Untuk rumput sendiri bisa didapat dipekarangan masing-masing warga serta dari lahan milik Perhutani. Manfaat lainnya menjadi anggota adalah diberi sarana simpan pinjam. Jika memerlukan dana yang lebih besar koperasi bisa sebagai perekomendasi ke lembaga keuangan lainnya seperti di PNM (Permodalan Nasional Madani). Dana yang dipakai adalah untuk kegiatan produktif seperti pengadaan sapi perah di masing-masing anggota.
Keberadaan peternakan sapi perah yang dikelola warga ini mampu memberikan kesejahteraan bagi warga di dusun ini. Peranan pemerintah sudah pada porsinya terhadap kelangsungan hidup peternakan sapi perah ini.
Pemerintah kota (pemkot) turut juga memberikan bantuan bibit dan penyuluhan bagi peternak. Dari pemerintah pusat pada tahun 2003 melalui Kementrian Perindustrian memberikan bantuan mesin packo (pendingin susu) buatan Prancis berkapasitas 3.200 liter susu. Sedangkan dari Kementrian Koperasi dan UKM memberikan bantuan mesin pendingin buatan lokal berkapasitas 2.500 liter susu.
Keberadaan mesin pendingin ini cukup berarti bagi koperasi dalam menjaga mutu susu segar yang dihasilkan. Menurut Munir, susu sapi yang sudah diperah harus segera dimasukkan ke mesin pendingin ini yang bersuhu 3-6 derajat agar lebih tahan lama, serta menghambat berkembangnya bakteri. Alat pendingin susu ini di pasaran cukup mahal, berharga ratusan juta rupiah. Koperasi tinggal mengoperasikan dan mengelola pendingin berdaya 10.600 KWH ini, serta mengalokasikan dana sekitar 2,5 juta rupiah perbulannya untuk biaya listrik PLN.
Secara garis besar warga dengan adanya sapi perah ini merupakan berkah dalam kesejahteraan. Ada yang perlu mendapat perhatian adalah pengelolaan susu segar agar mempunyai nilai lebih sekaligus pemasarannya. Saat ini peternak sapi yang dikoordinir koperasi masih berfokus pada produksi saja.
Peternak dan koperasi masih masih cukup rendah nilai tawarnya dalam menentukan harga jual susu segar yang dijual ke pabrik. Saat ini harga jual susu segar dari peternak ke koperasi antara 4.900-5.000 rupiah per liternya, tergantung kualitasnya.
Masalah seperti ini perlu dipecahkan sehingga biaya pakan bisa ditekan. Sehingga ongkos produksi peternak dan harga jual susu bisa seimbang. Pemberdayaan lain seperti pasca produksi serta potensi pengembangan sektor lainnya (misalnya ekowisata) perlu mendapat perhatian, sehingga kesejahteraan petenak bisa lebih baik lagi.
Boleh dibilang Dusun Brau ini adalah dusun yang mandiri dalam mengelola potensi daerahnya. Sebagai sentra penghasil susu di Batu cukup membantu dalam memenuhi persediaan susu di antara konsumsi susu di masyarakat yang masih rendah. Walaupun terpencil, dan biarlah tetap terpencil, Dusun Brau ini.
Kesederhanaan dan eksotika pedesaan yang damai dan tentram membuat nilai tambah tersendiri di antara perkembangan modernitas (kota) yang kadang tidak memberikan jalan keluar. Walaupun terpencil dusun ini bukanlah termasuk dusun terisolasi dan tertinggal (baca: miskin).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H