Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilih Sumbang Masjid atau Beli Pertamax?

27 Maret 2016   07:28 Diperbarui: 27 Maret 2016   08:37 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Varian harga BBM yang sebenarnya tidak terpaut jauh. Dok Pribadi"][/caption]Menyumbang masjid berapa pun jumlah dan materinya, baik itu sedikit yang -biasanya- dimasukkan di kotak amal atau pun jumlah besar yang diserahkan langsung ke takmir (pengurus) masjid adalah sesuatu yang berharga bagi masjid itu sendiri. Keberadaan masjid memang penting, sebagai sarana ibadah bagi pemeluknya. Agar masjid terus berkesinambungan maka uluran donatur sangatlah penting, pada intinya dana operasional harus terus tersedia.

Menyumbang masjid amalannya juga dobel, selain untuk kesejahteraan di dunia, juga Tuhan juga menjanjikan akan membalasnya di hari akhir nanti. Jika benar-benar ikhlas maka dua amalan akan kita dapat: dunia akherat. Dan untuk dana menyumbang biasanya kita sisihkan setelah beberapa kebutuhan (terutama primer) sudah dipenuhi. Dana berlebih bermacam-macam dialokasikan, porto folio investasi sudah banyak tersedia, dan alokasi yang lain untuk keperluan hobi, social, ataupun keagamaan.

Membeli Pertamax sepertinya orang jarang melakukannya. Mobil yang dinaiki boleh keren dan keluaran terbaru yang semua itu hanya untuk menaikkan status agar dianggap kaya. Mereka ingin dianggap kaya namun masih belum memantaskan diri sebagai orang kaya. Harusnya orang kaya itu punya banyak uang dan bukanlah persoalan bila membeli sesuatu. Ini hanya persoalan cara pandang saja, banyak juga yang tidak mempermasalahkan membanyar secangkir kopi seharga 50 ribu atau lebih. Demikian pula dengan membeli rokok tidak ada persoalan, beda dengan membeli Pertamax akan melakukan perhitungan.

Perbedaan harga Pertamax dan Premium itu yang menyebabkan orang berhitung secara material. Selisih satu liter bukanlah masalah tapi jika jumlahnya puluhan atau ratusan liter akan berasa nominalnya. Maka tidak heran bila SPBU justru banyak yang mengantre Premium dari pada Pertamax, kalau kendaraan plat kuning dapat dimaklumi yang plat hitam justru lebih mendominasi.

Membeli Pertamax secara tidak langsung tidak membeli premium yang disubdisi itu. Dengan membeli Pertamax maka kita tidak mengambil subsidi yang salah sasaran itu. Ya memang negara kita sejak dulu salah kaprah akan subsidi ini. Negara lebih memilih mengalokasikan subsidi itu buat bahan bakar minyak (BBM) yang bagi pemilik kendaraan yang boleh dianggap mampu. Dengan melihat negara lain yang sudah maju, seharusnya subsisi BBM itu ditiadakan. Jika ada maka subsisi itu harusnya buat kendaraan umum atau transpartasi yang melayani rakyat, yang ujungnya nanti akan ketemu tarif yang terjangkau.

Subsidi BBM itu seharusnya dipakai untuk subsisi yang lebih tepat misalnya bagi pendidikan, kesehatan, atau sarana sosial yang lain bagi warga negara yang kurang mampu (baca: miskin). Ataupun untuk hal lainnya yang bersifat membangun, seperti pengadaan infrastruktur (jalan, jembatan, bendungan, dsb) atau sarana yang lain (rumah sakit, sekolah, perpustakaan, dsb). Secara teori kondisi semacam itu (penghapusan subsidi BBM) bisa dilakukan, negara tetangga terdekat (Singapura, Malaysia) sudah melakukan hal itu. Saya rasa bangsa Indonesia akan mampu melakukannya karena itu hanyalah masalah kecil, wong masalah demokrasi (yang begitu rumit dan kompleks) saja kita bisa menerapkan yang negara lain belum tentu bisa.

Dengan membeli Pertamax bisa jadi nilainya lebih baik dari menyumbang masjid. Dengan tidak membeli Premium maka subsidi tidak kita ambil yang mana dapat dialokasikan untuk keperluan yang lain. Jadi secara tidak langsung maka dengan tidak membeli premium kita berpartisipasi dalam pembangunan. Maka adanya jalan, jembatan, kita ada konstribusi di situ. Dengan pembangunan katagori fasitas umum jika dinilai dari kaca mata pahala agama, maka akan mengalir juga kepada yang berpartisipasi.

[caption caption="Apresiasi Pertamina bagi yang tidak membeli BBM bersubsidi. Dok Pribadi"]

[/caption]Pilih yang mana?

Betapapun juga menyumbang masjid sangatlah penting. Masjid tidak boleh kekurangan dana untuk menggerakkan operasional sehari hari. Keberadaan masjid yang baik dan bersih tentu akan menentramkan jamaah yang beribadah didalamnya. Sedikit banyaknya sumbangan jelas ada artinya, dan itu merupakan bagian ibadah selain yang sifatnya ritual.

Membeli Pertamax juga penting. Selain kualitasnya yang lebih bagus juga suatu bagian dalam upaya tidak mengambil hak orang lain yang dirasa lebih berhak. Manfaat yang lain adalah akan ada pengurangan subsidi BBM yang nanti akan dialokasikan kepada pembangunan atau mensubsidi di bidang kesehatan dan pendidikan. Dan yang lebih penting adalah untuk meluruskan kesalahkaprahan tentang subsisi BBM, yang mudah mudahan tidak membuat pusing kepada pemerintah (eksekutif dan legislatif) yang selama ini berebut pencitraan atas nama rakyat.

Kita mempunyai dana, apakah membeli Pertamax atau membeli Premium dengan menyumbang masjid. Kedua pilihan itu mungkin sama-sama beratnya. Dan kita memerlukan jalan keluar yang win-win solution. Dan itu ada, beli saja Pertalite

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun