Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Kota Malang Merindukan Romantisme Masa Lalunya

27 Mei 2012   23:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:42 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="656" caption="Balai Kota Malang Tempo Dulu, Sumber : http://munirfiles.files.wordpress.com/2008/06/gemeentehuis.jpg"][/caption]

Kota Malang pada tanggal 24-27 Mei tahun ini mengadakan even akbar Festival Malang Kembali VII - Malang Tempo Doeloe (MTD). Gelaran yang sudah berlangsung selama tujuh tahun ini mempunyaimagnet yang cukup kuat sehingga mampu menyedot penunjung yang datang berduyun-duyun. Antusias warga malang begitu tinggi sehingga selama empat hari berturut-turut itu sepanjang Jalan Ijen –tempat acara- selalu dipadati lautan manusia berbagai kalangan baik tua muda, pria dan wanita.

Sebenarnya perayaan MTD itu mirip-mirip dengan pasar malam atau gelaran pameran produk pembangunan yang diisi dengan stan dari instansi dan aneka produk mulai dari makanan dan minuman sampai produk konsumsi yang populer di masyarakat. Hanya saja MTD dikemas dengan cukup unik, dengan mengambil sepanjang jalan sebagai tempat acara, dan di beri “roh” budaya dan seni. Stan di desain sekuno mungkin begitu pula yang dijual, dengan kekhasan tempo dulu.

[caption id="attachment_191019" align="aligncenter" width="627" caption="Sumber: fmk2012.inggil.org/"]

1338161552488186231
1338161552488186231
[/caption]

Pergelalar MTD selama tujuh tahun ini boleh dibilang sukses, dengan animo mayarakat yang cukup besar, dapat menjadi komoditi wisata serta perputaran ekonomi yang cukup besar. Yang patut dicermati dalam dalam acara tersebut adalah penekanan makna kembali dan tempo doeloe. Rupanya Kota Malang merindukan masa lalunya daripada masa depannya. Romantisme masa lalu menjadi tolak ukur untuk perjalanan Kota Malang dalam keberlangsungannya nanti.

Masa lalu rupa memberi kesan yang berarti bagi Kota Malang dan masyarakatnya, ada sesuatu yang hilang saat ini sepertinya. Jika ditelaah lebih dalam, masa lalu Kota Malang ternyata mempuayai sejarah yang layak dikenang dan diangkat kembali, yang mana mempunyai peradaban dan warisan budaya yang cukup tinggi. Memang masih belum jelas mulai dari mana konsep masa lalu Kota Malang itu. Di jaman kolonial Belanda atau justru pada masa nusantara lama dahulu.

Terlepas dari itu semua, kedua masa itu telah memberi corak Kota Malang sampai saat ini. Warisan kolonial dapat dilihat dari beberapa gedung tua yang mempunyai arsitektur yang cukup tinggi. Selain itu pemerintah kolonial cukup bagus dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang modern yang meliputi berbagai aspek baik lingkungan dan budaya. Peninggalan kolonial masih tersisa nuansanya adalah di kawasan Kayutangan dan sekitaran Jalan Ijen.

Selain itu wilayah Malang di masa lampau merupakan cikal bakal dari berdirinya kerajaan besar di tanah jawa. Perempuan utama (nareswari) Ken Dedes yang dari rahimnya melahirkan turunan raja-raja besar juga berasal dari Malang, dari kerajaan Singosari yang kemudian di kemudian hari berdiri kerajaan besar Majapahit. Sebagai daerah cikal bakal kerajaan besaritulah yang membuat Malang dikenang dalam sejarah akan adanya peradaban yang cukup diperhitungkan.

Adanya MTD yang sudah berlangsung tujuh tahun ini memberikan kesadaran baru akan kejayaan masa lalu yang perlu diangkat dan dilestarikan kembali. Malang saat ini dan dahulu memang berbeda. Perkembangan jaman suatu kota rupanya sanggup merubah tatanan kota secara fisik tetapi juga“softwarenya” sepertipolitik, dan sosial budaya.Adanya perkembangan ilmu dan teknologi serta gempuran globalisasi bisa disebut penyebabnya.

Pergeseran budaya juga banyak dialami generasi muda sekarang, banyak perubahan yang cukup mendasar apalagi dikaitkan dengan karakter masyarakat Malang. Karakter Jawa Malang memang berbeda dengan jawa yang sering identikkan dengan Solo atau Yogya(Mataraman). Kultur Masyarakat Malang cenderung terbuka, bicara apa adanya, ceplas-ceplos, jika tidak memahami dengan pasti akan menganggap hal tersebut “kasar” atau “keras”. Jika ditanya kepada generasi bapak atau kakek kita, mereka prihatin akan karakter generasi muda yang kerap tawuran. Pada jaman mereka bahwa jika ada persoalan jika memang harus beradu fisik akan diselesaikan dengan jantan dan satria. Duel akan dilakukan secara “satu lawan satu”, jika ada yang kalah maka akan fair mengakui ketangguhan lawannya.

Walaupun demikian masih ada sisa- sisa karakter yang positif itu pada masyarakat Malang Saat ini. Sikap keras dan kasar tersebut dapat ditempatkan secara fair dan proposional, hal ini dapat tergambar jelas pada suporter klub sepak Arema Indonesia (AREMANIA). Mereka sampai saat ini dikenal sebagai suporter terbaik dalam mendukung klub kesanyangannya yang ditunjukkan dalamperilaku di dalam maupun di luar stadion. Sikap yang menjurus anarkis selalu mereka hindarkan demi menjaga nama baik aremania.

Tema MTD VII kali ini adalah MALANG WORLD HERITAGE SITE yaitu menjadikan kota malang tidak saja menjadi warisan pusaka nusantara tetapi dunia. Langkah itu mendapat dukungan dari UNESCO. Ada dua kota sebagai pilot project , dipilih Malang dan Ternate. Pelakasanaan MTD ini diharapkan mampu menterjemahkan kata Bung Karno, Jas Merah, Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Apalagi sejarah itu mempunyai budaya luhur dan bermantabat tinggi, dan itu harus digali dan dilestarikan. Dan hal itu tidak perlu dicari sampai jauh-jauh keluar, karena di sini di kaki tempat berpijak pernah tumbuh dan berkembang peradaban tinggi. Inilah yang dirindukan Kota Malang untuk mengenang kembali kejayaan masa lalu yang diaplikasikan dan disesuaikan di masa sekarang.

Mudah-mudahan menjadikan Kota Malang sebagai warisan pusaka dunia bukanlah suatu angan-angan belaka yang tidak dapat diwujudkan. Generasi muda saat ini wajib diingatkan kembali akan makna-makna luhur tersebut, dan itu tanggung jawab semua pihak mulai dari masyarakat sampai pemerintah (kota dan pusat). Upaya itu memang tidak mudah dan ringan, asalkan bersungguh-sungguh dan dibarengi sikap yang positif dan optimis maka tujuan penetapan menjadikan Malang sebagai warisan pusaka dunia bukanlah sekedar mimpi. Salam satu jiwa!

Situs Malang Tempo Doeloe VII (fmk2012.inggil.org)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun