Kalau lapar, ya makan. Begitu lah kira-kira kalau sudah mendekati jam makan siang.
Jadi kemarin, aku bersama seorang teman selesai melaksanakan tugas, karena sudah waktunya jam makan siang, aku pun mengajaknya singgah makan siang di salah satu warung makan yang ada di salah satu ruas jalan di kota Medan. Jadi warung makan ini memang selalu ramai pengunjung untuk makan siang, bahkan juga pesanan makanan take away.
Menu makan siang kami lele goreng dan ikan bawal. Lelenya berukuran biasa ukuran lele pada umumnya, sementara ikan bawal pesanan teman saya sedikit besar, kalau ditaksir mungkin sekitar 2 atau 3 ons. Untuk melengkapi menu makan kami, jus jeruk murni hangat sedikit ada rasa dingin pun ada dalam pesanan kami.
Setelah kami menikmati makan siang, secara kebetulan, kami bertemu dengan 2 orang teman yang ingin makan siang juga. Pesanan mereka adalah ikan bawal masing-masing dari mereka. Untuk minuman, mereka pesan air putih saja. Untuk nasi tambah 3 porsi.
Setelah selesai kami menyantap makan siang beserta nasi tambah dan jus jeruk, teman saya ini membayar bill makanan kami, karena dia ada menghadiri rapat di jam 13.20 WIB, jadi harus buru-buru bergegas karena waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB. Setelah di catat dan ditotal, dapat lah harga yang harus dibayar yaitu sebesar Rp 320.000.
"Makan disini memang mahal," celetukku kepada mereka. Kalau harga makanan kami sebesar itu, itu artinya harga per porsi dari kami sebesar Rp 80.000. kalau di warung makan nasi padang atau warung makan pada umumnya, mungkin sudah bisa bayar makan 3 orang atau 4 orang.Â
Walaupun harganya mahal, tidak menyurutkan niat orang-orang untuk makan di warung itu. Harga ternyata tidak menjadi masalah bagi mereka-mereka yang datang ke sana. Buktinya warung makan kaki lima itu tetap selalu ramai setiap jam makan siang. Karena memang rasanya lumayan enak dan pas di lidah bagi yang menyantapnya.
Fenomena atau Hal Yang Lumrah?
Kadang-kadang saya berpikir, kenapa bisa ya harga makan dengan menu yang kami pesan bisa seharga itu? Mungkin untuk masyarakat kelas menengah ke bawah itu adalah harga yang mahal dan tidak wajar. Namun bagi mereka yang ada di kalangan menengah atas, itu harga yang biasa-biasa saja, harga yang wajar saja. setiap orang punya hak yang sama untuk berpendapat apakah itu mahal atau harga yang normal dan wajar.