Menjelang berakhirnya masa kampanye Parpol menjadi refleksi bersama, bahwa semua proses dan kegiatan kampanye masih jauh dari kedewasaan berpolitik bagi bangsa ini. Indonesia masih harus belajar terus untuk mendewasakan diri berdemokrasi pada semua elemen bangsa ini . Rasa Rasanya kalau kita lihat cara berkampanye tidak ada bedanya baik pada masa sebelum "Reformasi " maupun setelah "Reformasi " , " Reformasi " yang tidak selalu membawa perubahan bagi perilaku demokratis bagi bangsa ini. Berkampanye yang merupakan salah satu bagian kecil dari proses demokrasi, idealnya dilakukan dengan simpatik , santun dan mengarah fokus pada  esensi yang menjadi agenda program parpol , mau dibawa kemana bangsa ini untuk menjadi lebih baik ? dengan program - program yang " menjanjikan " kesejahteraan, kemajuan , keadilan dan kemakmuran bagi bangsa ini untuk segala bidang sekarang dan kedepan. Program program dan agenda konsep yang diusung parpol yang menarik, realistis, menyentuh dan pro rakyat inilah yang sebenarnya harus dikemas dan sosialisaikan sebagai" Kampanye yang menarik "  untuk mengarahkan para calon pencoblos potensial di masyarakat, bukan pertunjukan pertunjukan atraktif motor blombongan massa pendukung parpol, yang di bunyikan keras keras sepanjang jalan , mengganggu aktifitas lalulintas dan kegiatan masyarakat lain yang kontra produktif . Belum serangan serangan antar parpol yang saling menjatuhkan, menjelek jelekkan , memfitnah, dengan cara cara yang tidak sehat mengarah pada pertunjukan yang tidak bisa menjadi teladan baik bagi rakyat . Media juga setiap hari menyajikan tayangan tayangan kampanye baik dari media cetak dan elektronik yang independent sampai yang tidak independent. Tayangan yang disajikan Media dari yang berimbang sampai yang tidak berimbang semuanya ada dan terjadi, itu karena media bias dan subyektif karena Media dimiliki oleh beberapa anggota parpol. Inti berkampanye kan mengkampanyekan sesuatu yang menarik dari parpol yang dikampanyekan agar para pemilih mencoblos partainya nanti. Yang menarik dari yang dikampanyekan adalah isi program partai untuk bangsa ini sekarang dan kedepan demi kemajuan bangsa bukan kegiatan dan program lain yang tidak mendukung yang kontra produktif. Para Elit Politikpun juga dalam berkampanye menunjukkan ketidak dewasaan dan kematangan sebagai figur yang akan menjadi pemimpin bangsa ini, dari cara cara orasi yang menyerang, menjelek jelekan kompetitornya sampai " praktek money politic yang nyata nyata ada " dan diperlihatkan oleh media televisi, tidak malu malu sampai menunjukkan nilai nominalnya , bahkan sempat di foto sambil membawa uang segepok dari 50 ribuan sampai 100 ribuan. Kita hanya bisa menghela nafas keprihatinan," oh begini to cara berkampanye anak bangsa ini ? "Rasa rasanya kalau cara berkampanye saja seperti ini, akan sangat jelas bagaimana nanti kwalitas para pemimpin yang dihasilkan dari hasil pemilu ini. Pemilu kedepan, pemimpin , negara dan sistem harus membuat suata cara untuk lebih bisa mendewasakan cara berkampanye yang lebih berlandaskan kedewasaan politik. Sebagai negara Asia kita harus belajar banyak dari negeri dikawasan Asia sendiri , Jepang. Tidak usah jauh jauh belajar demokrasi dari Amerika serikat yang katanya sudah belajar demokrasi ratusan tahun, tapi semua demokrasi ala barat tidak bisa semunya sepenuhnya di adopsi di negara Asia khususnya Indonesia dengan ditelan mentah mentah. Prosesnya saja sudah seperti ini, pesimis dengan caleg yang akan di hasilkan nanti jawabnya banyak " iya -nya " . Filter terakhir tetap pada diri kita masing masing, Hati - hati mencoblos Calon pemimpin Lellatif nanti pada hari " H " teliti figur dan latar belakang calon Leglislatif, jejak rekam prestasinya, visi misi dan konsep yang dimiliki apa ? Selamat memasuki masa tenang untuk memilih menimbang nimbang calon Leglestatif mana yang akan anda pilih sebagai wakil rakyat yang baik , yang memberi kontribusi bagi kemajuan bangsa. Jangan memilih Calon Leglistatif yang memiliki jejak rekam korup dan tidak memiliki Visi , Misi yang jelas bagi bangsa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H