Seandainya diberlakukan cuti bersama (selektif industri tertentu) dari tanggal 25 Desember, maka kemungkinan besar akan terjadi banyak hal:
1. Keluarga akan memiliki banyak waktu berkumpul dan membangun quality time (waktu keluarga berkualitas). Inilah salah satu momentum dimana masing-masing anggota keluarga akan memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan anggota lainnya. Inilah saat dimana masing-masing anggota dapat mulai memperbaiki hubungan, menyelami satu dengan yang lainnya, menemukenali potensi kecerdasan anak-anak, melupakan luka-luka psikologis masa lalu dan lain-lain. Hal yang penting adalah, keluarga dapat mengatur kembali ritme keagamaannya kembali, membangun kondusifitas spiritualnya, dan 'mengganti aktivitas-aktivitas ibadah yang selama ini sangat mungkin terlibas oleh ragam kesibukan.
2. Arus liburan dari desa ke kota akan meningkat. Sudah umum di Indonesia, bahwa liburan sesingkat apapun itu dimanfaatkan dengan pergi ke luar kota (yang penting keluar dari rumah dan mencari suasana baru). Waktu tanggal merah 7-8 hari dapat dioptimalkan untuk berkunjung pada desa-desa wisata yang tersebar di seluruh Indonesia. Maka arus konsumsi akan berpindah dari kota ke desa. Distribusi ekonomi akan bergeser ke rumah-rumah warga yang jauh dari ibukota. Pusat-pusat produksi komoditi dan konsumsi, "sementara" akan berpindah ke desa. Perputaran uang yang sehari-hari berpusat di ibukota (negara/provinsi/kabupaten), akan menggelinding ke desa-desa dalam jumlah yang masif. Warga desa akan merasakan kebahagiaan tahunan yang telah ditunggu-tunggu. Para pelaku usaha UMKM akan memiliki dana segar untuk diputar kembali dalam rangka perbaikan usaha atau peningkatan skala usaha. Para pelaku pariwisata juga akan memiliki kesempatan untuk membangun inovasi penawaran paket wisatanya sehingga semakin menarik dan menghasilkan cuan yang lebih besar.
3. Polusi di kota besar akan "sedikit' berkurang. Udara di metropolitan akan memiliki kesempatan untuk "istirahat" sejenak melalui ruang-ruang hijau yang tersedia. Kesegaran hawa dan udara di kota diharapkan akan dapat meningkat setelah selama satu pekan akan ditinggal para user-nya yang sedang 'healing' ke luar kota
4. Pikiran yang sehari-hari digunakan dan diperas untuk kepentingan bisnis dan pekerjaan lainnya, akan memiliki waktu istirahat cukup panjang (satu pekan lebih) sebelum kemudian digas kembali di awal tahun. Relaksasi otak dan hati dapat dilakukan dalam waktu yang cukup panjang dan dalam situasi yang lebih santai. Tekanan target pekerjaan dapat dilupakan sejenak, sehingga sekaligus menghingkan ketegangan batin dan mental. Intinya, inilah momentum untuk menyempurnakan kembali level kesehatan mental ke posisi yang tepat.Â
Selanjutnya silahkan anda dapat tambahkan sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H