Mohon tunggu...
Hery Wibowo
Hery Wibowo Mohon Tunggu... Dosen - Kolumnis dan Praktisi Pendidikan

Berjuang untuk memajukan Pendidikan Karakter

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seri Pendidikan Karakter: Menakar Sumber Kebahagiaan Bermedsos

9 Maret 2023   20:03 Diperbarui: 9 Maret 2023   20:15 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bijak bermedia sosial
Kalimat klise hari ini yang paling sering kita dengar adalah mari bijak bermedia sosial. Namun demikian, faktanya, nasihat tinggal nasihat, ajakan tinggal ajakan. Bijak ini ternyata dimaknai berbeda-beda. Media sosialjustru lebih sering  dijadikan ruang pemuas nafsu untuk dipuji, dianggap hebat, dianggap sukses, dianggap sejahtera dan lain-lain. Banyak diantara kita yang terlalu ingin menampilkan citra kesuksesan ataupun cerminan kemewahan pada diri kita. Terlalu ingin kita dianggap luar biasa oleh lingkungan di luar diri kita.


Satu hal bahwa, para penggemar atau orang yang tulus mencintai kita, tidak memerlukan 'laporan rutin' terkait pencapaian/kinerja kita, sehingga kita tidak perlu selalu 'lapor' via media sosial. Dan mereka yang membenci kita, tidak akan pernah peduli terhadap apa yang kita raih, sehingga 'postingan' apapun tidak akan ada dampaknya.


Jadi, sekali lagi, buat apa dan buat siapa kita (terlalu sering) memposting hal-hal yang bukan diri kita sebenarnya? Bukan diri kita sehari-hari? Bukan sikap dan karakter kita sehari-hari? Benarkah setelah mengunggah hal tersebut, dan kemudian banyak menerima komentar positif, hati kita menjadi bahagia? Benarkah bahwa kita hari ini sudah terlanjur meletakkan sumber kebahagiaan pada jumlah 'like' dan komentar positif? 

Maka, mari mulai mencari sumber kebahagiaan yang lain. Mari mulai melepaskan kecanduan kita pada jumlah komentar positif pada unggahan kita. 

Bukankah terlalu sering melihat kemewahan orang lain akan menorehkan 'bekas' dihati? Bukankah terlalu sering menorehkan 'like' sosial terus menerus juga dapat melahirkan kepalsuan baru? Maka, mari sejenak melepaskan dunia maya dan masuk ke dunia nyata. Berupaya mencari secercah kebahagiaan di sana, karena....

Bahagia sejatinya ada di dalam hati, apakah orang lain menyukai kita ataupun tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun