Apa resolusimu untuk tahun depan? Pertanyaan yang banyak dilontarkan orang ketika mengakhiri tahun. Dan beribu jawabanpun kemudian diberikan, dari yang sifatnya sangat sederhana sampai yang sangat serius. Ada yang membuat resolusi simple seperti, "Tahun depan aku akan berhenti merokok" atau "Mulai tahun depan aku akan menjaga pola makan yang lebih sehat" Ada juga yang lebih serius, seperti: "Tahun depan aku akan bertobat" atau "Aku akan mengabdikan akhir mingguku untuk melayani sesama."
Tidak ada yang salah dengan semua resolusi yang diwacanakan, semua ok-ok saja. Karena semua resolusi tersebut sifatnya subyektif sesuai dengan pengalaman, situasi, kondisi dan hasrat hati orang yang membuat resolusi tersebut. Jadi tidak tepat kalau orang lain yang menilainya.
Tetapi kita bisa mengkritisi bukan pada isinya tetapi pada komitmennya. Ada banyak orang dengan enteng membuat resolusi hidup hanya menjadi semacam bualan, kata-kata yang terlontar tanpa makna. Akhir tahun berkata, aku akan berhenti merokok, berhenti narkoba, berhenti dugem, berhenti ngomong kasar, berhenti makanan yang membuat aku sakit dan sebagainya, tetapi begitu masuk bulan Januari sudah mengabaikannya. Aku akan beribadah dengan tekun atau aku akan melayani Tuhan, tetapi begitu masuk tahun baru dan mulai masuk dalam kesibukan rutinnya, apa yang menjadi resolusinya tersebut terabaikan. Jadi kata-kata manis yang terkesan bijak yang menjadi pernyataan resolusinya hanyalah sekedar janji kosong -- hanya membual semata.
Resolusi hidup hanya berarti bagi orang yang memiliki komitmen bagi dirinya dan masa depannya. Ketika kita sudah mengucapkan janji yang kita nyatakan dalam resolusi yang kita wacanakan, maka seharusnya kita selalu mengingatnya, bertekad untuk mewujudkannya serta tidak menyerah dengan tantangannya. Itulah komitmen yang sesungguhnya.
Komitmen terhadap diri sendiri untuk menjadi orang yang lebih baik adalah wujud nyata integritas seseorang dalam hidupnya. Sebab kalau kita sulit membuat komitmen terhadap diri sendiri, kita cenderung sulit untuk memiliki komitmen yang sehat dengan orang lain atau dengan apa yang kita kerjakan.
Tanpa komitmen, janji hanyalah wacana tanpa makna. Tanpa komitmen, resolusi hanyalah kata-kata kosong tanpa isi. Tanpa komitmen, orang hanya berkata-kata yang baik tetapi tidak ada usaha untuk mewujudkannya. Tanpa komitmen, orang akan menyerah dengan tantangan dan mudah kompromi dengan tawaran yang kelihatan lebih nikmat. Tanpa komitmen, kita akan menjadi orang yang lemah, gagal dan mudah menyerah. Orang-orang yang hebat dan sukses adalah orang-orang yang tahu apa artinya sebuah komitmen dalam hidupnya.
Mengakhiri tahun 2017 ini, mari kita melakukan evaluasi terhadap hidup kita secara pribadi: kesalahan apa yang harus diperbaiki, hal-hal buruk apa yang harus ditinggalkan, kebaikan apa yang perlu ditingkatkan, bagaimana bisa memiliki kebiasaan atau pola hidup yang lebih sehat. Bagaimana menjadi orang yang lebih baik adalah inti dari sebuah resolusi hidup yang seharusnya kita canangkan untuk tahun 2018.Â
Tuliskan dengan kata-kata yang sederhana, singkat dan realistis - bisa dilakukan. Dan tentu saja, doa mohon pimpinan dan penyertaan Tuhan untuk bisa mewujudkannya akan menjadi kekuatan batiniah yang tidak boleh diabaikan. Nanti dalam perjalanan waktu kita pasti akan menghadapi tantangan dan godaan, di situlah komitmen kita teruji. Dengan semangat dan tekad yang kuat yang kita miliki akan menjadi jalan untuk mengalami perubahan menjadi pribadi yang lebih baik seperti apa yang kita nyatakan dalam resolusi kita tersebut. Kiranya Tuhan memberkati niat baik kita semua. (hatebe/27/12/2017)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H