Sama seperti makhluk hidup yang lain, tanaman juga perlu air demi kelangsungan hidupnya. Terlebih pada area pertanian ketersediaan air merupakan suatu hal vital, selain komponen tanah yang subur. Bila digarap dengan baik, hasil panen maksimal tentu menjadi tujuannya.
Namun kondisi di lapangan masih jauh pada kondisi ideal. Sebagai negara agraris, masih banyak yang perlu mendapat perhatian. Ketersediaan air perlu dibenahi, lebih tepatnya harus dimanajemen dengan baik. Demikian pula dengan pengeloaan sumber air, sungai, ataupun selokan yang melintasi.
Faktor air ini juga mempengaruhi tanaman apa yang akan diprioritaskan untuk ditanam. Area sawah dengan padinya tentu memerlukan limpahan air, setidaknya bisa menggenangi lahan tempat tanam tersebut. Namun faktanya tidak semua area pertanian bisa terjamin kesetersediaan airnya. Â Â
Hal ini bisa jadi sebagai negara agraris yang membuat Indonesia belum bisa pada titik maksimalnya untuk menghasilkan produk pertanian yang unggul. Lahan pertanian yang luas belum bisa menjadikan petani menjadi profesi yang menarik, terutama bagi generasi mudanya.
Di daerah pedesaan sudah menjadi jamak akan ditemui lahan pertanian yang luas. Maka profesi petani akan mudah ditemui di daerah tersebut. Salah satunya adalah Rahman Priyono yang menggeluti petani tersebut. Ia tergolong petani yang unik, sebab ia bisa menjalani secara mandiri dan boleh dibilang sekadar menjalankan hobi.
Lahan pertanian yang dimilikinya sekitar 1,5 ha yang berlokasi di Dusun Wangkal Desa Argosuko Kec. Poncokusumo Kab. Malang. Â Menjadi petani sudah ia jalani tiga tahun terakhir yang sebelumnya mengelola usaha event organizer (EO). Sebagai sarjana teknik pengalaman di dunia industri juga mumpuni yang selama 10 tahun lebih pernah bekerja di Korea Selatan.
Untuk mengelola lahan 1,5 ha itu Rahman bisa mengerjakan sendiri. Mulai dari membajak tanah, menanam, sampai proses pemeliharaannya. Hal ini tak lepas juga dari latar belakang "orang teknik" yang dituntut bisa mencari solusi secara teknis. Dalam beberapa hal ia juga menggunakan tenaga dari warga setempat untuk membantunya. Lahan yang ditanami cukup beragam disesuaikan dengan musim atau melihat komoditi kondisi pasar menguntungkan.
Yang biasa ia tanam secara bergilir mulai dari jagung, tomat, cabe, dan aneka sayuran. Walaupun tidak "boros" air seperti padi tanaman itu juga perlu air untuk penyiraman dalam sesekali waktu. Untuk pengadaan airnya ia bisa memperolehnya dari pengairan sungai kecil.
Apa boleh buat ia harus melakukan itu semua walau mengeluarkan investasi pengadaan sumur itu. Tak lain dilakukannya agar hasil panennya dapat maksimal. Memang terbukti hasil pada saat panen bisa memuaskan dan menguntungkan. Menurut pengakuannya dari hasil bertani bisa menghasilkan 3 sampai 6 jutaan perbulannya. Â