Mohon tunggu...
Herry Febriyantsiana
Herry Febriyantsiana Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja seni

Mengejar matahari

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sepenggal Kisah Syeikh Jumadil Kubro

3 Agustus 2013   01:05 Diperbarui: 4 April 2017   18:03 40909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata pengantar:

Syeikh Jumadil Kubro merupakan tokoh kunci proses Islamisasi tanah Jawa yang hidup sebelum walisongo. Seorang penyebar Islam pertama yang mampu menembus dinding kebesaran Kerajaan Majapahit. Syeikh Jumadil Kubro bernama lengkap Syeikh Jamaluddin al-Husain al-Akbar. Beliau adalah cucu ke-18 Rasulullah Muhammad SAW dari garis Syyidah Fatimah Az Zahrah al-Battul. Ayahnya bernama Syeikh Jalal yang karena kemuliaan akhlaknya mampu meredam pertikaian Raja Campa dengan rakyatnya. Sehingga, Syeikh Jalal diangkat sebagai raja dan penguasa yang memimpin Negara Campa.Syeikh Jamaluddin tumbuh dan berkembang di bawah asuhan ayahnya sendiri. Setelah dewasa, beliau mengembara ke negeri neneknya di Hadramaut. Di sana beliau belajar dan mendalami beragam ilmu dari beberapa ulama yang terkenal di zamannya. Bahkan keilmuan yang beliau pelajari meliputi Ilmu Syari’ah dan Tasawwuf, di samping ilmu-ilmu yang lain.

Selanjutnya, beliau melanjutkan pengembaraannya dalam rangka mencari ilmu dan terus beribadah ke Mekkah dan Madinah. Tujuannya adalah mendalami beragam keilmuan, terutama ilmu Islam yang sangat variatif. Setelah sekian lama belajar dari berbagai ulama terkemuka, kemudian beliau pergi menuju Gujarat untuk berdakwah dengan jalur perdagangan. Melalui jaringan perdagangan itulah beliau bergumul dengan ulama lainnya yang juga menyebarkan Islam di Jawa.

Kemudian beliau dakwah bersama para ulama’ termasuk para putra-putri dan santrinya menuju tanah Jawa. Mereka menggunakan tiga kendaraan laut, sekaligus terbagi dalam tiga kelompok dakwah. Kelompok pertama dipimpin Syeikh Jumadil Kubro memasuki tanah Jawa melalui Semarang dan singgah beberapa waktu di Demak. Selanjutnya perjalanan menuju Majapahit dan berdiam di sebuah desa kecil bernama Trowulan yang berada di dekat kerajaan Majapahit. Kemudian jamaah tersebut membangun sejumlah padepokan untuk mendidik dan mengajarkan beragam ilmu kepada siapa saja yang hendak mendalami ilmu keislaman.

Kelompok kedua, terdapat cucunya yang bernama al-Imam Ja’far Ibrahim Ibn Barkat Zainal Abidin dibantu saudaranya yakni MalikIbrahim menuju kota Gresik. Dan kelompok ketiga adalah jamaah yang dipimpin putranya yakni al-Imam al-Qutb Sayyid Ibrahim Asmoro Qondy menuju Tuban. Namanya masyhur dengan sebutan “Pandhito Ratu” karena beliau memperoleh Ilmu Kasyf (transparansi dan keserba jelasan ilmu/ilmu yang sulit dipahami orang awam, beliau diberi kelebihan memahaminya).

Perjalanan dakwah Syeikh Jumadil Kubro berakhir di Trowulan, Mojokerto. Beliau wafat tahun 1376 M, 15 Muharram 797 H. diperkirakan hidup di antara dua Raja Majapahit (awal Raja Tribhuwana Wijaya Tunggadewi dan pertengahan Prabu Hayam Wuruk). Bermula dari usul yang diajukan Syeikh Jumadil Kubro kepada penguasa Islam di Turki (Sultan Muhammad I) untuk menyebarkan Agama Islam si wilayah Kerajaan Majapahit. Pada saat itu wilayah Majapahit sangat kuat pengaruh Agama Hindu di samping keyakinan masyarakat pada arwah leluhur dan benda-benda suci. Keberadaannya di tanah Majapahit hingga ajal menjelang menunjukkan perjuangan Sayyid Jumadil Kubro untuk menegakkan Agama Islam melawan penguasa Majapahit sangatlah besar.

Karena pengaruh beliau dalam memberikan pencerahan bekehidupan yang berperadaban, Syeikh Jumadil Kubro dikenal dekat dengan pejabat Kerajaan Majapahit. Cara dakwah yang pelan tapi pasti, menjadikan beliau amat disegani. Tak heran, bila pemakaman beliau berada di antara beberapa pejabat kerajaan di antaranya adalah makam Tumenggung Satim Singgo Moyo, Kenconowungu, Anjasmoro, Sunana Ngudung (ayah Sunan Kudus), dan beberapa patih dan senopati yang dimakamkan bersamanya.

Lokasi kompleks makam ini berdekatan dengan Pendopo Agung Majapahit dan Pusat Informasi Majapahit yang pembangunannya menuai kontroversi. Hal itu karena proses pembangunannya diindikasikan merusak situs-situs peninggalan Majapahit yang diyakini hingga kini masih terkubur di dalam tanah kawasan Trowulan. Sekali dayung, maka semua tujuan napak tilas sejarah Majapahit bisa terpenuhi.

Silsilah::

Sayyid Jumadil Kubro bin Sayyid Zainul Khusen bin Sayyid Zainul Kubro bin Sayyid Zainul Alam bin Sayyid Zainal Zainal Abidin bin Sayyid Khusen bin Siti Fatimah binti Rasulullah Muhammad SAW bin Abdullah bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushoyi bin Kilab bin Murota bin Kaáb bin Luayyi bin Gholib bin Fihri bin Maliki bin Nadri bin Kinana bin Khuzaimah bin Mudrika bin Ilyas bin Mudhoro bin Nizar bin Maad bin Adnan bin Uddi bin Udada bin Mukowami bin Nakhuro bin Tairokhi bin Ya’rub bin Yasjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim bin Tarokha bin Nakhuro bin Syarukho bin Arghu bin Falakho bin Abaro bin Syalakho bin Arfakhsan bin Sami bin Nukh bin Lamaka bin Mutawaslikh bin Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qoinani bin Yanasy bin Syits bin Adam Alaihi Sholatuwassalam.

I. Sayyid Jumadil Kubro dikaruniai tiga putra. Adapun ketiga putra beliau itu adalah :

Sayyid Ibrahim (Ibrahim As-Samarkhandi)
Maulana Iskha’
Sunan Aspadi yang dikawin oleh Raja Rum

II. Sayyid Ibrahim Bin Jumadil Kubro menikah dengan Dewi Candrawulan Binti Raja Kuntoro Chempa mempunyai 2 orang anak :

Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Sayyid Ali Murtadho (Raja Pandhito) R. Santri

III. Maulana Iskhak Bin Jumadil Kubro menikah dengan Raden Ayu Retno Kusumo Binti Raja Mundiwangi Pajajaran mempunyai 2 orang anak :

Sayyid Abdul Qodir atau disebut Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
Dewi Saroh (Istri Sunan Kalijogo)

IV. Maulana Iskhak Bin Jumadil Kubro menikah dengan Dewi Sekardadu Binti Prabu Minak Sembuyu Blambangan mempunyai seorang anak bernama : Raden Paku atau (Sunan Giri)

V. Sunan Aspadi tidak diketahui karena berada di Kerajaan Rum

VI. Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) Bin Sayyid Ibrahim Bin Jumadil Kubro menikah dengan Dewi Candrawati Binti Ariyotejo Adipati Tuban mempunyai 5 orang anak :

Siti Sariáh (Istri Haji Usman) Sunan Manyuran
Siti Mutmainnah (Istri Sayyid Muhsin)
Siti Khofsoh (Istri Sayyid Ahmad)
Sayyid Maqdum Ibrohim (Sunan Bonang)
Raden Qosim (Sunan Drajat)

VII. Sayyid Ali Rahmatullah juga menikah dengan Dewi Karimah Binti Ki Bang Kuning, mempunyai 2 orang anak :

Dewi Murtasimah (Istri Raden Patah)
Dewi Murtasiyah (Istri Sunan Giri)

VIII. Sayyid Ali Murtadho (Raja Pandhito) Raden Santri Bin Sayyid Ibrahim As-Samarkhandi Bin Sayyid Jumadil Kubro menikah dengan Raden Ayu Maduretno Binti Prabu Ariyo Bariben mempunyai 3 orang anak :

Haji Usman (Sunan Manyuran) Mandalika
Usman Haji (Sunan Ngudung)
Nyai Gede Tundo (Istri Sunan Kertoyoso)

IX. Sayyid Abdul Qodir atau disebut Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) Bin Maulana Iskhak Bin Sayyid Jumadil Kubro menikah dengan Dewi Haisah Binti Raden Jakender (Sunan Malaka) Madura mempunyai 2 orang anak :

Raden Abdul Jalil disebut Syeikh Siti Jenar tidak mau beristri
Dewi Sofiyah (Istri Raden Qosim) Sunan Drajat

X. Sayyid Maqdum Ibrahim (Sunan Bonang) Bin Raden Rahmad (Sunan Ampel) Bin sayyid Ibrahim Bin Sayyid Jumadil Kubro menikah dengan Dewi Hiroh Binti Raden Jakender (juga mertuanya Syarif Hidayatullah) mempunyai seorang anak bernama : Dewi Rukhilah (Istri Sunan Kudus).

XI. Raden Qosim (Sunan Drajat) Bin Raden Rahmad bin sayyid Ibrahim Bin Jumadil Kubro menikah dengan Dewi Sofiyah Binti Sunan Cirebon mempunyai 3 orang anak :

Pangeran Trenggono
Pangeran Sandi
Dewi Rouyan

XII. Haji Usman (Sunan Manyuran) Bin Raja Pandhito Bin sayyid Ibrahim Bin Sayyid Jumadil Kubro menikah dengan Siti Sariah Binti Sunan Ampel mempunyai seorang anak bernama : Amir Khasan

XIII. Usman Haji (Sunan Ngudung) Bin Raja Pandhito Bin Sayyid Ibrahim Bin Jumadil Kubro menikah dengan Dewi Sari Binti Tumenggung Wilatikta mempunyai 2 orang anak :

Dewi Sujinah (Istri Sunan Muria)
Amir Haji (Sayyid Ja’far Sodiq) Sunan Kudus

XIV. Dewi Murtasimah Binti Sunan Ampel Bin Sayyid Ibrahim Bin Jumadil Kubro dinikah oleh Raden Patah Bin Kertawijaya (Brawijaya) mempunyai 5 orang anak :

Pangeran Purbo
Pangeran Trenggono
Raden Bagos Sedokali
Raden Kenduruhan
Dewi Ratih

XV. Nyai Gede Tundo Binti Raja Pandito Bin Sayyid Ibrahim Bin Sayyid Jumadil Kubro dinikah oleh Khalifah Khusen (Sunan Kertoyoso) Madura mempunyai seorang anak bernama : Khalifah Sughro.

XVI. Siti Mutmainah Binti Sunan Ampel Bin Sayyid Ibrahim Bin Sayyid Jumadil Kubro dinikah oleh Sayyid Muhsin (dari Yaman) beliau adalah murid Sunan Ampel atas perkawinannya mempunyai seorang anak bernama : Amir Khamzah.

XVII. Siti Khofsoh Binti Sunan Ampel Bin sayyid Ibrahim bin Sayyid Jumadil Kubro dinikah Sayyid Ahmad (Sunan Malaka) beliau adalah murid Sunan Ampel, atas perkawinannya tidak mempunyai anak.

XVIII. Raden Paku (Sunan Giri) Bin Maulana Ishak Bin Sayyid Jumadil Kubro kelahiran Blambangan menikah dengan Dewi Murtasiyah Binti Sunan Ampel mempunyai 4 orang anak :

Raden Prabu
Raden Milyani
Raden Kuwo
Dewi Retnowati

XIX. Raden Sahid (Sunan Kalijogo) Bin Raden Sahur Tumenggung Wilatikta. Beliau adalah murid Sunan Ampel, menikah dengan Dewi Saroh Binti Maulana Ishak Bin Sayyid Jumadil Kubro, mempunyai 3 orang anak :

Raden Said (Sunan Muria)
Dewi Rukoiyah
Dewi Sofiyah

XX. Raden Said (Sunan Muria) Bin Raden Sahid (Sunan Kalijogo) menikah dengan Dewi Sujinah Binti Usman Haji (Sunan Ngudung) Bin Raja Pandhito Bin Sayyid Ibrahim Bin Sayyid Jumadil Kubro mempunyai seorang putra bernama : Pangeran Santri (Sunan Kadilangu).

XXI. Raden Amir Haji atau disebut Sayyid Ja’far Sodiq (Sunan Kudus) Bin Usman Haji (sunan Ngudung) Bin Raja Pandhito Bin Sayyid Ibrahim Bin Sayyid Jumadil Kubro menikah dengan Dewi Rukhila Binti Sayyid Maqdum Ibrahim (Sunan Bonang) Bin Sunan Ampel Bin Sayyid Ibrahim Bin Sayyid Jumadil Kubro mempunyai seorang anak bernama : Raden Amir Khasan.

XXII. Raden Sahur Tumenggung Wilatikta (Tuban) menikah dengan Dewi Nawang Arum Binti Ki Ageng Tarup mempunyai 2 orang anak :

Dewi Sari (Istri Sunan Ngudung)
Raden Sahid (Sunan Kalijogo)

XXIII. Raden Jakender (Sunan Malaka) Madura menikah dengan Dewi Nawang Sari Binti Ki Ageng Tarup mempunyai 2 orang anak :

Dewi Hisah (Istri Sunan Gunung Jati)
Dewi Hiroh (Istri Sunan Bonang)

XXIV. Prabu Kertawijaya (Brawijaya I) mempunyai istri banyak dan anaknya juga banyak sekali, namun yang terkenal dari istri Chempa mempunyai 3 orang anak :

Prabu Hadi (Istri Adipati Doyoningrat)
Lembu Peteng Madura
Raden Kukur

Dari istri Ponorogo mempunyai anak :

Betoro Katong (Ponorogo)
Ariyodamar (Adipati Palembang)

Dari istri Chempo yang lain mempunyai anak bernama : Raden Husen (Raden Patah) yang mendirikan kerajaan Islam Demak.

Dari istri dari Bakilen mempunyai anak bernama : Jaran Panoleh di Sampang Madura

Berbagai sumber...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun