Emang tidak enak rasanya kalau berumah tangga, tapi tinggalnya tidak dalam satu rumah. Karena dijauhkan oleh jarak terpaksa deh tinggalnya beda rumah atau istilah kerennya tinggal "Dua Dapur". Makin gak enak Apalagi sudah dikaruniai anak yang masih balita dan butuh kasih sayang ke dua orang tua makin membuat rasa tidak enak semakin menjadi. Menambah berat rasa rindu dari masing-masing pasangan suami istri untuk bisa selalu ada bersama ditengah-tengah keluarga kecil.
Masih enak kalau jarak yang memisahkan tidak begitu jauh, ya walaupun ditempuh sekitar 4 - 8 jam perjalanan darat. Jadi sekali seminggu masih bisa pulang untuk berjumpa dengan keluarga menuntaskan rasa rindu selama seminggu tidak bertemu. Menjadi problem yang kompleks kalau rasa rindu itu hanya bisa dituntaskan sekali dalam satu tahun karena jarak yang begitu jauh yang hanya bisa ditempuh dengan pesawat.
Banyak hal yang membuat kondisi berjauhan tempat tinggal ini bisa terjadi dalam satu rumah tangga, salah satu alasan yang paling umum adalah lokasi pekerjaan yang berbeda. Misalnya suaminya bekerja di kota A namun istri bekerja di kota B dan jaraknya cukup jauh karena berbeda kabupaten atau kota.
Hal itu pula yang dialami oleh salah seorang teman sebut saja namanya Viktor, yang bekerja di daerah Tarutung sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil, tapi harus terpisah jarak dengan istri dan anak-anaknya dimana istri dan anak-anaknya tinggal di kota Medan karena sang istri dari teman saya ini bekerja sebagai seorang PNS di kota Medan. Mau tidak mau karena alasan pekerjaan harus terpaksa menjalani hari hari pisah dapur.
Setiap hari jumat setiap minggunya, Viktor teman saya ini selalu pulang ke Medan menggunakan transportasi darat dengan jarak tempuh dari Tarutung ke Medan sekitar 7-8 jam perjalanan. Tapi tidak selalu setiap minggu, kadang-kadang sekali dalam dua minggu, tergantung faktor kelelahan dan kesibukan pekerjaan. Namun yang pasti dalam sebulan, teman saya Viktor masih bisa menuntaskan rasa rindu untuk berada bersama istri dan anak-anaknya yang masih kecil.
Dampak Negatif Tinggal Dua Dapur
Tentu ini tidak enak dan tidak baik ketika kondisi ini berlangsung lama  bahkan hingga bertahun-tahun lamanya, karena akan banyak hal yang dikorbankan baik dari sisi materi, psikologi, rasa kasih sayang terhadap anak yang tidak sepenuhnya terpenuhi karena hanya bisa berjumpa setiap minggu atau sekali dalam 2 minggu.
Dampak negatif yang dirasakan ketika tinggal beda rumah atau dua dapur seperti yang dialami oleh teman saya itu diantaranya :
1. Dampak Ekonomi/Materi
Salah satu dampak negatif yang dirasakan ketika tinggal berbeda rumah adalah biaya hidup yang meningkat. Biaya hidup yang meningkat itu misalnya, biaya kontrak rumah masing-masing suami dan istri bersama anak-anak menjadi double karena harus menyewa rumah atau kontrakan menjadi 2 unit, biaya ongkos transportasi darat pulang pergi setiap minggu atau 2 kali seminggu, biaya dapur, listrik, air. Semua biaya itu mau tidak mau harus dikeluarkan setiap bulannya menambah beban ekonomi atau keuangan keluarga teman saya itu.
2. Dampak Psikologis