Kamu kok cantik hari ini?
Baju kamu bagus ya, pasti mahal kan?
Wah, anak Bapak hebat ya, bisa kuliah di luar negeri, biaya pribadi ya pak?
Wah, anak Ibu pintar ya, main pianonya bagus.
Yang abis pulang dari luar negeri, bawa oleh-oleh apa nih?
Basa-basi, perlukah?
Basa-basi adalah sesuatu yang lumrah kita temui dalam hubungan sosial diantara sesama manusia. Baik di lingkungan tempat tinggal, dilingkungan kerja, dilingkungan organisasi atau dimanapun kita berada. Mau tidak mau, suka tidak suka, basa-basi itu tidak bisa dihindari, sama seperti masalah yang tidak akan bisa hindari.
Terinspirasi oleh studi Errington (1984) dan Simon (2014) tentang signifikansi basa-basi dalam masyarakat Minangkabau, tulisan ini berargumen bahwa basa-basi adalah praktik yang tidak hanya esensial dalam satu masyarakat, tapi bisa dibilang merupakan sesuatu yang menyusun kebudayaan Indonesia (dilansir dari nusantarainstitute.com).
Mungkin ada sebagian orang, tidak suka yang namanya basa-basi untuk memulai suatu pembicaraan. Langsung bicara kepada intinya atau poin penting yang ingin disampaikan atau kalau ada ingin dibicarakan. Kalau memang tidak ada sesuatu hal yang ingin dibicarakan, ya sudah tidak ada pembicaraan.
Bagi mereka yang tidak suka basa-basi, mempersepsikan bahwa basa-basi itu adalah sesuatu yang buang-buang waktu dan mengandung makna yang negatif. Karena dalam benak pikiran mereka yang tidak suka basa-basi, ketika mereka basa-basi, lawan bicara mereka akan mengganggap kalau mereka itu pasti ada maunya atau keingingan terselubung yang dibungkus rapi dan bagus dengan sebuah basa-basi.