Mohon tunggu...
Heru Tri Budi
Heru Tri Budi Mohon Tunggu... Pemuka Agama - pemerhati kesehatan jiwa dan keluarga

Teman sharing keluarga dalam obrolan seputar kesehatan emosional, spiritual, relasional dalam keluarga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips Bahagia di Segala Musim Kehidupan [3]

26 April 2020   23:11 Diperbarui: 26 April 2020   23:25 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isolasi mandiri di rumah aja selama pandemi virus corona covid 19 membawa perubahan dalam banyak hal, terutama dalam relasi, menggunakan waktu, cara bekerja dan aktualisasi diri. Perubahan ini membuat banyak orang merasa tidak bahagia, apalagi ketika di rumah ia mengalami berbagai ketegangan dalam relasinya dengan pasangan atau anggota keluarga yang lain.

Sebenarnya ketegangan dalam suatu relasi, apalagi di dalam keluarga, itu hal yang biasa. Yang penting bisa diselesaikan dengan bijak. Masalahnya menjadi lebih serius ketika ketegangan berlanjut menjadi konflik yang tidak terselesaikan dan akhirnya saling menyalahkan dan menarik diri. 

Banyak orang akhirnya kehilangan kebahagiaan karena malu atau mengeraskan hati untuk meminta maaf, padahal dia telah berbuat kesalahan. Kesalahan akan menorehkan rasa bersalah di hati, tertuduh dan menimbulkan kegelisahan. Hanya tindakan tulus minta maaf dan menerima maaf yang akan membebaskannya.

Ada juga orang yang emosinya mudah tersulut karena menyimpan kemarahan dan kepahitan di hati. Ketidakikhlasan memaafkan pasti merusak kebahagiaannya. Untuk itu, keputusan memaafkan menjadi hukum kebahagiaan yang tidak bisa diabaikan.

Bagaimana dengan orang yang sok tahu, merasa diri serba tahu dan malu belajar dari orang lain? Ini juga tipe orang yang tidak bahagia, karena menyangkal kodrat manusia untuk selalu belajar menjadi lebih paham dan lebih bijak. Rendah hati mau diajar dan mau belajar adalah hukum kebahagiaan hidup yang berlaku di sepanjang sejarah manusia.

Ada satu lagi tipe orang yang sulit bahagia, yaitu tidak mau dipimpin oleh orang yang punya kewenangan untuk memimpinnya. Hati yang suka memberontak, membangkang, mengikuti kemauannya sendiri akan membuat manusia batiniah kita penuh konflik, gelisah dan amarah. 

Suasana batin seperti ini akan menggerus kebahagiaan di hidup kita. Menghargai otoritas dan memberikan apresiasi yang semestinya terhadap kepemimpinan para pemimpin merupakan hukum kebahagiaan hidup yang berlaku di sepanjang masa.

"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi". (Yesus Kristus, Matius 5:5)

Salam sehat dan bahagia!
HTB/22/4/20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun