Mohon tunggu...
Hery Opath
Hery Opath Mohon Tunggu... -

Menyukai sepi dan pencarian. Lahir dan besar di Bagian Barat Timor (West Timor), bersaudara dan serumpun dengan mereka di Bagian Timur Pulau Timor (East Timor / RDTL).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Reformasi Birokrasi (Sebuah Penghargaan terhadap Semangat)

19 September 2011   01:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:50 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



“Siiiiap Geraaaaaak”!!! samar Aku dengar suara pemimpin apel pagi itu di pelataran belakang antara ruang utama dan ruang workshop kantor ku. Semua staf dan  pegawai nampak rapi dalam banjar – baris berdasarkan tiap seksi dan kejuruan atau departemen. “Tata Usaha, siap Apel pagi” berlanjut seksi – seksi dan departemen lain ikut melapor. Aku masih berhenti sebentar di parkiran menunggu selesai apel. Pagi ini aku sedikit terlambat.

Apel pagi adalah kebiasaan di kantor yang sering kami lakukan. Awal mengikuti apel pagi di kantor aku agak merasa “aneh” karena persis sudah beberapa tahun terlewat dan tidak pernah lagi mendegar aba – aba baris berbaris. Satu hal yang dulu pernah aku sukai. Dulu sewaktu masih di SD, bahkan sampai SMP, aku  menyukai baris – berbaris dan paling senang kalau di percaya jadi penggerek bendera saat upacara pengibaran bendera. Tugas dan kepercayaan jadi penggerek akan kulaksanakan dengan gagah (kira – kira itu perasaanku waktu kecil dulu). Tapi itu sudah sangat lama, beberapa tahun yang lalu.
Barisan rapi menjadi tercerai berai setalah aba –aba “bubar jalan” terdengar lantang. Aku menyusup ke kumpulan teman yang lagi mengantri membubuhi paraf di daftar absensi pagi. Sebagian teman pegawai masih berkumpul bergerombol sebelum nanti kembali sibuk dengan tugas di belakang meja masing – masing. Pagi ini sesuai Jadwal kami akan melakukan rapat bersama yg biasanya dilaksanakan sebulan sekali oleh seluruh staf. Aku sendiri kurang tahu agenda dan materi apa yang harus jadi bahan pembicaraan di rapat. Pukul 09.00 WiTA semua sudah berkumpul di aula AVR  yang berukuran  sedang. Rapat dimulai dengan evaluasi kegiatan dan target kerja. Semua sumbang pikiran, semua kasih gagasan. Usul dan saran pasti menyelingi. Ada kritik, ada juga autokritik. Semua untuk sesuatu yang lebih baik. Kritik memang sudah pasti akan ada ke mana pun kita melangkah. Orang yang paling pintar, paling hebat, paling ahli dan paling bekerja keras pun tidak luput dari kritik. Bila kita ada di tahap belajar, tahap mencoba, tahap memulai, di mana hasil kerja kita masih jauh dari sempurna, sudah sewajarnya kita mengantisipasi kritikan dan menjadikannya sebagai energi positif yg konstruktif.

Di kesempatan rapat itu juga dibahas tentang bidang kepegawaian yang menjadi tugas aku bersama “mba” Hadijah  yang Seminggu sebelum lebaran kemarin, kami diberi tugas monitoring oleh kepala BLKI. Sebuah tugas dengan semangat yang baik berdasarkan PP No, 53 / 2010 tentang Disiplin PNS. Monitoring yang kami lakukan untuk melihat perkembangan kehadiran pegawai berdasarkan perhitungan jam kerja dan membuat rekapan bulanan yang akan dijadikan sebagai data dan bahan pengambilan sikap (sanksi indisipliner) oleh pejabat yang berwenang. Semenjak diberi kepercayaan itu saya coba mempelajari tentang PP No. 53 serta melihat amanat dan semangat yang terkandung di dalamnya.
Ada banyak kelemahan yang saya sampaikan dalam rapat tersebut. Diantaranya sikap disiplin yang mestinya menjadi sikap moral setiap individu. Apapun aturannya disiplin hanya bisa tumbuh dari pribadi yang mau terib dan kandungannya adalah keteladanan. Untuk alasan itu, beberapa kali saya memprotes pola monitoring yang menurut saya tidak akan memberi efek positif yang jauh. Selain kendala teknis penghitungan jam yang dikonversi untuk penghitungan hari. Aku memang selalu memulai dengan keyakinanku, dan percaya ada nilai dan kebenaran yang selalu keluar dari pribadi yang menjadi teladan.
Sikap keteladanan dan iklim kerja yang sehat lah yang mendorong sebuah institusi atau lembaga benar benar produktif. Sikap kaku dan rigit pada aturan hanya menghabiskan energi pada menyelasikan masalah inter – relasional yang baik tapi belum tentu produktif. Itu lah sebab di pemamparan dan diskusi tentang PP 53 /2010 bersama semua staf BLKI aku  meminta untuk pola monitoring yang kaku bisa dirubah lebih fleksibel dan didorong pada keteladanan-produktif.

Kehadiran dan absensi memang merupakan borok nya birokrasi yang banyak di sorot. Banyak pegawai yang hadir saat pagi lalu menghilang,dan kembali muncul saat sore untuk kepentingan absen dan pulang. Monitoring dengan pola yang tepat, menumbuhkan kesadaran dan sikap keteladanan akan merupakan sesuatu yang baik dari cita – cita besar “Reformasi Birokrasi”. Memang judul besar reformasi birokrasi rasanya menjadi PR yang sangat berat. BLKI makassar harus punya komitmen untuk itu. Komitmen bersama harus lahir dari komitmen – komitmen individu di dalamnya. Termasuk menjawab pandangan publik terhadap bobroknya departemen ini yang saban hari santer di media dengan kasus suap elite departemennya.
Semoga ini menjadi kesadaran kerja bersama. Terus Semangat membagun kompetensi bagi pencari kerja.

VIVA BLKI Makassar.!!!

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun