Jika kita berada di Pulau Jawa terutama di kota besar, keberadaan listrik begitu mudah dan nyaman. Jarang ada pemadaman lampu apalagi bergilir. Pemadaman terjadi biasanya terdapat gangguan atau perbaikan jaringan listrik, di luar itu boleh dibilang jarang terjadi. Begitu mudahnya tanpa kita sadari, pemakaian listrik banyak tidak berguna (baca: boros) baik di rumah tak jarang di kantor. Lampu terkadang sering menyala di siang hari, pendingin udara yang terlalu maksimal, serta pemakaian peralatan listrik lainnya yang dianggap tidak perlu.
Walaupun dunia internet berkembang begitu pesat namum informasi yang didapat jarang sampai pada kondisi utuh. Banyak yang tidak mengetahui dan menyadari bahwa pemakaian listrik yang dipakainya selama ini disubsisi oleh negara. Celakanya subsidi yang diberikan justru tidak tepat sasaran, banyak kalangan yang mampu (merasa kaya) justru yang menikmatinya. Dan beban biaya subsidi yang ditanggung negara cukup besar, seperti yang dilansir detik.com sebesar Rp. 48,8 trillyun
Sekarang coba kita perhatikan kondisi negara kita akan sebaran listriknya. Dan ternyata sebagian besar banyak daerah terutama 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) belum ada yang teraliri listrik. Maka dengan demikian bahwa banyak pula saudara kita yang belum menikmati listrik tersebut terutama yang berada di luar pulau Jawa. Artinya di negara kita ini tidak saja ada kesenjangan antara kaya dan miskin, daerah satu dan lainnya ada kesenjangan infrastuktur termasuk juga listrik.
Jika pembangunan listrik di Jawa justru akan lebih mudah, pemerintah bisa saja menjalin kerjasama dengan pihak swasta untuk berinvestasi. Ada unsur bisnis di situ, kondisi ekonomi dan pasar akan menyertainya. Beda bila pengadaan listrik di daerah 3T (apalagi di luar Jawa), yang semata-mata untuk memberikan akses bagi masyarakat yang belum menikmati listrik. Bisa jadi untuk balik modal pembangunan akan membutuhkan waktu lama, karena harus melayani rakyat kecil.
Pemerintah sudah memutuskan bahwa akan memberi subsidi listrik kepada yang berhak dalam hal ini bagi kalangan yang tidak mampu atau miskin. Bagi yang sudah merasa mampu diharapkan untuk dapat menerima bahwa subsidi tersebut dicabut. Langkah pemerintah sebenarnya sudah cukup bijak dalam pencabutan subsidi listrik tersebut, bagi yang merasa keberatan pemerintah sudah memberi solusi untuk melaporkan kepada kelurahan atau kantor desa setempat. Yang nantinya akan diverifikasi apakah yang bersangkutan layak diberi subsidi atau tidak.
Kita berharap juga listrik akan tersedia merata bagi saudara kita yang saat ini belum merasakannya. Mereka juga harus diberi kesempatan yang sama dalam menikmati yang saat ini sudah kita nikmati. Dengan adanya listrik tersebut diharapkan juga saudara kita tersebut dapat terangkat kondisinya, bisa lebih pandai karena dapat belajar pada malam hari dan mendapat informasi dari radio, TV, dan semoga internet.
Dan dengan mereka pandai siapa tahu akan ditemukan penemuan yang berharga yang kita juga akan merasakan manfaatnya. Disamping itu pula keberadaan listrik membuat efek secara tidak langsung akan mampu menggerakkan ekonomi. Dan apalagi bila ditambah dengan jaringan telekomunikasi. Dengan dunia internet yang maju, siapa tahu juga antar daerah bisa bertukar potensi yang ada dalam segala hal. Dengan demikian dharapkan pula akan tercipta sharing economy.