Sudah hampir 5 bulan saya berhenti menulis di Kompasiana Blog. Berbagai kesibukan sebagai mahasiswa dan juga pengajar telah membuat saya enggan untuk menulis di blog. Saya terlalu sibuk mengerjakan tulisan untuk konferensi, publikasi, presentasi kelas, dan sebagainya. Singkatnya, tulisan-tulisan tersebut ditujukan untuk kalangan akademis. Padahal, jika dipikirkan lebih dalam, tulisan-tulisan tersebut seringkali berpengaruh sangat kecil untuk praktis di bidang pendidikan dibandingkaan dengan tulisan di blog ini. Namun, untuk menghasilkan tulisan-tulisan tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang. Berbagai aturan-aturan yang dibikin, terkait dengan tata tulis ilmiah membuat tulisan tersebut sangat sulit untuk diproduksi. Dalam tulisan ini, saya ingin mencoba berbagi kegundahan saya tentang tulisan-tulisan ilmiah tersebut. Tulisan-tulisan yang saya maksud di sini, sebagai contoh, adalah artikel di jurnal, artikel untuk konferensi, dan presentasi ilmiah.
Pertama, untuk memperoleh kesempatan mempublikasikan tulisan hasil penelitian dan pemikiran selama berbulan-bulan dan mungkin beberapa tahun di sebuah jurnal ilmiah, seorang ilmuwan harus melalui proses yang sangat panjang. Tidak jarang banyak biaya yang dikeluarkan dan waktu yang dipergunakan untuk berpikir dan merangkai kata-kata menjadi sebuah tulisan. Setelah proses panjang tersebut, penulis masih harus melakukan perjuangan untuk memperoleh kesempatan publikasi. Caranya bermacam-macam, misalnya, mengirimkan hasil karya tersebut ke editor jurnal atau ke penerbit. Hasilnya belum tentu diterima. Penulis bisa bernafas lega ketika hasilnya adalah "dapat diterima dengan catatan perbaikan". Setelah diterbitkan, pertanyaan saya adalah berapa sebenarnya jumlah pembaca karya-karya ini?
Kedua, seandainya tulisan ilmiah tersebut menjadi populer dan banyak dikutip di dalam karya-karya ilmiah yang ditulis kemudian. Tulisan tersebut selanjutnya diulas, dibahas, dikomentari oleh kelompok yang sama (ilmuwan dan mahasiswa) untuk kemudian dijadikan sumber untuk menulis karya baru. Pertanyaannya sekarang, apa dampak nyata dari tulisan tersebut untuk kehidupan nyata kita? Apakah tulisan tersebut bisa memberikan inspirasi yang dapat mengubah hidup kita menjadi lebih baik?
Ketiga, tulisan-tulisan ilmiah seringkali menggunakan istilah-istilah (terminologi) yang sering saya sebut "bahasa tingkat DEWA". Istilah-istilah tersebut hanya dimengerti oleh orang-orang yang memiliki hubungan karib dengan disiplin ilmu terkait. Seringkali terminologi tersebut sulit untuk dipahami oleh orang awam. Ilmuwan sendiri seringkali kesulitan untuk menjelaskan maksudnya kepada orang banyak karena dirinya telah mencapai tingkatan dewa tersebut. Pertanyaan saya untuk hal ini, bagaimana cara ilmuwan menyampaikan hasil penelitian ilmiahnya dalam hasa yang sederhana dan dapat dimengerti oleh orang kebanyakan.
Masih banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ingin saya ajukan. Namun, saya rasa cukup tiga untuk posting kali ini. Mudah-mudahan ada yang berkenan untuk mengomentari dan membantu saya untuk menjawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H