Orang yang pertama mengambil inisiatif untuk membagikan kurma itu kepada para jamaah yang duduk di masjid siap berbuka puasa, beberapa orang dibagi rata kurma itu dihadapannya. Orang ke dua pun ingin berbuat baik, setelah kurma itu dibagi ia berupaya memisahkan daging kurma dengan bijinya. Dengan harapan bahwa jamaah itu akan merasa ringan bebannya sebab langsung bisa dimakan.
Sedangkan orang ketiga pun ingin berbuat baik. Kurma sudah dibagikan, dan juga dipisahkan dengan bijinya. Bagaimana akan berbuat baik? Ia pun menemukan akal, ia berpikiran akan menyuapi para jamaah itu. Jamaah di depannya tinggal mangab saja kemudian ia yang meyodorkankurma ke mulutnya.
Itulah semangat berlomba-lomba dalam kebajikan, akan banyak cara berbuat baik kepada sesama. Tidak saja berupa materi, bisa juga dengan sumbangan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Di bulan Ramadan ini kesempatan itu selalu ada untuk berbuat baik, situasi dan anjuran memungkinkan hal itu. Tinggal kita yang akan memanfaatkan atau tidak kesempatan baik ini.
Masih banyak lagi pernak-pernik Ramadan dilihat dari berbagai sisi. Setiap daerah mempunyai ciri khas tersendiri apalagi yang bersangkut-paut dengan adat dan budaya setempat. Suasana Ramadan di Arab jelas berbeda dengan di Indonesia yang lebih plural. Setap individu pun berbeda memahami dan menjalani ibadah puasa ini. Satu sama lain sebisa mungkin saling menghargai untuk bisa mencapai tujuan yang sama (taqwa) walaupun dengan cara yang berbeda dengan dilandari semangat ukhuwah islamiyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H