Mohon tunggu...
Heru Tri Budi
Heru Tri Budi Mohon Tunggu... Pemuka Agama - pemerhati kesehatan jiwa dan keluarga

Teman sharing keluarga dalam obrolan seputar kesehatan emosional, spiritual, relasional dalam keluarga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketulusan Cinta Yusuf, Sebuah Refleksi Natal

24 Desember 2018   07:40 Diperbarui: 24 Desember 2018   07:57 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain Yesus, dalam kisah Natal ada sosok pria sederhana tapi memiliki ketulusan cinta yang sangat luar biasa, yaitu Yusuf. Ketulusan cintanya yang dahsyat membuat Natal menjadi sangat bermakna di sepanjang abad.

Ada beberapa tokoh di Alkitab yang bernama Yusuf. Di Perjanjian Lama kita mengenal Yusuf anak Yakobus yang memiliki karakter luar biasa sehingga sanggup melewati pengalaman hidup yang sangat berat dan buruk.  Di Perjanjian Baru ada juga tokoh yang bernama Yusuf, yang satu Yusuf suami Maria dan yang lainnya adalah Yusuf Arimatea seorang Yahudi kaya yang berasal dari Arimatea yang meminta kepada Pilatus untuk memakamkan Yesus di makam keluarga miliknya. Ada lagi Yusuf yang bergelar Yustus candidat pengganti Yudas Iskariot yang tidak terpilih (Kisah 1:23), lalu ada juga Yusuf saudara Yesus (Matius 13:55).

Para pria yang bernama Yusuf di atas memiliki keunikan dan peranan tersendiri, tetapi sosok Yusuf suami Maria yang diberi anugerah oleh Allah untuk menjadi ayah Yesus selama di dunia adalah sosok yang menampilkan ketulusan cinta yang sangat istimewa. Yusuf bukanlah ayah biologis Yesus, sebab Maria mengandung oleh Roh Kudus -- bukan hasil persetubuhan dengan Yusuf. Pada waktu itu Yusuf masih berstatus sebagai tunangan Maria, mereka belum bersetubuh (Matius 1:18; Lukas 1:27, 35).

Yusuf  adalah tokoh yang memiliki ketulusan cinta terhadap pasangannya. Ketika ia mengetahui Maria telah hamil, dia ingin mencemarkan nama Maria. Dia memutuskan untuk memutuskan pertunangan mereka diam-diam. (Dalam budaya Ibrani di masa itu, pertunangan dianggap sebagai sebuah hubungan yang sudah mengikat tapi mereka belum tinggal satu rumah sebagaimana layaknya pasangan suami istri). Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. (Matius 1:19)

Ketika Yusuf sedang dalam kegalauan seperti itu, malaikat Tuhan menjumpainya dan memberinya pesan Sorgawi yang menjelaskan tentang kehamilan Maria dan rencana Allah melaluinya. Mendengar hal itu, Yusuf tanpa ragu mengambil komitmen sebagai seorang pria yang penuh ketulusan cinta dan tanggung jawab untuk melindungi Maria mengemban misi sorgawi ini.

Yusuf juga berkomitmen untuk tidak mengambil haknya sebagai suami untuk bisa menikmati hubungan seks dengan istrinya. Yusuf juga berperan menjadi ayah bagi Yesus yang melindunginya dari kekejaman Herodes dengan membawanya menyingkir ke Mesir, membawa Yesus ke Yerusalem untuk pentahiran, membesarkan Yesus di Nazaret dan setiap tahun membawa Yesus ke Yerusalem untuk merayakan Paskah.

Yusuf telah melakukan bagiannya sebagai pria yang terpilih dengan menunjukkan ketulusan cintanya kepada Maria dan Tuhan yang disembahnya dengan kerelaan dan pengorbanan. Merenungkan sosok Yusuf ini menjadi tantangan besar bagi para pria masa kini: kekuatan cintamu bukan ada pada perasaan jatuh cinta yang bergelora, tetapi terlihat pada ketulusanmu untuk berjalan bersama pasanganmu meskipun harus berkorban dan menyangkal diri. Inilah bukti cinta sejatimu!

Selamat hari Natal, selamat menguji ketulusan cinta sejatimu.

hatebe/24/12/2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun