepuluh tahun yang lalu, ketika niat untuk belajar matematika seketika muncul dalam hati. Sayangnya anda melewatkan itu, matematika tetap menjadi musuh bebuyutan, dan setiap keberhasilan dalam bidang itu; rasanya dewi fortuna hanya sedang berpihak pada saya. 

Sulit, berat, dan anda sendiri tidak bisa. Tapi 25 pertanyaan tersebut harus diselesaikan, satu jam lebih anda menyelesaikan keseluruhan rangkaian seleksi; hasilnya secara otomatis keluar, dan anda dinyatakan tidak lulus. Setelah diperiksa kembali ternyata begitu banyak jawaban yang salah, pada 25 soal matematika. Anda menyesal, penyesalan anda bukan karena hari ini anda menjawabnya asal, penyesalan anda bukan karena kenyataan hidup membuat anda harus datang, dan mengikuti seleksi tersebut, tetapi anda menyesal karena telah mengabaikan niat hati untuk belajar matematika disepuluh tahun yang lalu."

Penyesalan seperti pada narasi diatas, hanyalah ada pada orang-orang yang tidak pernah bersyukur menjalani hari ini. Segala kegagalan selalu dikaitkan dengan masa lalu, seringnya orang-orang demikian akan berkata: seandainya, coba saja, waktu itu, saya menyesal. Banyak kalimat-kalimat penyesalan yang muncul, tanpa disadari jika hal itu terus terjadi maka kegagalan yang serupa akan tetap terjadi. Ibarat seseorang yang tidak pernah bisa move on dari mantan kekasihnya, maka dia akan terus mengutuki diri karena telah melepaskannya. Jika anda merasa seperti demikian, maka saya yakin: anda sedang terperangkap pada The Cricle of Failed . 

Kita Hanya Perlu Bersyukur

Saya yakin ketika penyesalan muncul dalam pikiran, kadang kita selalu ingin kembali ke masa lalu, dan menjalaninya dengan baik. Tidak sedikit orang yang menyatakan perasaan demikan melalui curahan hatinya pada suami, isteri, sahabat, bahkan pada Tuhan; dengan harapan masih ada kesempatan untuk membenahi semuanya. Bagi saya, apapun itu pikiran anda; tak satu pun keliru, bahkan salah. Sebab anda sendiri yang lebih memahami diri anda. Tetapi bayangkan saja, kehidupan ini dapat terjadi persis seperti cerita fiksi dalam film: Rumput tetangga. Maka saya yakin tak sedikit dari kita yang ingin menjejaki kehidupan seperti demikian.

Saya menulis artikel ini setelah menonton film tersebut, sungguh betapa kita diajarkan untuk bersyukur pada kehidupan hari kemarin, dan hari ini, bahwa apapun yang terjadi saat ini: Itulah kehendak semesta yang luar biasa. Kita hanya perlu bersyukur atas nafas hidup; sebab diluar sana begitu banyak orang yang harus membayar mahal untuk sebuah tabung oksigen, kita hanya perlu bersyukur atas kesehatan; sebab tubuh, dan jiwa yang sehat membuat kita bebas beraktivitas, sementara tak sedikit orang yang harus hidup menikmati semesta dalam kesakitan. Lalu kita hanya perlu bersyukur atas makanan, minuman; karena ratusan juta orang meninggal dalam hitungan jam, hanya karena lapar, dan haus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun