Mohon tunggu...
Herwan Soejadi
Herwan Soejadi Mohon Tunggu... Lainnya - Balai Pemerintahan Desa di Lampung

Penggiat Tata Kelola Pemerintahan Desa, Master Trainer Tata Kelola Pemerintahan Desa pola pembelajaran Tatap Muka dan Daring, dan Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Naik Kereta Api Harus Hati-hati, Tak Perlu Ber-Api-api

19 Oktober 2024   22:24 Diperbarui: 19 Oktober 2024   22:34 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Do.PT.KAI/Money.Kompas.com

Naik kereta api selalu menyimpan cerita, terutama buat yang pernah merasakannya sebelum dan sesudah tahun 2000. Pengalamannya jelas beda, tapi ada satu pelajaran penting yang nggak berubah: kita harus tetap hati-hati, tapi nggak perlu berapi-api menghadapi situasi. Santai aja, semua bisa diatasi dengan tenang.

Dulu, sebelum tahun 2000, pengalaman naik kereta ekonomi bisa dibilang agak “seru” dan penuh tantangan. Bayangin aja, di stasiun, suasananya rame banget, orang-orang berebut masuk kereta seolah-olah kalau nggak cepet bakal ketinggalan tempat duduk. Stasiun-stasiun di masa itu nggak seperti sekarang yang bersih dan tertib. Aku sering lihat penumpang duduk di lantai stasiun sambil nunggu kereta datang. Begitu kereta tiba, suasana langsung riuh. Kalau nggak hati-hati, bisa-bisa kita ketabrak arus penumpang lain yang buru-buru naik.

Masuk ke dalam kereta, suasana juga sama penuhnya. Banyak penumpang yang berdiri karena kehabisan tempat duduk. Kalau duduk di kelas ekonomi, siap-siap aja dapet kursi yang keras, dan kalau siang panasnya minta ampun karena nggak ada AC. Jendela masih bisa dibuka, tapi itu malah bikin debu dan asap dari luar masuk. Pedagang asongan yang jualan makanan dan minuman mondar-mandir, kadang bikin sempit suasana. Saat itu, meskipun suasana agak kacau, kita tetap harus hati-hati, terutama soal barang bawaan. Tapi ya nggak perlu sampai panik. Kalau aku, biasanya lebih memilih duduk santai sambil menikmati perjalanan, biar meski ribet, tetap bisa nikmatin suasana. Soalnya, marah-marah atau berapi-api juga nggak bakal bikin situasinya jadi lebih baik.

https://www.kompasiana.com/herwansoejadi0304/633fbfdef2e5bd712b753382/cerita-pendek-tatkala-naik-krl-jabodetabek?utm_source=Telegram&utm_medium=Refferal&utm_campaign=Sharing_Desktop

Nah, setelah tahun 2000, terutama setelah modernisasi besar-besaran yang dilakukan PT KAI, pengalaman naik kereta berubah total. Di sekitar 2010-an, pertama kali aku merasakan naik kereta yang udah lebih nyaman dan teratur. Dari mulai beli tiket, sekarang udah bisa online, jadi nggak perlu lagi antre panjang di loket. Penumpang juga nggak perlu berebut masuk, karena tiap orang udah punya tempat duduk sesuai tiket.

Masuk ke dalam kereta, beda jauh sama dulu. Kursinya empuk, ada AC, dan suasananya jauh lebih tenang. Nggak ada lagi pedagang asongan yang lalu-lalang, dan penumpang lebih tertib. Kalau dulu kadang kita harus siap-siap dengan kondisi gerbong yang penuh sesak, sekarang perjalanan terasa lebih rapi dan nyaman. Nggak perlu lagi khawatir soal keamanan barang bawaan, karena suasananya udah lebih terkontrol.

Meski suasana kereta sekarang jauh lebih baik, tetap saja ada hal-hal yang harus diperhatikan. Ketepatan waktu kereta memang sudah lebih teratur, tapi kita tetap harus hati-hati soal jadwal, terutama kalau naik kereta jarak jauh. Selain itu, soal kenyamanan juga harus tetap dijaga, jadi nggak ada salahnya bawa bantal leher atau camilan sendiri untuk memastikan perjalanan makin seru.

Jadi, baik dulu maupun sekarang, naik kereta itu punya sisi serunya sendiri. Yang penting, tetap hati-hati, tapi nggak perlu terlalu khawatir atau berapi-api ngadepin segala macam tantangan. Dengan sedikit kesabaran dan sikap santai, perjalanan bakal terasa lebih menyenangkan.

"Pergi pagi ke pasar lama,  

Beli kain untuk kerudung.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun