Saya tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa profesi saya akan menjadi seorang guru bahkan dalam menuliskan cita-cita pun tidak pernah menuliskan dimasa depan akan menjadi guru, meskipun berasal dari keluarga kalangan guru. Kakek, nenek, bibi, paman bahkan ibu saya juga seorang guru.
Setelah tamat dari SMA saya melanjutkan kuliah di Universitas Negeri Padang jurusan Bimbingan Konseling dan Alhamdulillah sudah menyelesaikan PPG tahun 2021. Awalnya mungkin saya mengambil jurusan tersebut karena saran dari keluarga, tapi setelah dijalani hari demi hari, bahkan tidak terasa sudah mengajar 9 tahun akhirnya saya dapat merasakan banyak sekali manfaat dari profesi menjadi seorang guru, dan ternyata bakat saya memang mengajar bahkan sudah sangat mencintai profesi ini.
Menjadi seorang guru BK banyak pengalaman dan tantangan yang saya rasakan. Salah satu pengalaman dan tantangan bagi saya adalah mengubah pola pikir siswa yang selalu beranggapan bahwa guru BK itu sama dengan polisi sekolah, atau guru yang hanya untuk siswa yang bermasalah dan berkasus saja.
Sehingga siswa takut dan terkadang malah tidak senang kepada guru BK. Siswa beranggapan bahwa siapa saja yang dipanggil ke ruang BK itu adalah siswa yang nakal atau melakukan kesalahan (berkasus). Banyak siswa yang beranggapan seperti itu, sehingga menjadi sebuah hambatan untuk guru BK membimbing dan membantu siswa.
Padahal untuk mencapai keberhasilan proses bimbingan dan bantuan tersebut dibutuhkan hubungan yang baik antara siswa dengan guru BK sendiri. Karena jika siswanya sudah beranggapan yang negatif tentang guru BK bagaimana dapat berhasil bimbingan dan bantuan untuk siswa tersebut. Padahal bimbingan dan bantuan dari guru BK sangat penting untuk siswa, agar siswa mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Untuk mengubah pola pikir dan menjadi sahabat bagi siswa, guru BK harus lebih aktif dan kreatif untuk menunjukkan bahwa pandangan atau anggapan mereka itu tidaklah benar. Salah satunya adalah guru BK memiliki berbagai jenis layanan bimbingan konseling sesuai dengan yang dibutuhkan siswa.
Dengan jenis layanan tersebut guru BK bisa menghilangkan pandangan atau anggapan siswa yang buruk kepada BK itu sendiri. Dan dengan menggunakan pendekatan, “Guru BK adalah Sahabat Bagi Siswa”, siswa akan menjadi akrab dan berteman dengan guru BK. Mereka tidak akan lagi menganggap guru BK sebagai guru yang ditakuti ataupun dihindari, juga bukan guru yang untuk siswa bermasalah atau berkasus saja.
Jika ada masalah siswa dengan jujur dan terbuka mengonsultasikan ataupun menceritakan kepada guru BK. Siswa akan beranggapan bahwa ruang BK adalah tempat semua siswa bukan hanya siswa yang melakukan kesalahan saja. Alhamdulillah sekarang itu semua sudah terbukti dari banyaknya siswa dengan senang hati, curhat kepada saya dan siswa juga sering mengunjungi ruang BK sekedar mengobrol ataupun sharing kegiatan mereka di sekolah.
Itulah salah satu pengalaman dan manfaat bahkan tantangan yang dirasakan bagi saya selama menjadi guru BK, saya merasa bangga pada diri saya karena telah berhasil merubah pola pikir dan persepsi siswa yang mengenal BK sebagai yang dulunya “iBu Kasus” bukan bimbingan dan konseling dan sekarang bisa menjadikan Guru BK ada sahabat siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H