Mohon tunggu...
Hery Menyebar
Hery Menyebar Mohon Tunggu... -

Karyawan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Legenda Ikhtiar Sang "Babi Ngepet"

4 September 2016   08:50 Diperbarui: 4 September 2016   09:05 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Padahal tidak gatal, binatang jadi-jadian itu terus menggosok-gosokkan badannya di dinding sebuah rumah juga ke bagian pintunya. Mulutnya sedari awal menjuntai seperti mengendus. Dengan menakjubkan semua harta benda yang berharga di dalam rumah itu pun seperti debu-debu yang dihisap mesin penyedot, habis tiada sisa berpindah ke dalam jubah hitamnya". Seperti itu sepenggal adegan yang konon berasal dari legenda atau mitos di masyarakat tentang bagaimana pesugihan Babi Ngepet melakukan aksi-aksinya. 

Legenda pesugihan diingatan masyarakat terus diuji keotentikannya seiring pesatnya moderenitas yang membawa alam materialistik. Dibenak masyarakat, Babi Ngepet hanya satu bentuk dari sekian pesugihan. Masih ada Kolor atau Buto Ijo, Tuyul, Monyet, Kura-kura, ritual Nyi Blorong sampai ritual sex didinginnya puncak pegunungan, itu pun kata orang-orang yang tidak wajib dibuktikan. Dalam konsep ngepet yang metafisik itu, sang aktor sudah siap dengan segala resiko perjuangan sebagai bentuk ikhtiarnya. Menurut pakar bahasa, ikhtiar diartikan sebagai kekuatan untuk memilih (power of choice) sesuatu yang perlu dia lakukan atau tidak. Sehingga dalam free will itu ia bebas menggunakan segala sesuatu dalam mencapai tujuan. 

Jika ngepet telah menjadi ikhtiar, awal bangunan ikrar kesetiaan kepada makhluk penggoda itu dilantunkan, sebagai pembujuk manusia dengan iming-iming kebahagiaan serta kemasyhuran. Pesugihan adalah metoda untuk kaya dalam sekejab, mencapai karir gemilang menjelma figur terpandang. Namun dibalik itu semua terdapat pengorbanan nyawa yang mereka sebut sebagai tumbal kejayaan. Mengatasi desakan modernitas yang syarat materialistis memicu siapa pun mengambil ikhtiar serupa itu. Masyarakat untuk sebagian mempercayai kemampuan pesugihan itu diperoleh dengan cara transaksi melalui agreement bersama makhluk halus yang dipandu seorang juru kunci, mediator merangkap fasilitator. Prosedur itu katanya serupa dengan pesugian lainnya. Dari cerita yang beredar, modus operandi sang Babi Ngepet dalam mengeruk kekayaan korbannya tidak dapat dilakukan dari jarak jauh, tidak seperti perbincangan ditelepon genggam atau tindakan kriminal berbasis teknologi informasi semisal e-banking maupun peluru kendali jarak jauh. Tetapi siluman babi harus mendekat agar dapat langsung ngepet di kediaman calon korbannya. Cara ini bisa disebut tradisional metafisik yang high tech. Karena tidak melibatkan banyak tim maupun sindikat yang dapat ditangkap seperti kriminal moderen. 

Babi Ngepet harus menembus ring satu sebuah rumah lalu menyapu isinya dengan menggesek-gesekkan tubuhnya seperti kartu kredit. Tanpa cara itu tidak bisa disebut aksi ngepet. Sebenarnya tidak hanya babi yang dapat melakukan aksi ngepet, semua hewan sesungguhnya ngepet. Kata "Ngepet" berasal dari kata "Kepet" yang berarti tidak pernah cebok usai buang air besar (BAB). Jadi ngepet adalah sebuah kondisi. Adakah binatang yang tidak kepet? bebek ngepet, ayam ngepet, kucing ngepet, sapi ngepet dan semua hewan di bonbin bisa dipastikan ngepet. Meski semua hewan ditakdirkan ngepet tapi hanya hewan tertentu yang mampu menjilat sebagai penanda loyalitas pada sang majikan. Sialnya banyak majikan yang digigit anjingnya akibat terlambat memberinya makan. 

Soal Babi Ngepet sendiri belum ada riset yang spesifik memberikan info yang melatar belakangi terjulukinya "Babi Ngepet". Namun dalam konsep kosmologi, alam semesta merupakan satu kesepaduan yang tidak tercerai berai. Ia selalu bersentuhan semisal air dengan sungainya, bintang dan langitnya, hutan dan tanahnya, bumi selain dengan atmosfernya, juga bumi senantiasa bersama gayanya. Sama saat seseorang dalam kondisi kepet, sisa kotoran itu melengket dan terus merekat di lubang anus dan sekitarnya yang kemudian memancing bakteri untuk terus mendekat hingga menambah aroma tidak sedap. Jadi jangan dibiarkan kotoran kepet seperti itu sempat mengering. 

Aksi melekatnya kepet yang disebut ngepet ini sepadan dengan seni beladiri Wing Chun yang bertarung hampir tanpa jarak seperti ditampilkan di film. Karena dalam bela diri ini diajarkan cara sedekat mungkin bertarung mengalahkan lawan baik saat menyerang atau menghalau pukulan. Jika Wing Chun banyak sejarah mencatat, maka berbeda dengan babi ngepet yang minim literatur. Kemungkinan berasal dari aksi yang menggesek atau menggosokkan tubuh babi ke dinding-dinding rumah korbannya. 

Mungkin cara kerjanya sama dengan magnet, agar medan magnet lebih maksimum bekerja menarik logam-logam disekitarnya maka magnet perlu didekatkan atau ditempelkan langsung ke objeknya. Mereka yang berniat menjadi seseorang berpengaruh dan berkuasa awalnya juga harus mendekateratkan dirinya kepada yang berkuasa pula. Kengepetan tersebut musti dilakukan sebagai syarat ikhtiar memperoleh kepercayaan yang berujung pendelegasian. Mendekat lalu merapat dan akhirnya melengket selengket kepet. 

Hanya saja praktik "Ngepet" ini memerlukan strategi dan taktik. Ini sudah menjadi politik universal yang terajut bersama politik keekonomian sejak berabad-abad lamanya. Tidak sedikit untuk berkuasa harus menguras energi dan materi, tidak sedikit pula yang mengambil keuntungan dari pengurasan tersebut. Kesetiaan dan ketekunan dalam me "ngepet" diwarnai adu strategi dan taktik, yang hasilnya bergantung pada cita-cita ngepet sendiri. 

Sebagai ikhtiar, ngepet sedekat dan selengket mungkin dengan teritori sumber kekuasaan dan kekuatan harus diupayakan. Bagi mereka yang percaya, sang Babi Ngepet bila tertangkap ia akan menjadi siluman babi selamanya, itu jika sang peniup lilin sebagai pemegang kendali operasinya lalai atau terjadi human error (entah benar atau tidak). Pun demikian, bila aksi "ngepet" yang tujuannya memperebutkan kepercayaan dan kekuatan dari rumah besar kekuasaan itu terendus, maka para anjing penjaga rumah tidak akan bergeming, setidaknya anjing-anjing yang berbaris dengan kompaknya akan menggonggong sebelum akhirnya menggigit siapapun yang mencoba ngepet di rumah besar majikannya. Informasi dari dunia ngepet, tidak semua rumah mewah dapat dikuras isinya. 

Sang pemilik rumah juga telah memasang alat berteknologi anti ngepet. Selain berfungsi sebagai benteng atau pagar pelindung agar tidak tertembus siluman babi, alat itu juga sebagai peringatan dini adanya bau kepet. "Ngepet" telah berlaku secara universal, termasuk dalam mencari pasangan hidup, seorang pria dan wanita harus saling ngepet agar mendapatkan kisi-kisi kedalaman hati masing-masing. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun