Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Huta dan Lapo Tuak", Selalu Berdampingan

27 September 2023   21:57 Diperbarui: 27 September 2023   22:03 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dailymotion.com

Huta adalah kata dalam bahasa batak toba yang berarti desa/kampung. Huta sendiri adalah entitas yang paling terkecil dari lingkungan tempat tinggal masyarakat batak toba. Ketika kita berkunjung ke suatu perkampungan atau desa di daerah batak, kita akan disuguhkan potret sebuah warung tempat tongkrongan para bapak-bapak maupun pemuda yang tinggal di kampung tersebut.

Warung tempat tongkrongan para bapak-bapak dan pemuda kampung itu biasa disebut dengan lapo tuak atau kedai yang menyediakan tuak sebagai minuman. Walaupun di pagi hari sampai siang hari, sang pemilik lapo tuak menyediakan teh dan kopi, namun siang menjelang sore sampai malam, tuak adalah minuman wajib yang tersedia. Dan tidak komplit minum tuak kalau tidak ada "tambul" nya atau makanan pelengkap minum tuak dan yang paling khas adalah tambul daging babi. Walaupun ada juga makanan pelengkap yang lainnya.

Hampir disetiap huta atau desa di daerah batak, kita akan menemukan lapo tuak. Itu sebabnya dimana ada Huta disitu pasti ada lapo tuak. Seperti misalnya di tempat saya berdomisili, di satu desa saja bisa lebih dari 1 lapo tuak, dan semuanya punya pelanggan masing-masing. Walaupun kembali lagi yang paling menentukan adalah rasa tuak yang mereka jual harus bisa lekat di lidah dan bisa membuat mereka mabuk cantik kalau bahasa gaulnya.

Menjamurnya lapo tuak di setiap huta, disebabkan karena keterbatasan pekerjaan bagi masyarakat batak yang tinggal di Huta (desa/kampung). selain bertani, hampir tidak ada pekerjaan sebagai sumber mata pencaharian sehari-hari. Usaha yang paling instan, mudah dan tidak butuh modal banyak adalah membuka usaha kedai minuman atau lapo tuak.

Di sisi yang lain, alasan lain yang membuat bisa lebih dari satu lapo tuak yang ada disetiap huta adalah adanya istilah atau jargon yang sudah melekat sebagai sentilan juga dalam suku batak yaitu Eme na masak di gagat ursa, ia i na masa ima di ula. Kalau diartikan dalam bahasa indonesia artinya, orang batak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang lain.

Misalnya jika si A melihat tetangga  nya buka usaha lapo tuak, dan penghasilan yang didapatkan cukup lumayan, maka si A akan ikut-ikutan buka usaha lapo tuak karena sudah melihat hasil usaha tetangganya itu.

Sisi Positif dan Negatif dari Lapo Tuak

Hadirnya lapo tuak yang ada disetiap desa/kampung (Huta), memiliki sisi positif, dimana bapak-bapak dan pemuda dikampung itu bisa saling berbagi cerita, bertukar pikiran dan berbagi keluh kesah. Lapo tuak menjadi simbol kehangatan dari setiap perjumpaan para bapak-bapak maupun pemuda yang ada di Huta tersebut.

Namun di sisi yang lain, lapo tuak justru lebih banyak mudarat nya atau sisi negatifnya, karena kehadiran lapo tuak membuat bapak-bapak yang ada dikampung jadi malas bekerja, karena sepanjang hari tonkrongannya selalu di lapo tuak.

Realitas yang ada ketika kita datang ke Huta, seperti tempat dimana saya berdomisili, kebanyakan para bapak-bapak maupun pemuda mulai pagi sampai sore, hanya duduk nongkrong di lapo tuak, malahan yang bekerja adalah kaum-kaum ibu. Ada yang bertani di sawah atau ladang, ada juga yang bertenun.

Hal negatif lainnya adalah aktivitas lapo tuak yang tutup sampai larut malam bisa mengganggu ketenangan untuk beristirahat dari tetangga yang berdekatan dengan lapo tuak tersebut. Karena kalau sudah minum tuak lebih satu gelas, udah pasti tuh mainkan gitar dan nyanyi dengan suara nada tinggi bahkan ada yang memakai speaker untuk karaoke yang tentu menimbulkan polusi suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun