Mohon tunggu...
Hery Azwan
Hery Azwan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Mengapa Rama Harus Bohong?

20 Agustus 2010   03:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:52 1535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_232701" align="alignright" width="300" caption="KOMPAS.COM/FIKRIA HIDAYAT"][/caption]

Heboh mengenai kebohongan publik yang telah dilakukan Eko Ramaditya ikut membawa-bawa nama Grafindo Media Pratama sebagai penerbit buku Blind Power, tempat saya bekerja. Saya pribadi shock bercampur sedih mendengarnya. Klaim Rama selama ini bahwa dia menjadi music game composer untuk beberapa game terkenal dari Jepang dan Korea ternyata cuma isapan jempol. Rama mengaku kalau selama ini dia telah membohongi publik. Pengakuan ini ditulis dalam sebuah pernyataan yang ditandatanganiRama dan bermaterai, serta direkam dalam sebuah website.

Mengapa semua ini bisa terjadi?

Beberapa kali saya berkunjung ke rumah Rama di daerah Bekasi.Kunjungan pertama dalam rangka penjajagan pembuatan buku, sementara kunjungan berikutnya untuk menjemputnya dalam acara bedah buku yang diadakan penerbit kami. Pada pertemuan awal di rumahnya saya sedikit menyelidik untuk mencari-cari keberadaan alat musik. Memang akhirnya saya tidak bisa menemukan keyboard, MIDI atau alat musik apapun yang bisa digunakan sebagai input device untuk membuat sebuah komposisi musik.

Setelah saya tanya ke Rama, dia menjawab kalau dia melakukannya dengan menggunakan software khusus, jadi tidak memerlukan sebuah alat musik. Mendengar hal ini saya percaya begitu saja kepadanya dan tidak berusaha mengejar lebih lanjut bagaimana Ramamelakukannya. Dalam hal ini saya telah berprasangka baik (husnuzon). Barangkali memang ada software secanggih itu yang bisa mengeluarkan suara berbagai alat musik. Demikian dalam hati saya bergumam.

Waktu berlalu dan buku Blind Power pun terbit. Buku ini diluncurkan pertama kali di Restoran Munik, Jl Matraman pada bulan Agustus 2008, yang dihadiri oleh Ketua DPD saat ini Bapak Irman Gusman. Pada saat itu beliau bahkan menjanjikan untuk membelikan laptop baru buat Rama. Acara berlangsung dengan heboh dan meriah.

Setelah peluncuran buku ini, Rama sering tampil di media elektronik, memanfaatkan jaringan relasi yang dimilikinya. Salah satu media yang rajin menayangkan Rama adalah Kick Andy (Metro TV). Mungkin sudah lebih dari 3 kali Rama tampil di acara yang inspiratif ini. Belum lagi pada acara off air.

Selain itu ada TVONe. Saya bahkan sempat menemani Rama tampil di Selamat Pagi Trans7, TVRI dan Smart FM. Tak terhitung media yang memuat profil dan resensi buku Rama. Bedah buku juga sudah dilakukan di berbagai tempat seperti pada event Indonesia Book Fair 2008, toko buku Gramedia dan TB Tisera.Dalam setiap penampilannya, Rama selalu menunjukkan kebolehannya mengetik di atas tuts laptopnya yang bisa mengeluarkan bunyi laksana suara robot.

Meskipun demikian, sambutan terhadap buku Rama tidak seperti yang diharapkan. Selama hampir dua tahun, buku ini baru dicetak dua kali, masing-masing sebanyak 3.500 eksemplar, sehingga total ada 7.000 eksemplar. Jauhlah jika dibandingkan dengan Laskar Pelangi atau Negeri 5 Menara yang dalam waktu 9 bulan sudah dicetak100.000 eksemplar. Bahkan sejak awal tahun 2010 buku ini mulai ditarik dari toko buku karena penjualannya yang relatif lambat (slow moving).

Penjualan yang terbesar adalah lewat Rama pribadi yang membawa buku ini saat dia diundang untuk memberikan training motivasiataupun seminar di berbagai instansi dan lembaga pendidikan. Pada setiap acara biasanya Rama memesan 100 sampai 300 eksemplar ke penerbit. Jika Rama sudah tampil di podium, maka siapapun yang mendengar pasti akan tersihir dan terkagum-kagum dengan tutur katanya sehingga hadirin terdorong untuk membeli bukunya.

Saya belum bisa memahami mengapa Rama sampai hati menipu publik. Mengapa dia harus mengklaim sebuah karya yang bukan diciptakannya? Tidakkah dia sadar ada banyak orang yang bisa memverifikasi kebenarannya?

Ah Rama….

Seandainya dia bukan seorang music game composer pun, publik akan tetap mengaguminya. Bahasa Inggrisnya yang fasih dan telah didemonstrasikan berkali-kali, cara bicaranya yang sangat runut dan memikat, kualitas vokalnya yang mikroponis,kemampuannya menulis dan menyunting, kepiawaiannya bermain recorder, sosoknya dalam balutan kostum Star Wars beserta pedang light sabernya, menurut saya sudah cukup baginya untuk menjadi some one special.

Setelah peristiwa ini saya berharap Rama bisa mengambil hikmahnya. Rama harus siap menerima sanksi dari publik. Entahlah, setelah kejadian ini apakah masih ada orang yang akan mengundangnya sebagai pembicara public ataupun untuk memberikan training motivasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun