Kategori kedua adalah apa yang disebut dengan marah berkepanjangan (Stubborn anger) . Prinsip mengelola kemarahan yang sehat adalah: sebelum matahari terbenam, amarahku sudah padam. Kemarahan yang disimpan lebih dari satu hari atau bahkan lebih panjang dari itu akan melukai dan menyakiti diri sendiri. Â Dalam jangka waktu tertentu, kemarahan seperti ini akan berubah menjadi kepahitan dan menimbulkan banyak penyakit serta membentuk karakter seseorang.
Kita harus mengalahkan kemarahan yang berkepanjangan ini secepatnya. Kita harus memotong akarnya secepat kita bisa melakukannya. Bagaimana cara mengalahkannya? Pertama, temui dan berbicaralah secara pribadi dengan orang yang telah membuat Anda marah. Â Katakan dengan bijak hal-hal yang telah membuat Anda marah. Mungkin orang itu justru menjadi kaget karena selama ini tidak menyadari ia telah membuat Anda marah, atau mungkin dia sudah lupa pernah menyakiti Anda dan menyesal telah menjadikan Anda marah, tetapi tidak tertutup kemungkinan juga ia menjadi tersinggung dengan pernyataan Anda.
Semua memang ada resikonya bukan? Kalau Anda terus menyembunyikan kemarahan maka Anda sedang menyakiti diri sendiri, tetapi dengan keterbukaan Anda akan mengalami kesembuhan dan menjadi sehat. Orang yang bijaksana pasti akan memilih sesuatu yang membuat jiwanya sehat dan sejahtera. "Janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu."
Berdoa: bisa menjadi obat penyembuh jiwa yang sangat ajaib. Di hadapan Tuhan nyatakan, bahwa Anda memutuskan untuk memaafkan/menganpuni seseorang atau situasi tertentu yang telah membuat Anda marah. Berdamailah dengan seseorang atau sesuatu yang telah menyakiti hati Anda selama ini, biarlah anugerah-Nya mengangkat dan menyembuhkan luka-luka dalam jiwa Anda.
Kategori ketiga adalah marah yang salah atau mendatangkan dosa (Sinful anger). Marah yang salah atau secara teologis disebut sebagai mendatangkan dosa adalah marah yang membuat Anda menjadi benci kepada orang yang telah membuat Anda marah sehingga Anda tidak mau memaafkannya.
Marah yang didorong oleh kebencian biasanya akan mendapatkan kepuasan kalau sudah bisa membalas dendam. Marah yang seperti ini akan diikuti dengan kata-kata yang kasar melecehkan, sikap yang menyakiti dan perilaku yang mengarah kepada kejahatan. Sebelum tujuan untuk membalas dendam terlampiaskan biasanya yang bersangkutan tidak akan pernah berhenti.
Sikap yang tepat untuk menangani kemarahan yang seperti ini adalah: Â Anda harus menolaknya. Langkah-langkah berikut ini bisa cukup menolong: Akui dengan jujur kemarahan yang telah membuat Anda membenci seseorang. Pikirkan, kalau Anda tidak menolaknya maka kemarahan itu akan menghancurkan hidup Anda. Â Sebaiknya kita marah terhadap kejahatan dan pelanggaran yang diperbuat, tetapi jangan membenci orangnya. Datanglah kepada Tuhan mohon anugerah-Nya supaya Anda sanggup mengampuni dan mohon kesembuhan dalam jiwa Anda.
Kategori kemarahan yang terakhir adalah marah yang dibenarkan (Justified anger). Kita bisa saja (bahkan seharusnya) menjadi marah karena motivasi kebenaran (ada yang salah, tidak adil, menyimpang) dan karena kasih (peduli, mengkoreksi, melindungi dan menginginkan perubahan yang lebih baik). Marah yang benar adalah membenci kelakuan yang salah tetapi mengasihi orang yang melakukannya. Makanya di dalamnya tetap ada maaf, pengampunan dan kesempatan untuk memperbaiki apa yang salah.
Kalau Anda memang harus marah, perhatikan bijaksana  ini: "Jangan ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia."
Contoh penerapan praktis menyalurkan kemarahan yang tepat dan bijaksana adalah sebagai berikut: Ketika Anda tersinggung, tidak setuju dengan sesuatu yang melanggar, menyimpang, tidak adil dan salah, jangan hanya berdiam diri. Katakan dengan jujur, bijaksana dengan tetap menjaga agar tidak jatuh ke dalam kesalahan yang sama.
Berdoalah upaya Tuhan memenuhi hati Anda dengan anugerah terhadap orang-orang yang bersalah sehingga dengan tegas Anda berani menyatakan kebenaran dalam kasih dan ketegasan, tetapi tanpa kebencian atau penghakiman. (hatebe/12/11/2017)