Mohon tunggu...
Hery Azwan
Hery Azwan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pulang dari Taksim Square, Eh Dikerjai Sopir Taksi Istanbul

19 Agustus 2015   17:29 Diperbarui: 19 Agustus 2015   17:29 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sekitar pukul 09.30 waktu Istanbul kami tiba di hotel Icon yang berada di kawasan perbengkelan dan show room mobil. Kalau tidak karena dibawa travel biro, pasti tak banyak pelancong yang datang ke sini. Abdullah membantu kami check in. Semua passport dikumpulkan. Pengennya kami bisa langsung rebahan di kamar, mandi dan ganti pakaian. Tidur semalaman di pesawat dengan posisi duduk membuat badan pegal-pegal.

Tapi apa lacur, kamar masih penuh sehingga kami harus menunggu hingga pukul 12.00. Daripada menunggu selama ini, akhirnya kami memutuskan untuk pelesir lebih dulu ke Taksim Square. Untunglah ada shuttle milik hotel yang mau mengantar kami ke Taksim. Jalan ke Taksim rupanya sangat mendaki sekaligus macet. Meskipun jalannya hanya cukup untuk dua mobil berselisih, tapi sopir dengan sigap meliuk-liuk. Setelah melihat jalan macet dan kendaraan tidak bergerak dalam waktu lama, sopir memutuskan untuk mencari jalur alternatif. Tadaaa…. Akhirnya kami tiba di Taksim Squrae, lapangan yang sangat terkenal di Istanbul, tempat demonstrasi sering dilakukan.

Suasana di Taksim tidak terlalu ramai karena para karyawan sudah masuk kantor. Penjual Syimit menyebar di setiap pojok. Burung merpati bergerombol mencari makanan. Penjual makanan burung menawarkan dagangannya kepada kami. Fokus pertama kami berfoto dengan latar belakang tugu peringatan perang kemerdekaan Turki yang dipimpin Ataturk, presiden pertama Turki. Lalu, tak lupa kami membeli dua porsi makanan burung dara. Sungguh jinak, burung dara mendekati kami tanpa rasa takut.

Setelah berfoto kami melakukan orientasi lapangan. Yayang mencari info menuju Hardrock Cafe untuk memenuhi pesanan temannya, TShirt Hardrock Cafe Istanbul. Teh Evy mencari toko yang layak untuk dilanggani. Di sekitar Taksim Square memang banyak terdapat hotel, restauran, cafe dan toko. Keriuhannya mungkin bisa disamakan dengan kawasan Blok M di Jakarta. Jika Anda berwisata ke Istanbul, maka Kawasan seputar Taksim Square ini menjadi pilihan utama setelah kawasan Sultanahmet yang lebih mahal. Bahkan, bus HAVAS dari bandara Ataturk berhenti di seputar Taksim Square.

Aku mencari warung kebab yang tampilannya begitu segar, karena baru penglaris. Sebelumnya kami telah membeli Syimit dari pedagang berkgerobak seharga 1,5 Lira. Ternyata rasanya tawar dan teksturnya keras.
Kebab kami beli seharga 1 lira dengan tampilan yang begitu menggoda, namun sayang ternyata rasanya juga tawar. Tidak ada rada gurih seperti kebab di Indonesia. Tidak ada campuran mayonais ataupun saos. Garam dan merica harus ditambahkan sendiri. Butuh kesabaran ekstra untuk menghabiskan sepotong kebab, itupun harus dikeroyok bareng.
Untuk melancarkan kebab yang membuat seret kerongkongan, kami membeli jus sunkis yang fresh, tanpa gula dan es.

Salah satu ciri khas kota2 di Turki adalah penjual jus sunkis ini. Mungkin karena supplynya banyak, baik dari Turki sendiri maupun dari negara tetangga. Harganya bervariasi dari 3 hingga 5 lira. Rasanya memang sangat menyegarkan, meski terkadang agak kecut. Tidak perlu es lagi karena cuaca Istanbul relatif dingin meski di musim semi. Alat pemeras jus sangat sederhana, manual saja. Tidak perlu dibantu listrik.

Setelah puas berjalan dan window shopping kami memutuskan pulang ke hotel. Saat itu masih pukul 12.30. Sebelum pulang kami belanja buah dan roti untuk bekal makan siang di hotel. Awalnya kami memutuskan jalan kaki saja menuju hotel. Namun, di tengah jalan kami memutuskan naik taksi karena ternyata kontur jalannya sangat curam. Ibu2 menyerah dan tidak sanggup kalau harus berjalan kaki.

Sopir taksi menjawab iya ketika ditanya apakah tahu hotel Icon. Ternyata kami dibawa berputar menjauh dari posisi hotel sehingga argo menunjukkan 30 lira. Padahal, harusnya taksi tinggal belok ke kanan dan tinggal 300 meter lagi. Jadi, wisatawan harus hati2 dengan taksi Turki. Pastikan mereka kenal hotel. Tunjukkan nama dan peta hotel yang biasanya ada di kartu atau kunci kamar yang kita bawa. Apalagi, bahasa Inggris sopir taksi di sini sangat terbatas.

Setiba di hotel untunglah kami sudah boleh check in. Kami langsung membersihkan diri dan istirahat sejenak sebelum nanti sore kembali pelesiran menuju Emirgan Park, menikmati bunga tulip yang sedang mekar2nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun