Mohon tunggu...
Herwan Soejadi
Herwan Soejadi Mohon Tunggu... Lainnya - Balai Pemerintahan Desa di Lampung

Penggiat Tata Kelola Pemerintahan Desa, Master Trainer Tata Kelola Pemerintahan Desa pola pembelajaran Tatap Muka dan Daring, dan Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kesabaran Menunggu Lampu Merah

23 Oktober 2024   13:00 Diperbarui: 23 Oktober 2024   15:00 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesabaran menunggu lampu merah | Kompas.com/Shutterstock/Eddy Fahmi

Menunggu itu seni. Sebuah pelajaran tentang sabar yang sering kali tak kita sadari hadir di sekitar kita, termasuk ketika kita sedang berada di depan lampu merah yang seakan-akan tak kunjung berubah hijau. 

Di situ, ada momen kecil di mana kita berlatih kesabaran, meskipun jalanan sepi, meskipun kita sedang terburu-buru, meskipun cuaca panas menyengat atau hujan turun deras. 

Dalam detik-detik itu, kita mengingatkan diri bahwa ada aturan yang harus dihormati, bukan hanya untuk kebaikan kita sendiri, tapi juga untuk orang lain. Sabar dalam ketaatan bukanlah bentuk kelemahan, melainkan kekuatan yang membuat kita lebih bijaksana.

Setiap kali kita menunggu lampu merah, seolah ada bisikan kecil dalam hati yang kadang memancing kita untuk melanggar. "Ah, jalanan sepi, tak ada polisi, kenapa tidak?" Atau, "Aku buru-buru, pasti tidak akan ada masalah." Namun, di situlah kesabaran kita diuji. Meskipun situasi terlihat aman, kita sadar bahwa menerobos lampu merah bukan hanya soal melanggar aturan lalu lintas, tetapi juga tentang keselamatan diri sendiri dan orang lain. Kadang-kadang, kita lupa bahwa aturan itu ada bukan untuk membatasi kebebasan kita, melainkan untuk menciptakan keteraturan dan melindungi banyak orang.

Bayangkan jika setiap orang di jalan berpikir hanya tentang dirinya sendiri—tak peduli apakah lampu merah atau hijau, asal merasa aman, langsung gas saja. Apa yang terjadi? Kekacauan. Jalanan menjadi tak lagi aman. 

Kecelakaan lebih mungkin terjadi, bahkan bisa membahayakan nyawa. Maka, di sini kita perlu mengingat kembali bahwa kesabaran kecil di depan lampu merah itu adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai pengguna jalan. Menunggu beberapa detik atau menit mungkin terasa membosankan, tapi efek dari mengikuti aturan jauh lebih besar dari yang kita bayangkan.

Kadang, kesabaran itu terasa sulit ketika situasi tidak mendukung. Misalnya, ketika kita sudah terlambat untuk rapat penting, atau ada janji yang harus segera dipenuhi. Dalam situasi seperti ini, godaan untuk melanggar semakin besar. 

Namun, jika kita mampu menahan diri dan tetap taat pada aturan, itu adalah kemenangan kecil dalam diri kita. Kemenangan yang mungkin tidak terlihat, tetapi memberikan rasa bangga dan kepuasan tersendiri. Kita menang melawan ego kita, menang melawan godaan sesaat.

Menghormati lampu merah juga bisa diibaratkan sebagai bentuk hormat pada kehidupan. Kita tidak pernah tahu, mungkin ada pejalan kaki yang baru saja menyeberang, atau ada kendaraan lain yang melaju dari arah yang tak terlihat. Tindakan kita menunggu dengan sabar memastikan bahwa kita berkontribusi dalam menjaga keselamatan bersama.

Menunggu lampu merah juga memberi kita waktu untuk berhenti sejenak, menarik napas, dan berpikir. Seringkali, dalam kehidupan yang serba cepat, kita jarang mendapatkan momen untuk merenung atau mengatur kembali pikiran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun