“Aku bangga dengan sosok ibuku,“ adalah kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana aku sebagai anak memiliki ibu yang melahirkanku, yang membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan memberikan yang terbaik bagiku untuk masa depanku kelak.Â
Dia membantuku mendirikan fondasi kehidupan yang tertanam kuat yang menjadi modal ku untuk masa depan kelak menjalani kehidupan dan menghadapi dunia yang fana dan kejam ini. Sejak dalam kandungan, ibu sudah mengajarkan semangat dan pribadi yang kuat. Bagaimana tidak, selama 9 bulan dalam kandungan ibu membawaku besertanya setiap hari yang setiap hari pula diikuti pertambahan berat badanku dalam kandungan.
Peran ibu bagi ku sebagai anak tak terbilang banyaknya. Walaupun tidak dalam hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan yang ku dapatkan di pendidikan formal.Â
Tapi lebih dari itu, aku mengetahui banyak hal tentang memaknai kehidupan itu seperti apa seharusnya, ya dari ibu. mulai dari kecil, remaja hingga dewasa dan berkeluarga, peran ibu tidak pernah selesai.Â
Dari ibu aku belajar untuk hidup disiplin. Saat aku bersekolah, ibu mengajariku dan mengingatkanku untuk mengambil waktu belajar di malam hari sebelum tidur. Tidak menjadi anak yang nakal dan jangan terpengaruh dengan hal-hal yang baik dan yang tidak baik. Kalau pulang sekolah, ya langsung pulang ke rumah.Â
Pada saat makan, kami diajarkan untuk makan bersama dan sebelum makan harus berdoa dan berdoanya pun harus bergiliran. Mungkin itu sebagian kecil dari pengetahuan yang ku dapat dari sosok seorang ibu tetapi sudah hal yang esensi menurutku dan terbukti itu menjelma dalam karakter ku hingga saat ini. Puji Tuhan, aku tidak mudah terpengaruh dengan kehidupan duniawi dan lingkungan yang tidak baik. Ibu sudah meletakkan fondasi itu bagi kami pribadi lepas pribadi.
Sejak kecil, aku dan saudara-saudaraku sudah diajarkan oleh ibuku tentang menjalani hidup itu seperti seharusnya. Dia meletakkan fondasi bagi kami dalam menghadapi dan menyikapi lika-liku kehidupan. karna dia tahu, tanpa fondasi hidup yang kuat seperti berjalan ditengah hutan tanpa kompas penunjuk arah. Akan sulit membendung pengaruh duniawi dan pergaulan yang tidak baik.
Ketika kami masih kecil, Ibu yang pada saat itu mengisi kesibukannya dengan berjualan sayur ke pasar pada awalnya, membawa turut serta Kakakku tertua dan nomor 2 dalam gendongannya.Â
Dari perbuatan dan tindakannya memberikan walaupun hanya kami dengar dari cerita ibu tidak melihat secara langsung karena aku belum ada pada saat itu, sudah memberikan pelajaran bagi ku secara pribadi dan saudara-saudaraku bahwa di tengah kondisi seperti itu yang masih memiliki 2 orang anak yang masih kecil, tetapi ibu ku tidak pernah lelah untuk menggendong kakak-kakak ku untuk bisa berjualan untuk menghasilkan penghasilan tambahan yang walaupun gaji Bapakku sudah cukup untuk membiayai kehidupan kami. Tetapi ibuku tidak mau berpangku tangan dirumah tanpa berbuat sesuatu yang menghasilkan.
Aku masih ingat pada saat dimana kami masih bersekolah, kami selalu diberi uang saku secukupnya oleh ibu. Mungkin kami mengira kalau ibu itu pelit karna hanya memberi uang jajan secukupnya.Â
Tapi seiring berjalan waktu dan semakin beranjak dewasa, kami semakin mengerti kalau dengan cara itu ibu mengajarkan kami supaya hidup sederhana bagaimanapun keadaan kami. Peran ibu dalam mengajari kami memaknai untuk hidup sederhana tertanam kuat dalam diri kami masing-masing anak-anaknya yang menjadi kepribadian dan karakter yang hidup hingga  sekarang bahkan sampai kami sudah berkeluarga itu yang akan kami ajarkan bagi anak kami.