Rusunawa-ku Sayang, Rusunawa-ku Malang
Dulu sebelum mahasiswi tinggal di sini para abdi daya kampus menyewakan rusunawa untuk kepentingan kampus. Sekarang ditinggali para mahasiswi yang berasal dari berbagai daerah yang ada di NTB yang hanya punya niat untuk menuntut ilmu di bangku kuliyah dengan kata lain kalangan mahasiswi tidak mampu yang dibiayai oleh Negara. Bangunanmu memang indah dan menawan, dibalik keindahan itu terlihat tinggi dan megah yang memiliki 4 tingkat tersusun rapi menunjang ke langit terselimuti cat warna putih agak krim yang bila disinari mentari pagi akan terlihat gimalau, namun dibalik keidahanmu tersirat berbagai system yang mengikat seluruh penghunimu yang malang.
Semenjak 5 hari terakhir aku beserta kawan-kawan seperjuanganku menginap di bangunan rusun yang di manaditinggali para mahasiswi kurang mampu melainkan ekonomi rendahan. Aku kelaparan, uang gak punya untuk membeli makanan namun para pendiri kampus yang bergelut pada bidang kemahasiswaan melarang kami membawa alat memasak karena dapat mengotori tempat kami tinggal. Padahal itu bukan masalah bagi kami. Ini namun kebijakan sudah ditetapkan oleh para abdidaya kampus kami. Air tidak pernah keluar dari selang-selang saluran yang bergantungan di dinding tembok rusun tempat kami tinggal, kami tidak bisa mandi, mencuci dan bahkan gosok gigi. Terpaksa kami mencari air ke tempat lain. Seperti mushalla kampus, masjid dan kamar mandi kampus FKIP yang tidak layak pakai. Disinilah tempat kami medapatkan air.
Di mana letak keadilan yang engkau berikan kepada kami wahai para abdi daya kampus, kami miskin dan tak berdaya, kami tidak punya banyak uang untuk membeli makanan, dan uang yang engkau berikan kepada kami, tidak kami dapatkan  sepenuhnya, kami sisipkan pula untuk membayar tempat yang engkau sediakan yang walaupun penuh aturan yang membuat kami terbunuh secara perlahan.
Sudah 5 hari listrik mati, air tidak ada, dan bahkan kami kelaparan karena uang yang kami simpan di kantong tidak lagi terisi. Sampai saat ini kami tidak bisa memakai pasilitas yang ada di sini. Apa salah kami sehingga layanan dan pasilitas yang engkau berikan wahai  para abdi kampus tidak pernah kami rasakan sepenuhnya.
Inikah yang namanya bantuan? Malah ini sangat menyusahkan kami dalam melakukan aktivitas sehari-hari baik berupa kuliyah jadi tak nyaman, makan jadi tak nyaman, dan bahkan mengerjakan segala urusan menjadi tak nyaman.
Di mana letak hati nuranimu wahai abdi daya kampus. Kami bukan hanya ingin di bantu tapi kami ingin disejahterakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H