Pada hari ini saya melaksanakan shalat Jumat di Masjid Syuhada yang bertempat di komplek kantor KPPN Jalan Juanda Jakarta. Seperti biasa sebelum shalat dimulai terlebih dahulu ada khutbah Jumat. Kali ini apa yang disampaikan sang khatib cukup menarik yaitu tentang keajaiban yang dapat terjadi kepada siapa saja, baik itu nabi atau manusia biasa sekalipun. Semuanya disampaikan secara lugas, singkat, padat, dan mengena oleh khatib yang dari raut wajahnya masih tergolong muda.
Sebagai pembuka, sang khatib menceritakan bahwa pada jaman dalahu Nabi Musa dengan tongkatnya mampu membelah laut merah jadi dua. Sedangkan Nabi Ibrahim tidak terbakar dalam kobaran api. Atau jaman Rasulullah Muhammad yang mampu memenangkan perang Badar yang kala itu posisinya tidak seimbang, yang kecil mengalahkan yang besar. Dari peristiwa tersebut orang sering menyatakan bahwa hal tersebut adalah keajaiban dan pertolongan Allah.
Sang khatib kemudian memberikan pertanyaan, apakah keajaiban dan pertolongan Allah itu semata-mata karena Musa, Ibrahim, dan Muhammad itu karena menyandang manusia pilihan sebagai nabi atau rasul ? Jawabannya ternyata Tidak. Lanjut sang khatib, pertolongan dan keajaiban itu datang karena Nabi Musa, Ibrahim, dan Muhammad itu telah memenuhi syarat untuk mendapatkan keajaiban sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah. Dan itu berlaku sepanjang masa dan kepada siapa saja.
Walaupun seorang nabi, keajaiban dan pertolongan Allah tidak mesti diberikan kepadanya jika syarat-syarat itu tidak terpenuhi. Hal ini bisa dilihat dari kekalahan umat Islam dalam Perang Uhud, padahal yang memimpin perang itu Rasulullah sendiri. Jika ditelah lebih lanjut ternyata dalam Perang Uhud tersebut banyak hukum-hukum Allah yang dilanggar. Motivasi perang tidak didasari ikhlas karena Allah tetapi karena memperebutkan harta rampasan perang.
Pada waktu itu Rasullullah telah memerintahkan kepada pasukan pemanah untuk tetap pada posisinya apapun yang terjadi. Suasana perang waktu itu umat Islam hampir memenangkan pertempuran. Melihat kondisi tersebut pasukan pemanah rupanya tidak sabar untuk turun gelanggang meninggalkan posisinya, dengan motivasi memperebutkan harta rampasan. Dan itu berakibat celaka, umat Islam mengalami kekalahan.
Pertolongan Allah dan keajaiban itu bisa terjadi pada manusia biasa asalkan memenuhi syarat dan telah ditetapkan Allah tadi. Dengan patuh dan tunduk terhadap hukum-hukum Allah maka keajaiban itu akan datang, berbuat baik dan ikhlas salah satu diantaranya. Sang khotib juga memberi contoh bahwa ada kisah tiga pemuda yang teperangkap dalam gua, kemudian mereka dapat selamat dengan meminta pertolongan Allah dengan kebaikan dan amalan yang pernah dilakukannya. Dan perlahan-lahan batu yang menutupi gua dapat terbuka.
Sang khatib juga member contoh yang terjadi di jaman modern ini. Yang mengisahkan seorang murid yang ada di Malaysia. Pada waktu itu sedang diadakan ujian tertulis. Sang murid ini dalam beberapa lama tidak menuliskan jawaban sekalipun. Tetapi dalam beberapa saat kemudian murid ini begitu lancar dalam menulis jawaban dan tidak terasa semua soal terjawab sudah. Karena sudah selesai ia kumpulkan lembar jawaban sebelum waktunya sedangkan teman-teman yang lainnya masih sibuk mengerjakan, dan ia pun keluar ruangan.
Sang pengawas pun merasa heran, dan ia pun menemui dan menanyai murid tersebut mengapa bisa begitu lancar mengerjakan sedangkan pada mulanya tersendat. Sang murid pun bercerita bahwa sebenarnya ia pada mulanya memang tidak bisa menjawab soal yang diberikan itu karena memang ia tidak sempat untuk belajar. Alasannya bukan malas tetapi setiap malam ia harus menunggu ibunya yang sedang sakit keras. Ia menungguinya dengan penuh rasa kasih sayang dan hampir mata tidak pernah terpejam. Ia mempunyai pendirian lebih baik menunggui ibunya daripada dipakai untuk belajar.
Pada waktu ujian seperti diduga ia tidak dapat mengerjakan soal itu. Dalam kesulitan itu ia sempat berdoa “Ya, Allah jika memang apa yang telah saya lakukan kepada ibu saya itu merupakan yang terbaik, tolonglah saya dalam kesulitan ini”. Dan tiba-tiba di depannya tertampang seperti buku yang memberikan semua jawaban dalam soal itu. Dan kemudian sang murid itu pun tinggal menyalinnya.
Dari beberapa uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa keajaiban dan pertolongan Allah itu bisa terjadi kepada siapa saja, asal syarat-syaratnya terpenuhi. Dalam skala kecil saya teringat pernyataan yang diucapkan Mario teguh bahwa jika kebaikan ingin berpihak kepada kita maka kita harus memantaskan diri untuk menjadi baik sehingga kebaikan itu pantas untuk kita dapatkan. Sering kali kita meminta yang kita inginkan tetapi kita belum pantas menerimanya.
Maka kita semua mempunyai kesempatan untuk mendapatkan keajaiban dan pertolongan Allah, sekali lagi asalkan syarat-syaratnya terpenuhi. Yaitu memenuhi semua hukum Allah yang telah ditetapkan dan ini berkaitan pula dengan hukum sebab akibat. Menjalankan perintah atau hukum Allah tersebut kadang terasa berat, seperti apa yang dilakukan oleh sang murid tersebut dalam menjaga ibunya. Dan juga harus bisa mengendalikan segala godaan dihadapan kita seperti godaan pasukan pemanah yang ingin menguasai harta rampasan perang. Jika masih belum tidak paling tidak kita terus berusaha berbuat baik dan mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi mungkar). Dan mudah-mudahan keajaiban dan pertolongan Allah itu akan datang karena kita meminta dan berusaha, atau terkadang justru datang pada waktu yang tidak disangka-sangka. Wallahualam bisawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H