Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saatnya Menerapkan Konsep "Frugal Living", Untuk Menopang Daya Beli yang Turun

22 Agustus 2023   16:40 Diperbarui: 22 Agustus 2023   16:45 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Menurut pengertiannya secara sederhana, daya beli adalah kemampuan yang dimiliki konsumen atau masyarakat untuk mendapatkan atau membeli barang yang mereka butuhkan. Tentu daya beli masyarakat akan sangat ditentukan oleh besar kecilnya penghasilan yang masyarakat miliki untuk memenuhi kebutuhan rutin yang mereka miliki disamping juga kebutuhan yang lain yang dianggap perlu untuk didapatkan. Semakin besar penghasilan yang masyarakat miliki tentu akan sejalan dengan semakin kuatnya daya beli masyarakat dan sebaliknya.

Selain pendapatan atau penghasilan sebagai faktor internal dari masyarakat itu sendiri, tentu ada juga faktor eksternal yang akan mempengaruhi daya beli masyarakat menjadi kuat atau lesu, sebut saja misalnya adanya kenaikan harga kelompok barang tertentu misalnya kelompok barang kebutuhan pokok yang sebagian ada mengalami kenaikan walaupun tidak terlalu signifikan, ada juga kelompok barang yang harga nya diatur oleh pemerintah atau disebut administre prices, salah satu contohnya adanya penyesuain harga bahan bakar minyak dan gas yang mengalami kenaikan harga dari harga sebelumnya. Dimana bahan bahan pokok, bahan bakar minyak dan gas termasuk ke dalam kelompok barang kategori kebutuhan rutin dari masyarakat.

Dengan adanya kenaikan harga dari berbagai kelompok barang ini tentu akan mempengaruhi kemampuan daya beli dari masyarakat yang tidak diimbangi dengan persentase kenaikan pendapatan yang diperoleh atas pekerjaan yang mereka miliki. Tentu secara logika, ketika harga kebutuhan akan kelompok barang tertentu apalagi itu menjadi kebutuhan rutin pada naik, masyarakat akan menambah jumlah uang yang dikeluarkan dari sebelumnya. Begitu sebaliknya , ketika harga barang barang berada pada posisi normalnya tentu akan mempertahankan daya beli masyarakat tidak menjadi lesu.

Pelemahan daya beli masyarakat dapat diukur dari naik atau turunnya nilai Indeks Keyakinan Konsumen. Bank Indonesia merilis hasil survey Indeks Keyakinan Konsumen untuk periode Juli 2023 tercatat mencapai 123,5. Nilai tersebut turun dari periode sebelumnya yaitu 127,1 pada Juni 2023 dan 128,3 pada Mei 2023. penurunan skor Indeks Keyakinan Konsumen ini disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat dan termasuk juga inflasi. (dikutip dari berita cnbcindonesia.com).

Situasi ekonomi saat ini yang terpotret dari kecenderungan kenaikan harga barang-barang untuk sebagian kelompok barang tertentu namun penghasilan tidak mengalami kenaikan secara signifikan tentu berimplikasi kepada pelemahan daya beli masyarakat. Hal yang terpenting saat ini adalah bagaimana cara yang dilakukan untuk menyikapi daya beli yang menurun itu.


Saatnya Menerapkan Konsep Frugal Living 

Salah satu cara yang dianggap efektif ketika daya beli masyarakat turun adalah dengan menerapkan gaya hidup "frugal living". Menurut definisinya, frugal living adalah gaya hidup hemat yang bertujuan untuk menghemat uang dan mengurangi pengeluaran.

Konsep frugal living ini membuat kita untuk menentukan yang paling prioritas diantara prioritas-prioritas yang ada dari setiap pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan kita. Misalnya saja nih, untuk rumah tangga yang penghasilannya 5 juta kebawah sudah barang tentu penghasilannya akan lebih banyak dialokasikan untuk kebutuhan rutin dan mendasar serta wajib.

Dan harus lebih selekfit juga untuk membeli kebutuhan rutin (diantaranya bahan bahan pokok, gas lpg, listrik, air, bahan bakar kendaraan, dll) dan kebutuhan penunjang lainnya disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya dan kemampuan penghasilan yang dimiliki.

Selain konsep frugal living yang lebih menekankan kepada kebutuhan yang paling prioritas, kita juga dapat menerapkan prinsip efesiensi dan substitusi untuk setiap kebutuhan rutin kita dan kebutuhan lainnya.

Konsep efisiensi dan subtitusi ini sudah penulis terapkan dalam mengelola anggaran rumah tangga se-efisien mungkin. Contohnya, kebutuhan popok anak yang awalnya si anak menggunakan merk "X" dengan harga 230 ribu isi 72 kualitas premium dengan pemakaian selama 1 bulan, bisa diganti dengan merk yang lain misalnya "Y" isi 72 pcs dengan harga 180 ribu kualitas premium dan masa pakai 1 bulan juga. Dengan itu kita sudah bisa menghemat pengeluaran sebesar 50 ribu.

Contoh kecil yang lain adalah menghentikan pemakaian air galon dengan dispenser. Karena pemakaian air galon selama 1 bulan akan mengeluarkan biaya 100 rb belum lagi untuk biaya listriknya. Kita dapat mengganti air mineral galon dapat kita ganti dengan memasak air ledeng. Dengan adanya subtitusi air mineral galon menggunakan dispenser ke memasak air ledeng, kita dapat menghemat biaya 100 rb dan menambah durasi penggunaan token listrik karena sudah tidak memakai dispenser lagi.

Yang biasanya menggunakan mobil untuk berangkat ke kantor mungkin bisa mengganti dengan sepeda motor yang membutuhkan bahan bakar yang lebih sedikit dibandingkan mobil. Tentu akan menghemat pengeluaran untuk bahan bakar. Atau bila perlu menggunakan transportasi publik yang lebih hemat.

Lifehack di atas, sangat penting dilakukan untuk menjaga daya beli kita tetap terjaga dan kebutuhan rutin serta mendasar dapat terbeli dan terpenuhi ditengah situasi ekonomi yang mungkin tidak baik-baik saja saat ini maupun kedepannya. Selain daripada itu, perlu dilakukan effort yang lebih untuk menambah sumber-sumber penghasilan yang lain demi menopang dan menaikkan kemampuan daya beli seiring dengan bertambahnya biaya untuk memenuhi kebutuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun