(hatebe) - Orang Indonesia merayakan hari raya Lebaran atau Idul Fitri dengan berbagai tradisi yang menarik, salah satunya adalah kebiasaan "saling memaafkan". Tanpa harus menilai motivasi orang melakukannya (sebab siapa yang tahu hati orang), kebiasaan saling memaafkan adalah kebiasaan yang sangat luar biasa yang membuat jiwa kita menjadi sejahtera. Jiwa yang sejahtera tentu saja membangkitkan semangat hidup yang positif, suka cita dan bahagia.
Di sini saya tidak membahas tentang latar belakang tradisinya atau sisi teologis dari hari raya Idul Fitri, sebab saya tidak memiliki kapasitas untuk hal ini, tetapi saya tertarik untuk coba melihat manfaat memaafkan bagi kesejahteraan jiwa.
Karel Mark memberi definisi memaafkan sebagai suatu tindakan pelepasan emosi pikiran negatif ke positif. yang dilakukan baik dalam keadaan sadar maupun dalam keadaan alam bawah sadar. Memaafkan diperlukan ketika secara emosional kita dilukai tetapi kita ingin meneruskan hidup kita tanpa dibebani oleh hal-hal yang melukai tersebut.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh  Journal of Health Psychology mengungkapkan, bahwa memaafkan (baik terhadap diri sendiri atau orang lain) terbukti bisa membantu kita terbebas dari rasa stres, depresi serta menghindarkan kita dari gangguan mental. Dari penelitian tersebut ditemukan fakta, bahwa mereka yang selama masa hidupnya menyimpan dendam dan tak mau memaafkan cenderung memiliki kesehatan mental dan fisik yang buruk serta mengalami tingkat stres yang tinggi dan berkepanjangan.
Profesor Psikologi di Universitas Luther, Iowa, Loren Toussaint berkata, "Jika semua kesalahan orang lain terhapus dengan memaafkan dan menjadi nol, Anda akan lepas dari stres dengan cara yang tak tanggung-tanggung,"
The Institute of  Human Virology sebagai pusat dari University of Maryland Institute Bioteknologi melakukan penelitian yang melibatkan 200 orang penderita HIV positif dan menemukan fakta, bahwa sikap kejiwaan terutama memaafkan dapat berpengaruh terhadap imunitas dalam tubuh. Mereka menjelaskan, bahwa kemampuan untuk memaafkan, untuk melepaskan pikiran dan perasaan marah, dapat meningkatkan kemampuan alami tubuh untuk kembali merangsang sistem fisiologis kembali ke tingkat yang lebih homeostasis normal. Keadaan homeostatis ini sangat penting dalam memperlambat perkembangan AIDS dan mempertahankan kualitas hidup yang lebih tinggi.
Memaafkan ternyata tidak hanya bermanfaat untuk orang lain yang dimaafkan tetapi juga bermanfaat untuk untuk diri sendiri dan kebaikan diri sendiri. Dengan memaafkan kita akan mengalami kelepasan dari beban emosional negatif dan membuat jiwa kita lebih sehat, lebih sejahtera bahkan berdampak positif terhadap kesehatan tubuh.
Ada kalanya memaafkan memang tidak bisa dilakukan secara terbuka kepada orang yang sudah menyakiti hati kita, tetapi kita tetap bisa melakukannya secara pribadi (dan di hadapan Tuhan dalam doa kita). Dengan mengucapkan kalimat "Aku memaafkan...." yang lahir dari keputusan untuk berhenti sakit hati dan berdamai dengan diri sendiri kita akan mengalami kebebasan dalam jiwa kita.
Ada orang yang tidak mau memaafkan dengan alasan, kalau ia memaafkan berarti kita membenarkan kesalahan orang yang telah berbuat salah. Ini tidak betul, memaafkan tidak berarti kita setuju dengan perbuatan salah orang atau harus menyukai orang tersebut. Memaafkan adalah keputusan untuk melepaskan sesuatu yang 'jahat' yang dilakukan seseorang kepada kita dan kita tidak mau menjadi bagian yang jahat tersebut serta tidak mau hal jahat tersebut memberi pengaruh buruk dalam hidup kita.
Jadi memaafkan memiliki manfaat besar untuk men-therapi diri sendiri agar tetap memiliki kesejahteraan jiwa, membuat kita sembuh dari rasa sakit secara emosional, membuat kita memiliki ketangguhan secara emosional dan mental, memperbaiki hubungan yang rusak serta berdampak pada kesehatan tubuh. Jadi kesimpulannya jelas: MEMAAFKAN MEMBUAT KITA BAHAGIA.
Selamat hari raya Idul Fitri, Mohon maaf lahir dan bathin.