Pendidikan selama ini sering diartikan secara sederhana dengan bersekolah di tempat formal, padahal belum tentu juga. Dengan bersekolah diharapkan anak didik akan memperoleh kecerdasan, gelar,dan seabrek alasan lainnya. Tetapi dalam kenyataannya terkadang pendidikan dapat diperoleh tidak melalui sekolah formal. Banyak kisah sukses yang yang menceritakan bahwa sekolah (formal) itu bukan segalanya artinya tanpa bersekolah sekalipun akan sampai pada tujuan yang diinginkan.Selama beberapa generasi ini, kita tanpa disadari dijelali beberapa mitos ataupun salah kamprah tentang makna dan tujuan akan sekolah itu.
Bersekolah pasti dapat kerja
Saya dan anda tentu mememui akan anggapan seperti itu. Saya pernah ditanya seseorang “apakah sebenarnya tujuan kuliah atau sekolah itu?”.Saya sendiri bingung menjawabnya. Ia kemudian menjawab pertanyaannya sendiri bahwa sebagaian besar tujuan orang sekolah atau kuliah adalah untuk mencari kerja. Akhirnya saya diam-diam mengamini pernyataan orang itu atas dasar kondisi realita masyarakat dewasa ini.
Tidak dapat dipungkiri kebanyakan dari kita berlomba lomba mencari jurusan sekolah yang favorit yang dirasa dapat menjadikan tumpuan di masa depan. Terkesan sekali memakasakan diri memilih jurusan yang dirasa favorit walau tidak sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Dan akibatnya sudah dapat di tebak, proses belajar yang seharusnya menyenangkan menjadi beban tersendiri karena keadaaan setengah hati. Apalagi kondisi diperparah karena arahan orang tua yang merasa sok tahu dan merasa paling tahu kondisi anaknya.
Ternyata di kemudian harisekolah tidaklah menjadi jaminan mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya itu. Bukti yang paling nyata adalah banyaknya pengangguran lulusan sekolah atau kuliah. Bisa jadi ini karena jumlah lukusan selolah yang terlaklu banyak dengan tidak dibarengi ketersediaan lapangan pekerjaan. Di lain sisi ada suatu ironi bahwa tanpa bersekolah ternyata mendapatkan pekerjaan dan dapat hidup layak.
Besekolah akan cerdas
Ada ungkapan menarik di masarakat bahwa ketika ada orang berbicara sekenanya, maka keluarlah pernyataan : “dasar mulut tidak pernah disekolahin”. Pernyataan itu jelas menunjukkan bahwa dengan bersekolah maka akan menjadi cerdas, pandai dan atribut baik lainnya. Namum kenyataanya tidaklah demikian. Banyak yang mengenyam pendidikan dari dasar, menegah, dan tinggi ternyata keluarannya tidak seperti yang diharapkan. Kita lihat fenomena kejahatan kerah putih. Mereka jelas adalah orang yang telah bersekolah dan ada dengan gelar kesarjanaan yang tinggi pula tetapi tingkah lakunya tidak cerdas. Kepandaainannya bukan menjadikan ke arah yang lebih baik malah membodohi pihak yang dirasa lemah.
Besekolah akan menjadi ahli
Dengan bersekolah maka akan menjadikan tenaga ahli yang siap pakai untuk mengisi di lapangan pekerjaan. Menjadi ahli dibidangnya yang sesuai dengan jurusan yang diambilnya namun pada kenyataannya, ternyata sekolah tidak menjadikan seseorang menjadi ahli seperti yang dipelajarinya dahulu. Kita lihat saja dunia kerja saat ini, tidak senua pekerjaan diisi oleh lulusan seperti jurusan ketika sekolah atau kuliah dulu. Misalnya seorang bankir adalah identik denga juruan ekomoni, ternyata diisi oleh sarja teknik. Ataupun telah menjadi sarjana pertanian namun ternyata menjadi seorang ekonom.Tetapi perlu digarisbawahi ada beberapa tenaga ahli yang benar-benar khusus dan keahliannya tidak boleh ditawar-tawarlagi oleh lulusan yang bukan jurusannya. Misalnya bidang kedokteran dan pilot, harus mengeyam pada sekolah khusus karena menyangkut keselamatan orang banyak.
Tujuan pendidikan ?
Ketika masih kuliah dahulu saya pernah berbincang dengan salah seorang dosen tentang apa sebenarnya tujuan pendidikan. Ternyata jawabanya sederhana: agar dapat mudah beradaptasi. Saya rasa ini lah jawaban yang tetap untuk merumuskan arti pendidikan itu, yang diterjemahkan dengan menjalani di sekolah formal. Dengan bersekolah diharapkan akan mampu belajar beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Kita menyadaribahwa setiap jaman mesti ada perubahan di semua sisi kehidupan dan kita harus mampu menyesuaikan itu.
Untuk itu adalah tugas kita semua untuk dapat menjadikan sekolah itu melahirkan lulusan yang mudah beradaptasi. Kurikulum harus dibuat sedemikian rupa yang humanis dan tidak mengekang. Kita didik anak didik dengan memberikan arahan, ajaran dan pendidikan yang sesuai dengan kondidi dan situasi di mana anak itu berada.Dengan demikian belajar akan terasa menyenangkan.
Dengan lulusan yang mudah beradaptasi maka akan mudah untuk mencari pekerjaan. Mereka akan mencari pekerjaan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dirinya. Dan itu tidak harus terpatok dengan jurusan yang ditempuh sewaktu sekolah dahulu. Jika tidak dapat pekerjaan bagaimanaya?.Terlalu banyak kisah yang menyatakan bahwa lulusan yang mudah beraptasi tidak akan menjadikannya bingung, mereka akan menciptakan lapangan pekerjaan.
Maka inilah yang harus diperhatikan oleh semua pihak terutama pemerintah (baca:negara) yang memang mempunyai kewajiban untuk mencerdaskan kehidupan rakyatnya. Dunia usaha dapat berpartisipasi dengan program CSR (corporate social responsibility) yaitu bisa memberikan beasiswa bagi yang berprestasi ataupun memeri modal kerja jika memiliki jiwa wira usaha. Dengan demikian pendidikan akan mampu mengikis mitos-mitos dan kesalahkaprahan yang selama ini masih membelenggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H