Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Aku Tidak Lebih Baik (Hebat) dari Orang Lain

3 September 2023   20:50 Diperbarui: 3 September 2023   20:54 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://intisari.grid.id

Sudah menjadi sifat alamiah manusia yang selalu mengganggap dirinya lebih hebat dan lebih baik dari siapa pun. Sangat susah untuk mengakui kehebatan orang lain dalam setiap pencapaian baik dalam pekerjaan, pendidikan maupun dalam hal lainnya.

Dan memang setiap orang selalu ada tendensi untuk berusaha mendapatkan panggung dimana dia berada dengan harapan siapa saja yang melihat dia memberikan pujian dan pengakuan disertai tepuk tangan lembut sebagai bukti bahwa mereka kagum atas kesuksesan dia saat ini.

Untuk mendapatkan panggung tersebut, setiap orang akan selalu berusaha untuk pamer segala apa yang ada pada dia. Padahal secara tidak sadar, dia lupa bahwa dia tidak lagi punya empati terhadap keadaan orang lain yang lebih susah dari kehidupannya, yang untuk makan saja mungkin susah apalagi bicara pencapaian dalam karir pekerjaan, harta kekayaan dan kesuksesan lainnya.

Cukup bisa makan saja mungkin sudah bahagia untuk mereka yang tidak punya apa-apa, tentu pikiran untuk mendapatkan panggung atas pencapaian tidak akan pernah terlintas di pikirannya.

Sifat alamiah manusia diatas semakin gencar-gencarnya mengalami peningkatan yang tidak terkendali ditengah-tengah disrupsi teknologi terutama masifnya penggunaan media sosial yang telah nyata menggeser perilaku hidup manusia saat ini.

Gaya hidup hedon tidak menjadi hal yang tabu lagi di zaman sekarang ini. Orang begitu gampang dan mudahnya untuk menampilkan postingan gaya hidup mewahnya, pencapaiannya, kesuksesannya.

Foto jalan-jalan ke luar negeri, naik mobil paling mahal, naik jet pribadi, foto dengan tokoh dunia dan artis terkenal, membuat siapa saja yang melihatnya akan menjadi iri karena membandingkan dengan diri mereka yang tidak bisa seperti mereka yang di lihatnya di media sosial.

Semua  tingkah dan perilaku manusia di media sosial yang tiada lagi sekat batas-batas etika dan norma, menunjukkan begitu kuatnya dorongan bagi siapa saja untuk mendapat pengakuan, pujian, yang mungkin bahagia mereka tidak akan lengkap tanpa ada pujian pengakuan dari orang lain.

Diatas Langit Masih Ada Langit

Ungkapan di atas, menjadi alarm bagi siapa saja yang merasa dirinya selalu lebih hebat, untuk bisa kembali merenungkan makna yang terdalam dari ungkapan diatas langit masih ada langit. Artinya , dalam kehidupan ini, kita tidak bisa selalu merasa lebih hebat atau lebih baik dari orang lain baik itu dalam pencapaian karir dalam pekerjaan, maupun kesuksesan yang lainnya. Karena dalam kenyataannya selalu ada yang lebih hebat dari kita dalam hal apapun itu.

Begitu juga dengan ungkapan, langit tidak perlu menunjukkan kalau dia itu tinggi. Kita juga hidup di dunia ini, perlu menerapkan dalam sikap dan perilaku kita bahwa kita tidak perlu menunjukkan kita itu siapa.

Karena itu akan membuat orang lain merasa terganggu dengan keadaan mereka dalam artian membuat siapa saja yang melihat tidak mensyukuri dengan apa yang mereka miliki saat ini, karena tolok ukur kesuksesan yang mereka pakai adalah kesuksesan orang-orang yang dia lihat di media sosial atau dimanapun dengan segala glorifikasi yang mereka miliki.

Di samping itu, ketika kita menerapkan sikap tidak merasa lebih hebat dari orang lain, sikap tidak punya  empati terhadap keadaan orang lain yang lebih susah dari kehidupan kita dan sikap menghargai hidup orang lain karena pada prinsipnya semua derajat dan kedudukan manusia adalah sama di hadapan Tuhan. dan itu juga  akan menunjukkan sebuah sikap kesombongan yang sangat dibenci oleh Tuhan.

Tidak ada satu orang pun yang lebih hebat dari yang lainnya, karena kita ini adalah debu di hadapan Tuhan. Maka kita tidak berhak untuk merasa lebih hebat atau lebih baik dari siapapun di dunia ini.

Dan yang terakhir, ketika dalam diri kita ada satu kesadaran bahwa kita tidak lebih hebat dari orang lain, itu akan mengakui bahwa kita itu adalah manusia biasa yang tidak pernah luput dari yang namanya salah dan tidak akan pernah sempurna dalam segala hal apapun di dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun