Beberapa waktu lalu film The Raid memperoleh sambutan luas dari masyarakat dalam dan luar negeri. Sukses tidak hanya banyak ditonton tetapi juga memperoleh berbagai penghargaan di tingkat internasional dan dapat menembus pusat wilayah industri film dunia, Hollywood. Suatu kebanggaan nasional yang mampu memproduksi film berkualitas, bertema laga lagi.
Yang menarik lagi cerita dari film tersebut, tempat dan kejadiannya di Indonesia tepatnya di Jakarta. Film ini menceritakan keberhasilan tim khusus kepolisian yang menumpas gembong bandar narkoba. Kita ketahui bahwa dalam dunia narkoba itu mempunyai organisasi yang kuat dan terorganisir dan kadang tidak tersentuh aparat dan hukum. Singkat cerita tim khusus itu dengan segala upaya penuh dengan aksi –kekerasan- bahkan berdarah-darah, mampu membekuk gembong narkoba yang bercokol di gedung apartemen beserta anak buahnya.
Bagaimana dengan dunia nyata kepolisian kita saat ini?. Ada sejumlah prestasi yang pernah dicapai kepolisian negara kita yaitu dalam pemberantasan terorisme. Densus 88 yang merupakan tim elit khusus mampu mengungkap, menangkap, dan menumpas gerakan terorisme. Gembong terorisme seperti Dr Azahari dan Nordin M Top mampu di bekuknya dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, dan dunia mengakuinya itu.
Namun sayang prestasi di bidang terorisme tidak dibarengi dengan prestasi yang lain terutama dalam penegakan hukum. Masih saja ada keluhan di sana-sini dari masyarakat, mulai dari aparat yang tidak profesional sampai dengan adanya “permainan”. Contoh kecil yang terjadi di jalan raya berkenaan dengan lalu-lintas, masih ada dijumpai aparat yang meminta “damai” di tempat untuk menuntaskan persoalan. Di lain sisi masalah yang berhubungan dengan tindak pidana pencurian, kerja aparat kepolisian belum maksimal. Tidak jarang ada yang beranggapan bahwa bila melapor kehilangan “kambing” malah nantinya kehilangan “sapi”.
Ada juga anggapan –semoga ini salah- bahwa berurusan dengan pihak kepolisian bila tidak ada “dana” jangan harap urusan cepat selesai atau dituntaskan. Saking tidak percaya dan geregetannyadengan aparat hukum ini, kadang masyarakat mengambil tindakan dengan main hakim sendiri bila ada pihak yang tertangkap tangan melakukan pencurian. Selain menjadi bulan-bulanan massa, kadang sampai pada tindakan yang sangat keterlaluan: di bakar hidup-hidup.
Ada dua perkerjaan rumah pihak kepolisiaan yang masih perlu kerja keras dalam urusan kejahatan yang luar biasa (extra ordinary crime) yaitu pemberantasan narkoba dan korupsi. Pemberantasan narkoba masih belum maksimal terutama yang menyangkut bandar besarnya, yang kadang sulit tersentuh. Dan itu masih diperparah lagi bila ada yang berhubungan dengan jaringan internasionalnya. Keinginan yang tidak muluk-muluk paling tidak pihak kepolisian dapat bertindak lebih tegas dan keras lagi, film The Raid dapat dijadikan inspirasi.
Dalam pemberantasan korupsi pihak kepolisian masih belum menunjukkan prestasi yang luar biasa. Bahkan beredar berita tidak sedap adanya “rekening gendut” para petinggi kepolisian, yang menunjukkan bahwa aparat kepolisian bukannya menuntaskan masalah bahkan bagian dari masalah itu sendiri. Masyarakat masih mengharapkan kepada lembaga khusus KPK untuk menaganinya terutama pada kasus kelas kakap dan bersentuhan dengan kekuasaan.
Kita masih mengharapkan kepolisian yang baik dan profesional. Di tengah kondisi kepolisian yang banyak sorotan, masih banyak aparat polisi yang baik dan memegang teguh tugasnya. Kita merindukan sosok polisi seperti mantan kapolri Hoegeng, yang idealis dan berintegritas tinggi. Dirgahayu ke-66 Bhayangkara RI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H