Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Petani Kopi di Antara Filosofi Kopi 2, Starbucks, dan Muhammadiyah

11 Juli 2017   12:29 Diperbarui: 21 Juli 2017   21:52 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa produk Starbucks. Sumber: starbucks.com

Berbicara mengenai kopi tidak akan lepas dari petaninya. Tidaklah mudah menjadi petani kopi walaupun berada di negara agraris seperti di Indonesia ini. Harus penuh ketekunan mulai dari menanam, merawat, memanen, serta pasca setelah itu. Belum lagi masalah hama, cuaca, serta hal-hal lain yang tak terduga. Kondisi masih diperparah, petani kopi -kebanyakan- tidak punya nilai tawar menentukan harga kopinya tersebut. Pada akhirnya para kapitalislah yang banyak mereguk keuntungan.

Intinya petani kopi perlu perhatian. Adalah sesuatu yang menarik langkah kongkrit yang datang dari para sineas dari film Filosofi Kopi 2 (Visinema Pictures) yang begitu peduli dengan perkopian di negara kita. Langkah para sineas itu sudah banyak diberitakan di media, dan diperkuat ketika saya dapat mendengar sendiri pada  acara "Special Screening Filosofi Kopi 2 : Ben & Jody" pada Ahad (9/7) sore yang bertempat di lantai 3 Malang Town Square (Matos). Acara itu juga dihadiri oleh para pemain utamanya Chicco Jerikho, Rio Dewanto, dan Muhammad Aga.

Acara cukup meriah yang dihadiri para fan yang mengeributi panggung utama. Memaparkan tentang film itu sendiri sudah pasti. Namun ada yang menarik bahwa film ini dibuat dengan tujuan idealis: mengenalkan kopi tebaik nusantara. Beberapa paparan disampaikan sendiri oleh Chicco dan Rio tentang misi mulia itu.

Dan ternyata misi tersebut sudah dimulai sejak film Filosofi Kopi seri pertama. Mereka mengistilahkan corporate social responsibility (CSR) untuk membantu perkopian Indonesia. Melalui film sudah jelas, diantara rangkaian cerita terselip pesan: kopi terbaik di nusantara. Melalui film merupakan sarana yang efektif dalam menyampaikan pesan tersebut selain faktor hiburan dan seni. Dengan karya seni yang diramu budaya pop tentu akan lebih mengena tertama bagi kalangan muda (baca: generasi milenial).

Upaya kongkrit lainnya adalah profit dari film Filosofi Kopi sebelumnya digunakan untuk benih kopi terbaik kepada petani kopi, untuk kesinambungan kopi mendatang. Dan untuk sekuel selanjutnya, hasil dari penjualan tiket film Filosofi Kopi 2 beberapa bagian akan didonasikan untuk kesejahteraan petani kopi. Upaya lain adalah gerakan minum kopi dari bubuk aslinya (terutama kopi lokal) yang bisa diseduh sendiri atau di kafe yang selama ini ngopi bukanlah sesuatu yang begitu populer.

Beberapa produk Starbucks. Sumber: starbucks.com
Beberapa produk Starbucks. Sumber: starbucks.com
Starbucks dan petani kopi

Sebagai kafe yang sudah berkelas dunia Starbucks mendapat perhatian dari khalayak. Ngopi di tempat ini tidaklah murah namun banyak juga peminatnya yang tak lepas dari gaya hidup kekinian. Adalah sesuatu yang wajar bila kafe ini meraup untung yang berlimpah.

Yang perlu diperhatikan pula kopi yang disajikan di Starbucks beberapa diantaranya merupakan hasil dari kopi nusantara yang terjamin kualitasnya.  Starbucks membeli kopi di petani dengan harga yang baik, yang boleh jadi dari kacamata Starbucks dibilang murah. Dan pada kenyataannya petani mendapatkan edukasi dan perhatian untuk menanam kopi yang baik sehingga hasilnya berkualitas. Terlepas pasca panen nantinya langsung ekspor atau kemudian diolah sehingga mempunyai nilai tambah tinggi, petani kopi setidaknya merasakan hasilnya.

Seperti yang dilansir detik.com untuk para petani di Sumatera Utara yang salah satunya juga memasok ke Starbucks bisa menghasilkan omset 12 milyar setahun. Suatu angka yang fantastis, yang belum tentu pihak lain (dari domestik) yang dapat melakukan hal tersebut, membeli kopi dengan harga yang bagus. Paling tidak Starbucks bisa memberi penghargaan yang lebih baik, sembari menunggu pihak lain yang sekiranya bisa memberi yang lebih baik lagi.

Ketua PP Muhammadiyah Bidang Ekonomi Anwar Abbas, tokoh yang mengemukanan aksi boikot Starbucks tersebut. Sumber: muhammadiyah.or.id
Ketua PP Muhammadiyah Bidang Ekonomi Anwar Abbas, tokoh yang mengemukanan aksi boikot Starbucks tersebut. Sumber: muhammadiyah.or.id
Starbucks diserukan boikot oleh Muhammadiyah

Seperti yang dilansir beberapa media (salah satunya detik.com) dan menjadi perhatian publik bahwa Starbucks di serukan boikot oleh Muhammadiyah, tidak itu saja bahkan meminta pemerintah untuk mencabut izin operasionalnya di Indonesia. Yang menjadi dasar Muhammadiyah adalah pernyataan dari CEO Starbuk Howard Mark Schultz yang mendukung kesetaraan kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun