Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ada yang Janggal di Film WTDTAWTTAL

10 Mei 2013   18:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:47 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya telah nonton film What They Don't Talk About When They Talk About Love (WTDTAWTTAL) untuk memupus rasa penasaran. Dari judul yang kelewat panjang menggugah keingintahuan, jelas ada sesuatu di film ini.  Sebenarnya alasan menontonnya cukup sederhana karena membaca review film yang ditulis Leila S.Chudori di www.tempo.co. Nama Leila S.Chudori tidak perlu diragukan atas tulisan yang banyak tersebar di berbagai media. Ulasannya cukup bagus dan dapat melihat dari berbagai sudut pandang yang jarang dilihat orang. Dengan mengulas film ini berarti ada yang istimewa didalamnya, untuk itu perlu saya tonton.

Film ini berkisah tentang cinta, namun bukan cinta biasa yang dilakoni kebanyakan orang. Bagi orang biasa dalam hal ini yang mempunyai panca indera yang lengkap permasalahan cinta –kadang- bukanlah sesuatu yang menarik diperbincangkan. Namun bagaimana cinta itu bagi kaum yang tidak biasa, yang mempunyai keterbatasan dalam panca indera. Bagi kaum disabilitas, juga manusia yang punya hak atas namanya cinta itu.

Adalah kisah anak manuasia di sebuah sekolah luar biasa (SLB), bernama Fitri (Ayushita Nugraha) dan Diana (Karina Salim). Fitri penyandang tuna netra yang tidak dapat melihat sama sekali, sedangkan Diana dapat melihat walau beberapa centi saja dengan bantuan kaca mata khusus. Sebagai ABG Diana naksir kepada Andika (Anggun Priambodo) teman sekelasnya yang juga tuna netra. Cinta yang terbangun seperti biasa denganmendengar dan melihat -walau samar-samar- siapa andika itu.

Terus bagaimana dengan Fitri? Sebagai gadis yang hanya melihat kegelapan tentu akan susah melihat siapa lawan jenisnya, yang merupakan objek dari cinta itu. Di sela keterbatasan itu ia berfantasi bahwa ada “hantu” dokter yang ada di sekitar sekolah. Di tepi kolam itu ia sering mengekspresikan perasaan tentang dokter itu. Dan diam-diam ada pemuda yang juga disabilitas, tunarugu, bernama Edo (Nicholas Saputra) anak angkat ibu penjaga kantin sekolah. Edo yang bisu dan tuli ini rupanya naksir kepada Fitri yang dapat melihat parasnya namun tidak mendengar suaranya.

Ditengah keterbatasa dua sejoli ini, akhirnya mereka menjalin komunikasi melalui surat. Dari surat fitri ini, Edo jadi tahu tentang hantu dokter itu. Maka Edo dengan inisiatifnya sendiri mencoba menjadi sosok hantu dokter itu. Fitri pun terperdaya ternyata hantu dokter itu ada, namun belum ketemu siapa jati diri Edo sebenarnya yang tunarugu itu.Keterbatasan keduanya ternyata dapat menimbulkan danmerasakan apa yang kata orang dinamakan cinta, tentu dengan cara mereka sendiri. Dari Film ini juga mengajarkan perbedaan cinta yang timbul antara perempuan dan lelaki. Dugaan yang coba diperkuat adalah bahwa lelaki cenderung timbul dari penglihatannya sedangkan perempuan pada pendengarannya.

Beberapa kejanggalan

Walau film ini berjalan lambat yang penuh pengandaian, jalan ceritanya cukup menarik sampai maksud yang ingin disampaikan. Namun ada beberapa adegan yang cukup mengganggu yang bisa “merusak” jalannya cerita. Dan menurut saya pribadi terasa sangat janggal.

Adanya adegan vulgar. Yaitu adengan cium bibir antara Edo dan Fitri yang terlalu intim. Entah apa maksud adanya adegan ini yang berulang kali dan juga oleh tokoh lain. Apakah sebagai pemanis seperti film Holywood ataukah menguatkan jalan cerita. Jika sebagai pemanis mengapa yang ditonjolkan kepada sosok Fitri dan Edo. Mereka berdua adalah seorang ABG, yang ternyata begitu piawai beradegan seperti itu, aneh rasanya. Film ini jelas bersetting Indonesia, bukan film barat yang mungkin bisa dimaklumi.

Ada kelalaian pembuat film ini adalah tidak begitu dijelaskan mengapa mereka berdua piawai beradegan ciuman itu. Jika jelibisa saja ditampilkan bahwa Edo suka melihat majalah atau porno, sehingga dapat dianggap wajar bila Edo berperilaku seperti itu. Dan lebih janggal lagi adegan tidak pantas itu terjadi di ruang terbuka (kolam renang) dan kamar mandi yang ada di lingkungansekolah, terus bagaimana fungsi penjaga alau ketua asrama?. Dan menurut saya adegan itu tidak pantas dilakukan oleh ABG masih siswa lagi, persetan bila hal itu dilakonkan oleh orang dewasa.

Adegan vulgar itu juga merusak persepsi bahwa cinta itu suci atau setidaknya netral. Kesan yang diambil dalam film ini bahwa cinta diekpresikan secara fisik, nafsu, dan “kasar”, jauh seperti apa yang dikatakan Erich Fromm bahwa ada lima syarat mewujudkan cinta kasih: perasaan, pengenalan, tanggung jawab, perhatian, dan saling menghormati.

Banyaknya adegan merokok. Adegan merokok boleh-boleh saja asal proporsional. Dalam film ini hampir setiap saat Edo tidak lepas dari batang rokok. Entah apa maksud dengan banyaknya adegan merokok ini. Di lain sisi juga Fitri sampai mencoba merokok, dan herannya ketika pertama kali merokok lancar-lancar saja, biasanya yang sering terjadi sudah pasti batuk-batuk atau tersedak.

Berkenaan dengan rokok juga, pada waktu itu Edo berhasil menghadirkan sosok dokter yang selama ini menjadi hantu bagi Fitri. Dan sewaktu berciuman, jelas mulut Edo bau asap rokok. Dan harusnya Fitri curiga kok dokter itu merokok?.Dan yang patut disayangkan bahwa merokok berada di area sekolah, aturan tertulis atau tidak meyatakan bahwa merupakan area terlarang akan asap rokok. Atau ini hanya penegasan bahwa persepsi yang berkembang –di negara kita- saat ini: aturan memang perlu dilanggar.

Siapa pria bertompel?.Digambarkan dalam film itu sebelum berinteraksi dengan Edo, Fitri berhubungan dengan teman pria spesial yang bertompel di pipinya, ia termasuk normal. Begitu dekatnya sampai mereka melakukan hubungan sex. Pria bertompel itu akhirnya menghilang begitu saja tanpa dijelaskan ke mana rimbanya, kemudian Fitri menjalin hubungan dengan Edo. Harusnya dijelaskan juga proses peralihan itu. Edo sebagai orang ketiga atau pria bertompel itu sekedar iseng saja berhubungan dengan fitri.

Film ini memang menampilkan suasana berbeda. Perlu kerja keras untuk menafsirkan beberapa adegan tertentu. Model penggambarannya mirip film pendek namun berdurasi panjang. Dan film ini telah mengikuti ajang festival di beberapa negara, dan jelas ini bukan film sembarangan. Terlepas dari semua itu film adalah fiksi kadang penuh imaginasi. Namun diharapkan dalam penggarapannya dibuat seilmiah mungkin agar dapat kesesuaian peristiwaruang dan waktu, sehingga tercipta suasana kebatinandalam menonton.Saya rasa flim ini hanya cocok untuk katagori orang dewasa 21 tahun ke atas, bagi anak sekolahan –sepertinya-tidak pantas menonton film ini.

Sumber gambar: http://2.bp.blogspot.com/-0NIl8RkI7q4/UXirAI-_IFI/AAAAAAAAAkw/2Qhr-NfyfjU/s1600/What+They+Don%E2%80%99t+Talk+About+When+They+Talk+About+Love.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun